Mohon tunggu...
Fransiskus Sardi
Fransiskus Sardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lulus dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Program Filsafat

Follow ig @sardhyf “Terhadap apa pun yang tertuliskan, aku hanya menyukai apa-apa yang ditulis dengan darah. Menulislah dengan darah, dan dengan begitu kau akan belajar bahwa darah adalah roh” FN

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Visa Hati Nurani: Mengenang Aristedes de Sousa Mendes

13 September 2021   19:01 Diperbarui: 13 September 2021   19:16 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari: sousamendesfoundation.org

Kontroversi Narasi!

Sejatinya sebuah peristiwa tidak perlu dinarasikan (baca, dituliskan) kembali atau dikenang dalam sejarah selanjutnya, karena narasi tidak punya kuasa untuk mewakili semua rasa yang lahir pada saat terjadinya peristiwa dalam hidup atau pasca terjadinya peristiwa. 

Narasi (tulisan) terbatas, sedangkan kisah atau peristiwa hidup punya sensasi dan nilai-nilai yang kaya nan luas dan tidak bisa diwakilkan semuanya dalam sebuah mini-narasi ataupun meta-narasi

Membuat narasi atau refleksi tentang sebuah kisah kehidupan atau pun peristiwa apa pun, hemat saya adalah sebuah bentuk batasan atas indahnya kisah-kisah hidup atau lebih radikal lagi, sebagai sebuah tindakan bodoh untuk mengingat-ingat luka dalam sejarah (jika itu peristiwa kelam). 

Namun tak bisa ditolak setiap kisah itu akan menjadi sia-sia, jika dibiarkan berlalu begitu saja tanpa sebuah coretan. Disini letak kontroversi narasi; antara membatasi dan membingkai; antara mengenang dan menyakiti.

Terlepas dari kontroversinya; tulisan sesungguhnya memiliki kesakralannya. Kesakralannya tampak dari kemampuan atau otoritasnya dalam merekam seluruh sejarah perjalanan hidup, walaupun tidak semua, tetapi dia mampu MEREKAM kisah-kisah. Sejarah perjalanan; dari kelam - terang, suka -- duka semuanya dibingkai dalam tulisan-tulisan sejarah. 

Tampaklah bahwa tulisan memiliki kemampuan mengubah kehidupan. Orang yang tidak mengetahui dan mengenal tulisantidak bisa memahami banyak hal; tidak bisa membaca; tidak bisa menulis dan banyak hal lainnya. 

Konon ketika Adolf Hitler membantai sekitar enam juta orang Yahudi di seluruh kawasan Eropa, tulisan menjadi (salah satu) saksi bisu yang merekam; menghidupkan, dan membuat sejarah selalu diingat. 

'Bahasa tulis bisa menjadi gambaran sederhana untuk, menjelaskan atau merenarasikan realitas yang terjadi silam'.

Aristedes de Sousa Mendes?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun