Mohon tunggu...
Adi Pujakesuma
Adi Pujakesuma Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

KEBENARAN HANYA MAMPU DILIHAT MELALUI MATA KEMATIAN

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pengalaman Pahit Kala Menjahit

23 Januari 2017   13:41 Diperbarui: 23 Januari 2017   13:49 1929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pengalaman kurang pahit ini saya alami tat kala usai menerima bahan pakaian dinas 1 setel (pakaian dan celana) dari kantor. Kronologis berawal pada tanggal 7 Januari 2017 saya meluncur dari Sudiang ke tempat penjahitan yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Persisnya arah ke kota posisi konveksi berada di depan kantor Gubernur Sulawesi Selatan, bersebelahan dengan penjual Empek-empek Family Palembang, nama tempat penjahitan itu sebut saja inisial BRT Tailor.

Tanpa berburuk sangka saya mempercayakan jahitan disana, tempatnya agak tersembuyi oleh sempitnya bangunan kanan dan kiri, sesampainya disana segera saya ukur bahan tersebut setelah memperlihatkan contoh pakaian dinas yang lama dengan modifikasi berbeda, secara cekatan penjahitnya mengukur pakaian, usai pengukuran bayar DP atau panjar, diberilah saya nota pelunasan setelah pakaian jadi dijahit.

Secara profesional saya tanyakan kapan jadinya ini, dijawab minggu depan atau Sabtu tanggal 14 Januari 2017 sudah jadi. Apa yang terjadi ternyata pakaian tadi urung rampung usai ditelpon, terpaksa menunggu lagi, sang istri yang tidak tinggal diam mencoba telepon pada Rabu 18 Januari 2017, katanya sudah jadi, tenang rasanya mendengar jawaban penjahit.

Karena Rabu tidak bisa ambil baju, maka pada Jum,'at 20 Januari 2017 usai sholat Jum’at, istri saya menyempatkan diri ke tempat konveksi. Jauh-jauh dari arah Sudiang ke kota menunggangi motor cuaca cukup panas justru yang ditemui kekecewaan. Tempatnya tutup alasannya sore baru buka. Padahal janjinya selalu ada orang di tempat penjahitan.

Saya juga berusaha SMS bahan telepon memastikan hasil jahitan, tidak pernah dijawab, saking profesionalnya menelpon pelangganpun tidak mau, dasar pelit pulsa. Keterbatasan tenaga penjahit pada konveksi tersebut membuatnya enggan korban pulsa tapi mau ambil banyak proyek.

Pernah satu kali SMS kata penjahitnya akan mengantarnya ke rumah jam 08.00 wita pagi, lagi-lagi dasar jam karet juga nongol batang hidungnya, padahal janji adalah hutang yang harus ditepati, profesionalisme melayani pelanggan. Setelah ditunggu cukup lama sekitar jam 10.22 wita, akhirnya penjahit memenuhi janjinya datang ke rumah membawa jahitan, dari hasilnya cukup rapi, ada sish beberapa jahitan tidak simetris, untungnya bagian-bagian tersembunyi,  seketika saya lunasi di tempat kekurangan pembayaran.

Dengan demikian clear sudah urusan sambil memaafkan, jangan terulang lagi. Perbuatan baik dilakukan selama ini sia-sia tergadai oleh keburukan sepele tapi menentukan. Gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga. Itulah inti permasalahannya. Jgn lagi didramatisir atau ditambah-tambahin, sama artinya HOAX.

Intinya dalam menjalankan bisnis konveksi, hal utama komunikasi itu dibutuhkan, agar tidak terjadi kesalah pahaman antara produsen dan konsumen. Ingin dikatakan profesional syaratnya mudah sekali kok Jujur, informasikan bahwa jahitan selesai atau sementara proses, tepati janji, ramah terhadap konsumen/pelanggan, hasil memuaskan sesuai keinginan pelanggan, tidak otoriter, terbuka dengan anak buah agar tidak ditinggalkan mereka. Lembur sih lembur masak cuman SMS tidak bisa?

Pelajaran berharga bagi siapa saja yang akan membuka usaha serupa, kunci suksesnya hanyalah komunikasi, pelayanan ramah terhadap konsumen/pelanggan, ibarat kata “pembeli adalah raja.” Pelajaran berharga untuk kita semua.

Bukan satu tempat saja di Makassr saya merasa kurang puas dengan hasil dan jahitannya, kekecilan, kancingnya juga mau copot, dalam artian kurang jahitan benang menyebabkan kancingnya mau lepas. Bikin naik pitam, penjahitnya justru mengatur model, padahal yang punya bahan kan pelanggan, aneh sekali, merasa paling tahu dengan keinginan, ukuran dan model pakaian yang diinginkan.

Sebaliknya, pengalaman memuaskan/sesuai selera ketika menjahitkan pakaian dengan celana disuatu pasar sentral lama. Penjahitnya tua dan keturunan Tionghoa sebut saja Ahong. Sambil pilih bahan pakaian sekalian jahit dengan model dan ukuran seperti saya inginkan dan dikerjakan tepat waktu, katanya seminggu jadi saya lebihkan sehari, walhasil kain selesai dijahit, rapi, sesuai model pelanggan. Bukan berarti saya anti Nasionalis loh atau menggiring opini publik bersifat provokatif, tidak ada sama sekali niatan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun