Mohon tunggu...
Sarah Khoerunnisa
Sarah Khoerunnisa Mohon Tunggu... seorang Mahasiswa

seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peninggalan Hindu-Buddha di Kota Santri

28 Desember 2021   15:45 Diperbarui: 28 Desember 2021   15:54 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, dari keberadaannya pun sudah unik menurut saya, dimana Situs Lingga Yoni yang merupakan situs purbakala zaman Hindu-Buddha, yang berada di tengah-tengah daerah dengan julukan “Kota Santri” yang tentunya nilai-nilai keislamannya cukup kuat. Hal ini bisa menjadi pengingat bagi warga Tasikmalaya khususnya, umumnya bagi kita semua untuk menanamkan jiwa toleransi yang tinggi karena ternyata sebelum menjadi Kota Tasik yang sekarang, Tasik ini mempunyai sejarah yang panjang dimana pernah diisi oleh berbagai agama dan kepercayaan.

Saat sedang mempelajari toleransi yang ada, wargi Tasik juga sekaligus akan belajar mengenai sejarah Tasikmalaya yang ternyata sudah dimulai sejak sebelum masehi. Dimana sejarah Kota Tasik ini sudah dimulai pada saat kerajaan Hindu-Buddha, atau mungkin bisa saja lebih dari itu. Hal ini tentunya akan memperluas pengetahuan anda mulai dari penamaan Kecamatan Indihiang itu sendiri, penamaan Tasikmalaya, maupun mengenai Situs Lingga Yoni itu sendiri.

Meskipun saat ini Situs Lingga Yoni sudah terasuk kedalam cagar budaya dan di sekeliling situs tersebut sudah dipasang pagar dan kawat berduri, tetapi situs itu masih dikeramatkan oleh beberapa pihak, masih bisa digunakan untuk ritual, dan berdoa. Beberapa warga di sekitar pun masih mendatangi situs ini untuk meminta kesuburan pada tanaman yang sedang ditanam supaya bisa berhasil sampai nanti panen tiba.

Ternyata tidak hanya orang sekitar situs saja yang melakukan ritual ini. Tetapi juga orang-orang dari berbagai daerah juga mendatangi Situs Lingga Yoni ini untuk meminta kesuburan pada tanamannya. Karena memang Lingga Yoni ini melambangkan kesuburan. Sebagaimna dikutip dari (Arifianto, 2019), Pemilik lahan pertanian dari Karawang, Subang dan Indramayu pun banyak yang mendatangi situs tersebut. Mereka menggelar ritual atau berdoa agar lahan pertanian tak diganggu hama dan berhasil panen.

Efek magis atau keramat dari situs ini masih ada hingga saat ini. Dibuktikan dengan berbagai mitos yang masih dipercayai oleh warga sekitar dan adanya gerabah yang berisi menyan di lokasi tersebut. Dilansir dari (Jafar, 2021) beberapa mitos yang tersebat diantaranya jika ada seseorang yang masih berada di sekitar situs hingga menjelang magrib, tiba-tiba terdengar suara seperti menyuruh untuk pulang, seperti “geura balik geus rek magrib”, yang artinya cepat pulang sudah mau magrib. 

Tidak hanya itu, di situs ini juga sering terdengar seperti suara orang ramai yang sedang berbicara, padahal lokasi situs Lingga Yoni ini cukup jauh dari pemukiman penduduk, sekitar 1 km. Di sekitaran bukit kadang juga terlihat nenek-nenek yang sedang menyapu. Selain itu juga di lokasi ini tersebar mitos jika ada yang mengambil batu di sekitar situs Lingga Yoni, maka akan merenggang nyawa.

Namun sayangnya situs Lingga Yoni ini belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk ecomuseum. Terlihat dari tidak adanya infografis ataupun papan informasi terkait asal usul Situs Lingga Yoni ini. Hanya terdapat papan nama peringatan untuk tidak merusak situs cagar budaya ini. Padahal jika situs ini diisi dengan berbagai infografis, akan banyak orang yang mengerti apa itu Situs Lingga Yoni, dan sejarah dibalik adanya situs purbakala ini. 

Akses jalan untuk ke Situs Lingga Yoni ini pun tidak bisa dibilang mulus. Karena dikutip dari Pikiran Rakyat (Arifianto, 2019), semestinya, keberadaan situs bisa dicapai dari arah Kampung Sindanglengo. Nyatanya, tim Pikiran Rakyat justru berapa kali tersasar karena minimnya petunjuk keberadaan situs dari arah Jalan Mangkubumi-Indihiang (Mangin) atau Brigjen Wasita Kusumah. Perjalanan justru dimulai dari hamparan sawah, Kampung Leuwihieum, Kelurahan Sukarindik, Kecamatan Bungursari. 

Selepas melintasi Sungai Ciloseh, bukit bernama Gunung Kabuyutan yang rimbun oleh pepohonan telah terlihat. Perjalanan mulai mendaki tanpa ada tangga atau petunjuk arah menerobos rimbunnya pohon bambu. Sulitnya akses juga dikeluhkan oleh pengunjung situs ini, salah satunya dibagikan oleh akun Warung Asep di Google Maps. Beliau kebingungan untuk mengakses situs ini karena tidak tahu arah masuk Situs Lingga Yoni disebabkan oleh minimnya arah jalan.

Namun, saat ini situs Lingga Yoni ini sudah pelan-pelan diperbaiki agar bisa menarik banyak pengunjung. Salah satu yang dilakukan oleh Disporabudpar Kota Tasikmalaya, dikutip dari (Redaksi, 2019), pihaknya sedang melakukan penataan parkir dan membuat akses jalan, serta penguasaan tanah karena sekeliling dari lokasi lingga yoni ini dimiliki oleh masyarakat. Setelah hal tersebut selesai dilakukan, maka Disporabudpar Kota Tasikmalaya melakukan musyawarah dengan pemilik lahan dan unsur muspika serta berharap nantinya setelah dilakukan penataan bisa dijadikan destinasi Wisata Artefak.

DAFTAR RUJUKAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun