Mohon tunggu...
Fransiskus Sardi
Fransiskus Sardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lulus dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Program Filsafat

Follow ig @sardhyf dan ig @areopagus.2023 “Terhadap apa pun yang tertuliskan, aku hanya menyukai apa-apa yang ditulis dengan darah. Menulislah dengan darah, dan dengan begitu kau akan belajar bahwa darah adalah roh” FN

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Feminisme

25 September 2021   12:11 Diperbarui: 25 September 2021   12:42 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi feminisme, gambar dari internet brotampu.blogspot.com

Hampir semua teologi dalam tradisi kristiani, termasuk teologi pembebasan yang dilakukan dari perspektif orang miskin dan tertindas, telah dilakukan oleh teolog-teolog laki-laki. Dewasa ini kita melihat di beberapa belahan dunia, beberapa kaum perempuan bangkit memenemukan martabat dan suara mereka sendiri.

Efeknya adalah saat ini dalam komunitas para murid ada kecendrungan untuk direfleksikan dari sudut pandang dan pengamatan perempuan. Banyak teolog kristen yang memperlakukan kaum perempuan tidak saja sebagai jenis makhluk hidup yang berbeda tetapi juga sebagai makhluk yang cacat Tertulianus (160-225) menyebut perempuan sebagai "gerbang iblis".

Agustinus (354-430) berpendapat bahwa hanya lelaki sendirilah yang merupakan citra Allah; seorang perempuan adalah citra Allah hanya apabila bersama dengan suaminya. Thomas Aquinas (1225-1274), dipengaruhi oleh Aristotelses, menyebut perempuan sebagai makluk "cacat" dan "terkutuk".[1]  

Feminisme telah menjadi hal yang penting dari budaya barat modern. Feminisme adalah sebuah pergerakan global yang bekerja pada emansipasi wanita, berdebat untuk kesetaraan gender dan pemahaman yang benar tentang hubungan perempuan dan laki-laki yang harus ditegaskan oleh praktek dan teologi kontemporer.

Terminologi lama yang digunakan ialah "kebebasan wanita", (women's liberation) menekankan fakta bahwa sebuah pergerakan pembebasan mengarahkan upaya pada pencapaian kesetaraan untuk perempuan dalam masyarakat modern, khususnya melalui penghapusan hambatan termasuk keyakinan, nilai-nilai, dan sikap- yang menghambat proses tersebut.[2]

Teologi Feminis bertujuan untuk memahami dan mengkritik tradisi dominasi pria dan menantang citra andorsentrisme[3] tentang Tuhan dan kemanusiaan (Feminist theology thus aims to understand and criticize male-dominated tradition and to challenge androcentric images of God and humanity).[4] Feminisme menjadi gerakan baru sebagai bentuk keinginan untuk mengakui sebuah perbedaan atas pendekatan pada bagian wanita dalam perbedaan budaya dan kelompok etnik. 


Ada banyak jenis teologi feminis, tetapi pada umumnya tetap dapat dibedakan menjadi tiga golongan:[5] 

Yang pertama disebut teologi feminis revolusioner, Aliran revolusioner diciptakan oleh perempuan-perempuan yang, setelah menyelidiki tradisi kristiani mengambil kesimpulan bahwa tradisi itu didominasi oleh kaum laki-laki dan menyatakan bahwa tradisi itu tidak dapat memberikan harapan perbaikan.

Perempuan-perempuan ini biasanya memberikan suara mereka dengan hentakan kaki mereka dan meninggalkan Gereja. Fenomena ini menjadi semakin besar di beberapa negara. Untuk membersihkan agama dari unsur dominasi laki-laki, mereka membentuk kelompok-kelompok yang berdoa dan beribadat secara bersama-sama.

Bagi kelompok-kelompok ini, persaudarian adalah nilai yang besar dan Allah yang di sapa adalah Dewi.[6] Jelas bahwa para teolog feminis revolusioner tidak tertarik pada teologi katolik yang khas, apalagi pada refleksi tentang  Yesus Kristus.

Banyak teolog feminis radikal bisa secara pasti dikatakan sebagai kaum pasca kristen. Banyak diantara mereka pada mulanya ambil bagian dalam gereja-gereja Kristen, namun kesadaran feminisnya mendorong mereka menyimpulkan bahwa agama kristen itu adalah patriakat yang tidak dapat disembuhkan lagi dan bahkan anti perempuan.[7] 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun