Mohon tunggu...
Sarah Salsabilah
Sarah Salsabilah Mohon Tunggu... Tenaga pendidik/Guru/Freelance/Creative enthusiasts

Setiap hari adalah perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Onigiri, Hadiah untuk diri ( Part 2 )

9 September 2025   18:07 Diperbarui: 13 September 2025   16:52 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : archive sarahsalsblh_

Seperti biasa di akhir pekan, saya datang ke rumah salah satu murid untuk memberikan les mengaji Al-Qur’an dan muroja’ah hafalan. Sore itu cuaca cukup hangat, langit sedikit berawan, dan suasana rumah terasa begitu tenang.

Saya masuk ke kamar murid, tempat kami biasanya belajar. Di sana sudah tersedia mushaf. Ia menyambut dengan salam dan segera duduk bersila. Sesi dimulai dengan tilawah. Dan muroja’ah Hafalan Ia sempat terbata di beberapa ayat, tetapi dengan sabar saya membimbing, mengulang-ulang hingga hafalannya lebih lancar. Setelah itu, kami menambah hafalan. Melihat seorang anak kecil bersemangat menjaga ayat-ayat Al-Qur’an selalu membuat hati saya hangat.

Setelah selesai, biasanya ibunya menyiapkan makanan kecil. Saya masih ingat betul, pada pertemuan pertama saya diberi onigiri yang sederhana, tetapi membuat saya merasa dihargai. Namun kali ini berbeda.

Saya tetap duduk di kamar setelah pelajaran usai. Beberapa menit berlalu, makanan tidak kunjung datang. Saya berpikir mungkin kali ini tidak ada suguhan, dan itu sama sekali tidak masalah. Saya memang datang untuk mengajar, bukan untuk dijamu.

Namun, tak lama kemudian ibunya masuk sambil berkata, “Makanan sedang dipesankan, ya. Mohon ditunggu sebentar.”

Saya hanya mengangguk sopan, meski ada rasa sungkan.

Untuk mengisi waktu, pandangan saya tertuju pada tumpukan buku di sudut kamar. Salah satunya memiliki sampul biru gelap dengan judul “Mindset”. Saya pernah mendengar tentang buku ini, tetapi belum pernah membaca. Saya meminta izin untuk meminjamnya sebentar.

Begitu membuka halaman pertama, saya langsung terhanyut. Buku itu membicarakan tentang cara berpikir—“growth mindset” dan “fixed mindset”. Kalimatnya sederhana, tetapi memberi pengaruh besar.

Saya membaca satu paragraf yang menancap dalam hati: “Kegagalan bukan akhir, melainkan kesempatan untuk belajar.” Saya terdiam sejenak. Kata-kata itu seakan berbicara langsung kepada saya. Saya teringat pengalaman-pengalaman mengajar, bagaimana terkadang murid sulit fokus, atau hafalan terasa berat. Namun, bukankah setiap kesulitan bisa menjadi proses belajar, bukan alasan untuk menyerah?

Saya begitu larut hingga tidak sadar waktu berlalu. Saat pintu kamar diketuk, ibunya datang membawa nampan.

“Maaf ya, menunggu agak lama,” ucapnya hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun