Mohon tunggu...
Sapti Nurul hidayati
Sapti Nurul hidayati Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ibu rumah tangga

Mantan ibu bekerja, yang sekarang jadi IRT biasa. Suka hal-hal yang berbau sejarah. Sedang belajar menulis lewat aktifitas ngeblog. Membagikan cerita dan tulisan di blog pribadi https://www.cerryku.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sound of Borobudur, Menghadirkan Kembali Alunan Musik dari Masa Lalu

16 Mei 2021   20:45 Diperbarui: 16 Mei 2021   20:57 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sound of Borobudur (sumber : Soundofborobudur.org)

Sering kali sebagai bangsa kita sering dipandang sebelah mata oleh bangsa lain di dunia. Dianggap sebagai negara kelas 2 atau negara yang kurang maju peradabannya. Dan sayangnya banyak orang Indonesia sendiri yang percaya dengan stigma ini,  dan menjadi merasa rendah diri.

Padahal jika kita mau belajar sejarah masa lalu,  tidak seharusnya sifat minder ada pada diri bangsa Indonesia. Karena fakta sejarah menunjukkan bahwa kita bukan bangsa yang bia sa  biasa saja.

Ketertinggalan kita akibat pernah dijajah memang tidak bisa dipungkiri. Namun setelah kita lepas dari penjajah,  rasa percaya diri bahwa kita sejajar dengan bangsa lain harus kita miliki.  

Candi Borobudur, Bukti Peradaban yang tinggi

Bukan sebuah kebetulan jika di wilayah Jogja dan Jawa Tengah banyak ditemukan peninggalan berupa candi. Candi-candi tersebut adalah peninggalan dari kerajaan Medang atau Mataram Kuno yang  merupakan negara besar pada saat itu,  dengan pusat pemerintahan di wilayah Jogja dan Jateng.

Salah satu candi yang cukup besar dan megah adalah Candi Borobudur, yang ada di Magelang Jawa Tengah. Candi peninggalan wangsa syailendra yang berdiri di abad 8 itu sudah sejak tahun 1991 diakui UNESCO sebagai situs warisan dunia. Di dalamnya tergambar refleksi kondisi kehidupan bangsa kita di masa itu.

Relief Candi Borobudur

Hal menarik yang sampai saat ini terus digali dan dipelajari oleh para ahli, adalah mengenai relief candi Borobudur.  Tidak semata sebagai sebuah hiasan yang memperindah bangunan candi, relief tersebut bisa diibaratkan seperti sebuah kitab atau buku yang merekam semua kehidupan yang ada pada saat itu.  

Banyak gambar yang ditampilkan dalam relief Candi Borobudur. Ada aneka tumbuhan,  hewan,  maupun bangunan, juga peralatan lainnya. Aneka profesi yang ditekuni masyarakat pada saat itu juga tergambar di sana.  

Berdasar literatur yang pernah saya baca, secara garis besar ada beberapa relief yang ada pada candi borobudur, yaitu :

1. Relief Karmawibhangga

Relief ini menceritakan sebab akibat perbuatan baik dan buruk manusia (karma).  Relief ini dipahatkan pada kaki candi yang tertimbun.

2. Relief Lalistavistara
Bercerita tentang riwayat sang Buddha Gautama, sejak lahir sampai khotbah pertama di Taman Rusa. Dipahatkan pada dinding di sebagian lorong pertama.

3. Relief Jatakamala-Awadana 

Berisi kumpulan sajak yang menceritakan tentang perbuatan sang Buddha Gautama dan para Bodhisatwa semasa hidupnya. Relief ini dipahatkan pada dinding sebagaian lorong kedua sampai ke empat.

Relief Alat Musik

Relief alat musik di candi Borobudur (sumber : soundofborobudur.org)
Relief alat musik di candi Borobudur (sumber : soundofborobudur.org)

Yang menarik yang saat ini baru mendapat banyak perhatian dan menjadi latar belakang lahirnya sebuah gerakan bernama Sound of Borobudur adalah adanya relief tentang alat musik baik petik,  tiup,  maupun selaput atau membran yang ada di relief candi Borobudur.


Relief ini terdapat pada relief Karmawibhangga. Di mana ada sepuluh panil pada relief cerita Karmawibhangga yang memuat gambaran tentang berbagai instrumen musik (waditra). Yaitu panil relief nomor 1, 39, 47, 48, 52, 53, 72, 101, 102, dan 117. 

Berdasarkan ketegori umum,  instrumen musik terdiri atas empat jenis, yakni idiophone, membraphone, chordophone, dan aerophone.

Idiophone adalah alat musik yang bunyinya berasal dari alat musik itu sendiri yang beresonansi.
Seperti : gong, simbal,  marakas
Chordophone adalah alat musik yang bunyinya berasal dari getaran dawai yang dipetik, digesek dan ditekan. Seperti gitar,  harpa,  cello.  
Membranophone adalah alat musik yang bunyinya berasal getaran selaput membran yang dibentangkan. Seperti : drum, kendang,  ketipung.
Aerophone adalah alat musik yang bunyinya berasal dari getaran udara dengan cara ditiup. Seperti seruling, terompet.

Dan semua jenis alat musik (waditra tersebut) digambarkan dalam relief Karmawibhangga. Sebagai contoh terdapat relief yang menggambarkan para musisi yang tengah memainkan waditra berdawai (chordophone).

Dalam relief tersebut digambarkan dua musisi pria memainkan waditra berdawai. Seorang dalam posisi berdiri, seorang lagi dalam posisi duduk,  dan seorang wanita tengah memainkan simbal berdiameter lebar.  

Beragamnya alat musik yang ada pada relief candi borobudur menunjukkan pengetahuan tentang komposisi bunyi sudah dikenal di masyarakat saat itu.   Komposisi dan alat musik menunjukkan sebuah peradaban tersebut memiliki tingkat teknologi dan pengetahuan yang tinggi dan maju.

Karena kombinasi beberapa alat musik membutuhkan pengetahuan tentang karakter dari masing-masing alat.  Yang tentu saja itu diambil dari daerah atau wilayah yang berbeda. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan Borobudur pusat musik dunia.

Keberagaman alat musik yang ada juga menunjukkan karakter masyarakat Jawa sesungguhnya. Yang terbuka dan bisa  menerima budaya, seni, agama, dan pengetahuan dari manapun.  Hingga menjadi sebuah komposisi dan harmoni yang indah dan adiluhung.


Gerakan Sound Of Borobudur

gerakan Sound of Borobudur (sumber : www.soundofborobudur.org)
gerakan Sound of Borobudur (sumber : www.soundofborobudur.org)

Sound of Borobudur merupakan sebuah gerakan yang diawali di tahun 2016. Awalanya Sound of Borobudur merupakan salah satu sessi dalam rangkaian kegiatan Borobudur Cultural Feast yang meliputi aktifitas Sonjo Kampung dan selebrasi pentas seni budaya di 5 panggung. Sound of Borobudur merupakan kegiatan membunyikan kembali alat musik yang bentuk fisiknya terdapat pada relief Karmawibhangga. Gerakan ini merupakan sebuah spirit untuk memotivasi agar kita kembali belajar pada Borobudur.


Wadistra yang tergambar pada relief-relief Karmawibhangga adalah salah satu representasi kekayaan seni budaya dan kemajuan peradaban nusantara yang dicapai nenek moyang kita 13 abad yang lalu. Sebuah pencapaian yang luar biasa,  yang harus kita hargai dan kita wajib bangga karenanya.

Di tahun 2021 Sound of Borobudur berupaya untuk melakukan pertanggungjawaban secara ilmiah mengenai gagasan membunyikan alat-alat musik yang berasal dari relief di candi Borobudur. Hal ini dilakukan dengan menggelar kegiatan ilmiah berupa Seminar dan Lokakarya daring bertema "Borobudur sebagai Pusat Musik Dunia", pada tanggal 7-9 April 2021 yang lalu.

Dengan landasan kajian ilmiah yang ada, maka Sound of Borobudur sebagai sebuah gerakan diharapkan bisa bertransformasi menjadi sebuah isu atau tema yang strategis dalam situasi kekinian.

Seperti kita tahu, Candi Borobudur  telah ditetapkan sebagai Destinasi Super Prioritas (DSP) oleh Pemerintah Indonesia.  Maka gerakan "Sound of Borobudur" diharapkan mampu menjadi sebuah tema utama yang dapat dimanfaatkan dalam beragam bentuk dalam mewujudkan semangat Wonderful Indonesia.

Bisa sebagai alat musik itu sendiri, sebagai seni kriya, seni pertunjukan, sarana edukasi , atau menjadi sebuah destinasi soundscape yang khas dan unik, yang dapat diakses baik secara daring maupun luring.

Sehingga pada akhirnya nanti kegiatan ini semakin menempatkan Candi Borobudur sebuah warisan dunia yang harus dijaga bersama. Sedangkan bagi bangsa Indonesia sendiri hal tersebut dapat memupuk rasa bangga sebagai orang Indonesia.

Melalui gerakan Sound of Borobudur diharapkan masyarakat dunia dapat "merasakan" Borobudur tanpa harus menginjakkan kakinya di candi, dan dapat memposisikan Borobudur tidak lagi hanya sekedar menjadi sebuah tempat untuk berswafoto semata tetapi sebagai tempat yang kaya akan ilmu pengetahuan, nilai spiritual dan juga seni.  Apakah ini bisa? Tentu bisa, dengan kerjasama dan kerja keras kita semua.

Sumber referensi : soundofborobudur.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun