Hal yang ditekankan dalam penafsiran ini adalah kesatuan dengan Kristus. Origenes menyadari bahwa Kitab Suci sejak proses perkembangannya berbicara tentang Yesus Kristus. Origenes menerangkan bahwa Roh Kuduslah yang menerangkan manusia untuk mengerti Kristologis Kitab Suci. Roh Kudus pula yang menjadi dasar kesatuan Kitab Suci, walaupun isinya bermacam-macam. Arti ini membantu umat, mengantar pada Kristus, dalam terang Roh Kudus.[7]
Origenes membuat sebuah analogy yang menggambarkan tiga metode penafsiran di atas dengan sangat baik. 'Demikianlah pengajaran hukum taurat dan nabi-nabi dalam sekolah Kristus, isinya pahit seperti kulitnya, berikutnya saya sampai pada daging buahnya, yaitu pengajaran tentang moral, dan ketiga kalinya saya membuka arti misteri-misteri yang menjadi santapan jiwa orang beriman dalam hidup sekarang maupun yang akan datang.[8]
Origenes berhasil memperkenalkan secara efektif penafsiran kristiani terhadap Perjanjian Lama dan menangkis secara gemilang tantangan para bidaah Marcionit dan Gnostikus, yang mempertentangkan Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sampai-sampai menolak Perjanjian Lama. Marcion menyangkal kekuasan Allah dalam perjanjian Lama.[9] Bahkan ajaran ini menekankan bahwa Allah Perjanjian Lama berbeda dengan Allah Perjanjian Baru.
Origenes menegaskan bahwa Allah adalah satu, Allah yang sama juga telah berkarya dalam diri para nabi dan Yesus sendiri. Origenes menambahkan bahwa 'Hebrew Scripture reveals the same God as Christian Scripture'; Kitab Suci Ibrani (Perjanjian Lama) juga menerangkan Allah yang sama dalam Kitab Suci Kristiani (Perjanjian Baru).[10]
Origenes bahkan menegaskan bahwa Hukum taurat tidak disebut sebagai perjanjian lama kalau dipahami dalam Roh. Hukum Taurat hanya menjadi suatu perjanjian lama bagi mereka yang hanya berhenti pada harafiah teksnya[11]. Tetapi bagi umat yang memahami dengan Roh, Hukum selalu menjadi baru, dan kedua Perjanjian selalu menjadi suatu Perjanjian Baru.
- Ajaran tentang Doa dan Gereja
Pemikiran-pemikiran Origenes sangatlah kaya dari segi teologi dan akademis, tetapi pandangan-pandanganya tidak melulu terpaku pada dua hal tersebut. Teologinya selalu didasarkan atas pengalaman doa, pada kontak personalnya dengan Allah. Ia menegaskan bahwa pengetahua tentang Kitab Suci menuntut keakraban dengan Kristus serta doa, melebihi studi.
[12] Menurutnya jalan paling utama untuk mengenal Allah adalah Kasih dan tidak ada seorangpun bisa mewartakan pengetahuan tentang Kristus (scientia Christi) yang autentik jika tidak mencintai-Nya.
Origenes sangat berperan penting dalam sejarah Lectio Divina sangat mencolok. Ambrosius, seorang uskup Agung Milano telah belajar membaca Kitab Suci dari karya-karya Origenes.
Pengajaran Origenes tentang Gereja (umat Allah), sangatlah khas. Ia menekankan bahwa dalam diri Gereja atau diri umat beriman terdapat rahmat imamat. Ia menegaskan bahwa rahmat tersebut semestinya digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap seharusnya menghadap altar Allah.[13] Penekanan ini didasarkan pada ungkapan Petrus yang menyatakan bahwa 'Bangsa yang terpilih, imamat rajawi, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah.
- Ajaran tentang dosa
Pengalaman kejatuhan (dosa) manusia disebabkan karena kejenuhan untuk berkontemplasi akan kesempurnaan Allah dan melihat keberadaan Allah yang hanya berada dalam keadaan damai.