Mohon tunggu...
Inovasi Artikel Utama

Sampai Kapan Mau Beli Bajakan?

23 Januari 2017   13:18 Diperbarui: 23 Januari 2017   16:15 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DreadOut (2014) by Digital Happiness

Grimm Odds by Batavian Studio
Grimm Odds by Batavian Studio
Berdasarkan laporan yang dirilis Newzoo pada tahun 2015, pasar game Indonesia pada tahun 2017 diprediksi mencakup 21% dari total Asia Tenggara yang diperkirakan mencapai US$2,2 miliar (sekitar Rp29,4 triliun) dengan kenaikan pertumbuhan yang paling signifikan sebesar 37,3%. Tidak hanya itu, di dalam laporan tersebut juga dicantumkan bahwa jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara lainnya, Indonesia menduduki peringkat pertama dengan negara yang memiliki jumlah gamer terbanyak, yakni 34 juta orang.

Dilihat dari data tersebut, bisa diasumsikan bahwa prospek industri game di Indonesia semakin hari semakin besar. Jumlah pemain yang terus bertambah berarti ruang lingkup pasar industri permainan pun berpotensi untuk menjadi semakin luas. Dengan demografi yang bervariasi dan animo setiap gamer yang berbeda, ditambah pesaing lokal yang belum begitu banyak, pengembang permainan memiliki kebebasan dalam memilih target pasar masing-masing.

Pasar Game Asia Tenggara Tahun 2013-2017
Pasar Game Asia Tenggara Tahun 2013-2017
Tidak hanya itu, tingkat keamanan game yang makin ke sini semakin canggih dan ketat pun membuat game semakin sulit dibajak. Contohnya adalah teknologi anti-tamper yang bernama Denuvo yang dikembangkan oleh perusahaan Austria yang sangat sulit dibajak. Sejumlah game yang menggunakan teknologi Denuvo, yakni Need for Speed (2016), Hitman (2016), Just Cause 3 (2015), FIFA 17 (2016), dan lain-lainnya.

Didukung juga dengan meningkatnya popularitas platform distribusi digital seperti STEAM yang menjual lisensi game orisinal dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan physical copy-nya, kesadaran gamer untuk membeli game orisinal menjadi lebih tinggi.

Esa hilang, dua terbilang. Peribahasa ini juga berlaku di ranah industri permainan. Sekalipun aral melintang, beberapa pengembang permainan tidak pernah patah arang dalam mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Salah satunya adalah studio pengembang permainan lokal kini sedang mengembangkan game Forged of Blood yang diperkirakan akan rilis pada awal tahun 2018.

Forged of Blood merupakan sebuah game fantasi, tepatnya turn-based tactical RPG, yang dikembangkan oleh Critical Forge. Studio ini dibentuk oleh enam orang pionir pada Februari 2016. Critical Forge juga berencana untuk mencari pembiayaan tambahan melalui Kickstarter dan/atau Early Access untuk menyelesaikan produksi game tersebut.

Mungkin kita bukan programmer ataupun game designer. Mungkin juga kita bukan gamer profesional atau berkecimpung di dunia profesi game. Mungkin kita hanya sekedar seorang penikmat kasual video game. Namun kita bisa membantu pasar industri game lokal dimulai dengan cara menghindari pembelian dan penggunaan game bajakan.

Salah satu cara mudah yang bisa menunjukkan keseriusan dan komitmen kita terhadap dunia permainan. Apa mungkin lebih mempan kalau pakai iming-iming moral biar lebih kekinian? Membajak itu mencuri dan mencuri itu dosa. Main game bajakan berarti dosa. Lagi pula mau sampai kapan sih main game bajakan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun