Untuk anda yang pernah berkunjung ke Tasikmalaya ataupun anda warga Tasikmalaya, apakah anda sudah tahu bahwa di Tasikmalaya terdapat situs purbakala peninggalan zaman dahulu yang sudah berusia kurang lebih 2500 tahun sebelum masehi? Dan bahkan situs purbakala peninggalan zaman dahulu ini sudah masuk ke dalam daftar cagar budaya.
Padahal, di Jawa Barat sendiri situs purbakala peninggalan zaman dahulu bercorak Hindu-Budhha bisa dibilang sedikit, karena kebanyakan peninggalan Hindu-Buddha banyak di temukan di berbagai daerah diluar Jawa Barat. Dan di Kota Tasikmalaya sendiri, situs purbakala peninggalan zaman dahulu ini menjadi satu-satunya (Redaksi, 2019). Seharusnya kelangkaan ini membuat peninggalan bersejarah ini tersohor ya. Karena dalam situs purbakala peninggalan zaman dahulu ini bisa digali mengenai sejarah Tasikmalaya di zaman dahulu.
Situs Lingga Yoni namanya. Situs ini berada di Blok Wangkelan, Kampung Kabuyutan, Jl. Letjend Harun, Kampung Sindanglengo, Kelurahan Sukamajukidul, Kec. Indihiang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Lokasi situs berada pada koordinat 108° 11’23,65’’ BT dan 07° 17’47,96’’ LS dengan ketinggian 420 meter di atas permukaan laut (mdpl). Jika anda ingin mengunjungi situs ini, wargi Tasik bisa menempuh perjalanan sekitar 1 km dari arah selatan terminal bis Kota Tasikmalaya.
Belum banyak orang tahu mengenai situs ini. Bahkan saat saya bertanya kepada tetangga saya yang lahir dan besar di Kota Tasikmalaya dan lokasi rumah tidak terlalu jauh dari situs ini, tetangga saya tidak mengetahui situs ini. Warga sekitar lokasipun tidak tahu jika nama situs ini adalah Lingga Yoni.
Dilansir dari cicicuit (Situs Purbakala Lingga Yoni Tasikmalaya, n.d.), jika anda ingin berkunjung ke situs ini dan ingin bertanya warga sekitar, jangan bertanya “jalan ke situs Lingga Yoni”, karena warga sekitar tidak akan paham. Situs ini disebut oleh warga sekitar dengan nama “Karamat”. Bahkan jika anda melihat ulasan tempat ini di Google Maps, ada beberapa orang yang mereview tempat ini sulit untuk dilalui karena tidak ada petunjuk jalan yang bisa digunakan.
Sebenarnya apa itu Situs Lingga Yoni? Situs tersebut merupakan tempat peribadatan atau tempat suci (Newswire, 2012) untuk mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa (Noor, 2019) bagi penganut Hindu Saiwa. Bentuknya seperti stupa pada candi-candi yang umumnya dikenal di tanah air. Bila diangkat, Lingga yang terbuat dari batu hitam akan terlihat di bagian yang masuk ke lubang Yoni sedikit runcing segi empat. Sementara Yoni yang menjadi wadah Lingga, di bagian luarnya terukir mirip ukiran candi-candi meski sudah tidak utuh (Newswire, 2012).
Menurut Suta dalam (Harriyadi, 2021), Lingga merupakan perwujudan penggambaran Dewa Śiwa, sedangkan Yoni merupakan representasi shakti (istrinya) Siwa yaitu Dewi Parwati. Penyatuan Lingga dan Yoni ini merupakan bentuk pemujaan atas kesuburan lahan di kawasan tersebut (Candi Lingga Yoni, Tempat Beribadat Era Hindu Di Kota Tasikmalaya, 2020).
Lingga disebut juga perlambang api serta cahaya. Keberadaannya merepresentasikan kehadiran unsur kekuatan serta kekuasaan. Yoni perlambang dari bumi. Pertemuan atau penyatuan kedua unsur tersebut menggambarkan penyatuan antara laki-laki dan perempuan yang menghasilkan arus atau energi tertentu.
Dalam jurnal (Widyastuti, 2017), dijelaskan bahwa tinggalan arkeologis yang terdapat di Situs Lingga Yoni ini berada pada lahan datar berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 7,30 x 7,20 m. Sekarang di situs ini sudah dilakukan pemagaran oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten serta pemasangan papan nama oleh Balai Pengelolaaan Kepurbakalaan, Kesejarahan, dan Nilai Tradisional Propinsi Jawa Barat. Di lokasi situs terdapat batu datar, menhir, batu bulat serta tentu saja Lingga dan Yoni.
Situs Lingga Yoni ini sangat cocok dan potensial untuk dijadikan ecomuseum, karena beberapa keunikan yang dimiliki situs ini maupun masyarakat sekitarnya. Disebut unik karena kebanyakan cagar budaya yang ada di tasikmalaya berupa makam, ataupun bangunan peninggalan zaman colonial.
Selain itu, dari keberadaannya pun sudah unik menurut saya, dimana Situs Lingga Yoni yang merupakan situs purbakala zaman Hindu-Buddha, yang berada di tengah-tengah daerah dengan julukan “Kota Santri” yang tentunya nilai-nilai keislamannya cukup kuat. Hal ini bisa menjadi pengingat bagi warga Tasikmalaya khususnya, umumnya bagi kita semua untuk menanamkan jiwa toleransi yang tinggi karena ternyata sebelum menjadi Kota Tasik yang sekarang, Tasik ini mempunyai sejarah yang panjang dimana pernah diisi oleh berbagai agama dan kepercayaan.
Saat sedang mempelajari toleransi yang ada, wargi Tasik juga sekaligus akan belajar mengenai sejarah Tasikmalaya yang ternyata sudah dimulai sejak sebelum masehi. Dimana sejarah Kota Tasik ini sudah dimulai pada saat kerajaan Hindu-Buddha, atau mungkin bisa saja lebih dari itu. Hal ini tentunya akan memperluas pengetahuan anda mulai dari penamaan Kecamatan Indihiang itu sendiri, penamaan Tasikmalaya, maupun mengenai Situs Lingga Yoni itu sendiri.
Meskipun saat ini Situs Lingga Yoni sudah terasuk kedalam cagar budaya dan di sekeliling situs tersebut sudah dipasang pagar dan kawat berduri, tetapi situs itu masih dikeramatkan oleh beberapa pihak, masih bisa digunakan untuk ritual, dan berdoa. Beberapa warga di sekitar pun masih mendatangi situs ini untuk meminta kesuburan pada tanaman yang sedang ditanam supaya bisa berhasil sampai nanti panen tiba.
Ternyata tidak hanya orang sekitar situs saja yang melakukan ritual ini. Tetapi juga orang-orang dari berbagai daerah juga mendatangi Situs Lingga Yoni ini untuk meminta kesuburan pada tanamannya. Karena memang Lingga Yoni ini melambangkan kesuburan. Sebagaimna dikutip dari (Arifianto, 2019), Pemilik lahan pertanian dari Karawang, Subang dan Indramayu pun banyak yang mendatangi situs tersebut. Mereka menggelar ritual atau berdoa agar lahan pertanian tak diganggu hama dan berhasil panen.
Efek magis atau keramat dari situs ini masih ada hingga saat ini. Dibuktikan dengan berbagai mitos yang masih dipercayai oleh warga sekitar dan adanya gerabah yang berisi menyan di lokasi tersebut. Dilansir dari (Jafar, 2021) beberapa mitos yang tersebat diantaranya jika ada seseorang yang masih berada di sekitar situs hingga menjelang magrib, tiba-tiba terdengar suara seperti menyuruh untuk pulang, seperti “geura balik geus rek magrib”, yang artinya cepat pulang sudah mau magrib.
Tidak hanya itu, di situs ini juga sering terdengar seperti suara orang ramai yang sedang berbicara, padahal lokasi situs Lingga Yoni ini cukup jauh dari pemukiman penduduk, sekitar 1 km. Di sekitaran bukit kadang juga terlihat nenek-nenek yang sedang menyapu. Selain itu juga di lokasi ini tersebar mitos jika ada yang mengambil batu di sekitar situs Lingga Yoni, maka akan merenggang nyawa.
Namun sayangnya situs Lingga Yoni ini belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk ecomuseum. Terlihat dari tidak adanya infografis ataupun papan informasi terkait asal usul Situs Lingga Yoni ini. Hanya terdapat papan nama peringatan untuk tidak merusak situs cagar budaya ini. Padahal jika situs ini diisi dengan berbagai infografis, akan banyak orang yang mengerti apa itu Situs Lingga Yoni, dan sejarah dibalik adanya situs purbakala ini.
Akses jalan untuk ke Situs Lingga Yoni ini pun tidak bisa dibilang mulus. Karena dikutip dari Pikiran Rakyat (Arifianto, 2019), semestinya, keberadaan situs bisa dicapai dari arah Kampung Sindanglengo. Nyatanya, tim Pikiran Rakyat justru berapa kali tersasar karena minimnya petunjuk keberadaan situs dari arah Jalan Mangkubumi-Indihiang (Mangin) atau Brigjen Wasita Kusumah. Perjalanan justru dimulai dari hamparan sawah, Kampung Leuwihieum, Kelurahan Sukarindik, Kecamatan Bungursari.
Selepas melintasi Sungai Ciloseh, bukit bernama Gunung Kabuyutan yang rimbun oleh pepohonan telah terlihat. Perjalanan mulai mendaki tanpa ada tangga atau petunjuk arah menerobos rimbunnya pohon bambu. Sulitnya akses juga dikeluhkan oleh pengunjung situs ini, salah satunya dibagikan oleh akun Warung Asep di Google Maps. Beliau kebingungan untuk mengakses situs ini karena tidak tahu arah masuk Situs Lingga Yoni disebabkan oleh minimnya arah jalan.
Namun, saat ini situs Lingga Yoni ini sudah pelan-pelan diperbaiki agar bisa menarik banyak pengunjung. Salah satu yang dilakukan oleh Disporabudpar Kota Tasikmalaya, dikutip dari (Redaksi, 2019), pihaknya sedang melakukan penataan parkir dan membuat akses jalan, serta penguasaan tanah karena sekeliling dari lokasi lingga yoni ini dimiliki oleh masyarakat. Setelah hal tersebut selesai dilakukan, maka Disporabudpar Kota Tasikmalaya melakukan musyawarah dengan pemilik lahan dan unsur muspika serta berharap nantinya setelah dilakukan penataan bisa dijadikan destinasi Wisata Artefak.
DAFTAR RUJUKAN
Arifianto, B. (2019). Menyelisik Situs Lingga Yoni, Serpihan Sejarah Panjang Tasikmalaya. Pikiran-Rakyat.Com. https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-01305168/menyelisik-situs-lingga-yoni-serpihan-sejarah-panjang-tasikmalaya?page=2
Candi Lingga Yoni, Tempat Beribadat Era Hindu di Kota Tasikmalaya. (2020). Hystoryana.Blogspot.Com. https://hystoryana.blogspot.com/2020/03/candi-lingga-yoni-tempat-beribadat-era.html
Harriyadi. (2021). 113Naskah diterima tanggal 05 Oktober 2020, diperiksa tanggal 29 Januari 2021, dan disetujui tanggal 08 Juli 2021.STUDI PENDAHULUAN BENTUK SIMBOL PENYATUAN DALAM TRADISI INDIA KUNO YANG DITEMUKAN DI INDONESIA. AMERTA, Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Arkeologi, 39(2), 113–128. https://doi.org/10.24832/amt.v39i2.113-128
Jafar, J. Al. (2021). Misteri Gunung kabuyutan (Lingga Yoni) Indihiang, Kota Tasikmalaya. Tasik.My.Id. https://www.tasik.my.id/2021/10/misteri-gunung-kabuyutan-lingga-yoni.html
Newswire. (2012). Balai Arkeologi Bandung Gali Situs Lingga Yoni Indihiang Tasikmalaya. Bandung.Bisnis.Com. https://bandung.bisnis.com/read/20121021/549/983948/balai-arkeologi-bandung-gali-situs-lingga-yoni-indihiang-tasikmalaya
Noor, J. (2019). Lingga Yoni, Situs Era Hindu di Kota Tasikmalaya. Daerah.Sindonews.Com. https://daerah.sindonews.com/artikel/jabar/8093/lingga-yoni-situs-era-hindu-di-kota-tasikmalaya
Redaksi. (2019). Pemkot Tasik Berupaya Melestarikan dan Menjaga nilai-nilai Budaya Situs Lingga Yoni. Swaragapura.Com. https://www.swaragapura.com/pemkot-tasik-berupaya-melestarikan-dan-menjaga-nilai-nilai-budaya-situs-lingga-yoni/
Situs Purbakala Lingga Yoni Tasikmalaya. (n.d.). Cicuit.My.Id. https://www.cicuit.my.id/2015/09/situs-purbakala-lingga-yoni-tasikmalaya.html
Widyastuti, E. (2017). ARSITEKTUR BANGUNAN SUCI DI SITUS INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA. PURBAWIDYA, 6(19–32). https://core.ac.uk/download/pdf/326779037.pdf
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI