Mohon tunggu...
Sarah Putri Maharani
Sarah Putri Maharani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang memiliki hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Memahami Ancaman Penggunaan AI dalam Pemilu bagi Desain Kreatif

22 April 2024   16:40 Diperbarui: 22 April 2024   16:41 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Perkembangan, perubahan dan dinamisme masyarakat yang semakin pesat serta perkembangan zaman dan teknologi memerlukan informasi yang berkualitas, akurat, cepat dan tepat. Sistem informasi merupakan salah satu inovasi yang terjadi dalam kehidupan manusia dan evolusinya. Sistem informasi adalah sekumpulan proses organisasi yang bila diterapkan akan menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan atau pengendalian informasi (Syarif, 2009). Beberapa platform media sosial seperti Facebook, Twitter, Tiktok, dan Instagram telah menerapkan kecerdasan buatan (AI) dalam mengolah data tampilan. Kecerdasan buatan (AI) mengacu pada kemampuan mesin untuk meniru kecerdasan manusia, termasuk berbagai teknik dan metode yang memungkinkan komputer memahami, mempelajari, dan mengambil keputusan berdasarkan data yang disediakan.

Penggunaan kecerdasan buatan telah memasuki arena politik dan pemilihan umum. Fenomena ini semakin nyata ketika pemilu 2024 disebut sebagai "pemilihan media sosial". Meski AI membawa banyak manfaat, namun masih terdapat ancaman serius yang tidak dapat dihindari dan harus dihadapi dalam dunia politik, terutama penggunaan AI dalam kampanye iklan media sosial. Salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia, Microsoft, telah memperingatkan potensi bahaya teknologi AI pada pemilu Indonesia 2024, termasuk penggunaannya dapat menimbulkan penyimpangan informasi yang meluas. Menteri Informasi dan Komunikasi Budi Arie Setiadi mengatakan AI digunakan sebagai cara baru untuk menyebarkan hoaks dan misinformasi pada pemilu 2024. Berdasarkan laporan Ipsos, respon positif masyarakat Indonesia terhadap kehadiran AI (kecerdasan buatan) mencapai 78%. Sayangnya, hal tersebut tidak diimbangi dengan kesadaran dan pemahaman terhadap teknologi ini di kalangan generasi muda.

Berdasarkan pengamatan terhadap data dari situs Council on Foreign Relations (CFR), tampaknya penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam pemilu dapat mengancam desain kreatif secara serius. Diskusi di CFR menimbulkan kekhawatiran mengenai meningkatnya penyebaran berita palsu dan meluasnya penggunaan AI di Indonesia. Dengan desain AI yang digunakan dalam pemilu, terdapat risiko manipulasi informasi yang dapat membahayakan integritas pemilu dan mempengaruhi proses demokrasi. Pengamatan ini menyoroti pentingnya memahami dampak AI terhadap pemilu. Oleh karena itu, terdapat kebutuhan untuk mengedukasi masyarakat tentang ancaman yang terkait dengan penggunaan AI dalam pemilu untuk memastikan proses pemilu yang adil dan transparan.

Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan dengan beberapa narasumber di bidang desain kreatif, dapat dilampirkan data sebagai berikut:

  • AI Art adalah gambar atau seni yang dihasilkan dari kecerdasan buatan berdasarkan algoritma yang belajar dari sejumlah besar data gambar yang sudah ada.
  • AI Art merupakan gambar yang dibuat menggunakan kecerdasan buatan melalui algoritma tertentu.
  • Ada pandangan bahwa AI Art dapat memudahkan orang untuk membuat ilustrasi, namun juga menjadi kontroversi karena bisa mengambil hak karya dari ilustrator tanpa membayar, sehingga merugikan seniman.
  • Meskipun praktis, keaslian dan hak cipta dari karya AI Art diragukan.
  • Beberapa orang menilai AI Art sebagai pencuri gambar dari seniman sebenarnya.

Apa pendapatmu mengenai penggunaan AI Art dalam kampanye pemilu 2024?

  • Mayoritas menentang penggunaan AI Art dalam kampanye pemilu karena dianggap tidak menghargai seniman lokal dan merugikan industri kreatif Indonesia.
  • Penggunaan AI Art dinilai kurang etis dan memperkuat pandangan bahwa pemerintah tidak mendukung pekerja kreatif di Indonesia.
  • Beberapa responden menganggap penggunaan AI Art dalam kampanye pemilu sebagai bentuk kurangnya apresiasi terhadap seniman lokal.
  • Penggunaan AI Art dianggap tidak tepat dan tidak mendukung karena bisa merugikan seniman lokal.

Biasanya dimana kamu menemukan kampanye pemilu yang menggunakan AI Art?

Mayoritas narasumber menemukan kampanye pemilu yang menggunakan AI Art di lingkungan sekitar, seperti brosur, spanduk, dan poster, serta di platform media sosial seperti Instagram dan Twitter.

Mayoritas responden menilai penggunaan AI Art dalam kampanye pemilu 2024 tidak etis dan merugikan seniman lokal. Mereka menyoroti rendahnya apresiasi terhadap pekerja kreatif di Indonesia dan mempertanyakan dampak penggunaan AI dalam industri kreatif. Meskipun sebagian orang menganggap penggunaan AI Art sebagai cara praktis untuk memenuhi kebutuhan kampanye, sebagian besar responden berpendapat bahwa hal tersebut tidak menghormati seniman lokal dan dapat merugikan seluruh industri kreatif Indonesia.

Berdasarkan pengamatan dari situs Council on Foreign Relations (CFR), tampaknya penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam pemilihan umum dapat menimbulkan ancaman serius terhadap desain kreatif. Diskusi di CFR menyoroti kekhawatiran mengenai meningkatnya penyebaran berita palsu dan penggunaan AI di Indonesia. Mengingat desain AI yang digunakan dalam pemilu, terdapat risiko manipulasi informasi yang dapat merusak integritas pemilu dan mempengaruhi proses demokrasi. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengedukasi masyarakat tentang ancaman yang terkait dengan penggunaan AI dalam pemilu untuk memastikan proses pemilu yang adil dan transparan.

Selain itu, hasil wawancara dengan sejumlah narasumber di bidang desain kreatif menunjukkan mayoritas menentang penggunaan AI Art pada kampanye pemilu 2024. Mereka menilai penggunaan IA Art merupakan tindakan yang tidak menghormati lokal seniman dan dapat merugikan seluruh industri kreatif Indonesia. Meskipun sebagian orang menganggap penggunaan AI Art sebagai solusi praktis untuk memenuhi kebutuhan kampanye, sebagian besar responden berpendapat bahwa hal tersebut tidak etis dan berpotensi merugikan seniman lokal serta seluruh industri kreatif Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun