Aristedes menentang dan melawan keputusan pemerintah, ia lebih memilih hati nuraninya. Ia mengeluarkan visa ribuan lembar yang dikerjakannya dalam waktu kurang lebih satu minggu (12-23 Juni 1940) dan memberikannya pada para pengunsi.
Konsekuensi dari tindakannya, ia dipecat dan dikucil dari lingkungannya dan bahkan ke-15 orang anaknya tidak diperkenankan untuk mengikuti dinamika kehidupan sebagaimana orang merdeka hidup di negaranya sendiri. Mendes harus diberhentikan dari jabtanya dan dilarang mencari kerja di negaranya untuk menafkai kehidupan keluarga.
Keluarga dan dirinya jatuh miskin dan bahkan susah untuk mendapatkan makanan. Ini adalah salah satu konsekuensi dari tindakannya melawan kediktatoran Salazar, tetapi ia meiliki prinsip hidup yang sangat kokoh "I could not have acted otherwise, and I therefore accept all that has befallen me with love".
Hari Hati Nurani
Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik Roma dalam audensinya pada hari Rabu 17 Juni 2020 pada hari hati nurani 'Day of Conscience' menegaskan bahwa Day of conscience ialah hari yang diilhami oleh Sousa Mendes. Dia lebih memilih dicopot daripada harus mengorbankan ribuan orang di bunuh tanpa salah.
'Aku lebih suka berdiri dengan Tuhan melawan manusia daripada dengan manusia melawan Tuhan' demikian penggalan pernyataan Mendes yang menunjukan bisikan hati nuraninya membawanya pada panggilan kemanusiaan.
Tindakan hati nurani bagi Aristides de Sousa Mendes ialah menentang perintah pemerintah (jika itu tidak sesuai dengan panggilan kemanusian) dan menunjukkan keberanian, kejujuran moral, tidak mementingkan diri sendiri, dan pengorbanan diri dengan mengeluarkan visa untuk semua pengungsi terlepas dari kebangsaan, ras, agama atau pendapat politik.
Dia menyadari bahwa dia akan menghadapi konsekuensi keras, Sousa Mendes memutuskan untuk bertindak sesuai perintah hati nuraninya. Sejarahwan Bauer menyebut ini sebagai aksi penyelamatan terbesar selama masa holocaust yang dilakukan seorang individu; "perhaps the largest rescue action by a single individual during the Holocaust or Shoah (periode 1941-1945)."
Aristides de Sousa Mendes meninggal pada 3 April 1954 dalam kemiskinan di Rumah Sakit Fransiskan di Lisbon. Dia dimakamkan dalam balutan jubah Fransiskan karena tidak memiliki pakaian yang sesuai miliknya. Bahkan sampai akhir hidupnya yang pahit ini, Aristides de Sousa Mendes tahu dan menyadari bahwa ia bertindak secara manusiawi atas nama ribuan orang yang tidak bersalah dan mendukung keputusann hatinya untuk menyelamatkan hidup banyak orang.
Tindakan heroiknya baru diakui pertama pada tahun 1966 oleh Israel, yang menyatakan Aristides de Sousa Mendes sebagai Righteous among the nations.
Pada tahun 1986, Kongres Amerika Serikat memproklamirkan, untuk menghormati tindakan kepahlawanannya. Belakangan ia akhirnya diakui oleh pemerintahan Portugal, saat Presiden ke-17 Mario Soares (menjabat dari tahun 9 Maret 1986 -- 9 Maret 1996) meminta maaf kepada keluarga Sousa Mendes dan Parlemen Portugal mempromosikannya rank of Ambasador secara anumerta (post-humous) padanya.