Mohon tunggu...
Adi Pujakesuma
Adi Pujakesuma Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

KEBENARAN HANYA MAMPU DILIHAT MELALUI MATA KEMATIAN

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kemapanan 'Uang Panai' Kalahkan Ketampanan

25 April 2017   10:34 Diperbarui: 25 April 2017   19:00 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: tribunnews.com)

Ketika harta membutakan logika segala sesuatu yang mustahil terbukti ada. Harta juga membutakan logika seorang wanita cantik dan terdidik asal Desa Tengnga-tengnga, Kecamatan Bengo, Kabupaten Bone, yang saat ini masih berstatus mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di Makassar rela dinikahi kakek usia 70 tahun.

Pangeran beruntung tersebut bernama Tajuddin Kammisi adalah mantan Sekretaris Daerah (Sekda) serta Mantan Wakil Wali Kota Parepare Sulawesi Selatan. Sementara sang Putri merupakan bangsawan Bone bernama Andi Fitri berusia 25 tahun. Ijab kabul antara Tajuddin Kammisi (70) dengan pasangannya Andi Fitri (25) itu terjadi pada Sabtu (22/4/2017) di Dusun Tanah Tengah, Desa Liliriawang, Kecamatan Bengo, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Pernikahan luar biasa ini sempat viral di dunia maya, termasuk warga Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan takjub akan fenomena ini. Dikatakan luar biasa heboh karena pernikahan tersebut melampaui batas logika kewajaran manusia, ada kakek yang menikah dengan gadis, terpaut usia sangat jauh.

Uang panai untuk melamar mempelai wanita juga berdarah biru itu mengingatkan saya akan kisah Datuk Maringgih dan Siti Nurbaya, dipaksa menikah karena terlilit hutang plus bunga. Bedanya hebohnya pernikahan ini terletak pada uang panai dengan jumlah total fantastis lebih dari Rp 1,4 miliar. Dengan rincian, uang tunai sebesar Rp 150.000.000, sebuah rumah batu permanen seharga Rp 700.000.000, emas 200 gram, dan sebuah mobil mewah seharga Rp. 450.000.000.

Pujangga berkata, "Cinta itu memberi bukan meminta, cinta itu ikhlas bukan memaksa.” Akan tetapi dengan pernikahan kemarin bukanlah suatu kecelakaan atau kebetulan belaka, kata-kata pujangga tersebut terbantahkan. Terlepas atas nama cinta yang jelas pernikahan ini menjadi viral, mengalahkan pernikahan para selebriti.

Sejauh mata memandang, logika mengatakan cinta itu buta, akan tetapi ada. Lain ladang lain belalang lain lubuk lain ikannya. Pepatah ini memang terdengar klise. Tapi jika kita datang ke suatu Daerah yang sangat berbeda dengan tempat tinggal kita atau tempat kita berasal, pepatah itu benar juga. Kita disuguhkan pada kenyataan bahwa harta mematahkan kekuatan cinta dua manusia berlainan jenis.

Mahalnya kehormatan wanita mampu mewujudkan diambang batas kewajaran, meski usia sisa menunggu panggilan-NYA. Intinya, teman saya berkata, “Kemapanan mengalahkan ketampanan.”  Tradisi itu benar-benar bergeser makna menjadi gengsi.

25 April 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun