Mohon tunggu...
Santi Titik Lestari
Santi Titik Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Mari menulis!!

Menulis untuk mengawetkan ide dan berbagi ....

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Sedikit demi Sedikit, Mari Tinggalkan Sikap Pasif

26 Oktober 2019   00:15 Diperbarui: 16 April 2021   08:30 1344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
banyak yang bisa menjadi penyebab seseorang memiliki sikap pasif. | theodysseyonline.com

Setiap keluarga memiliki tradisi atau kebiasaan yang tidak selalu sama dengan keluarga-keluarga yang lain. Namun, setiap tradisi atau kebiasaan yang sudah terlanjur mengakar dalam keluarga sering kali berdampak panjang dalam kehidupan anggota keluarga.

Tidak akan menjadi masalah yang serius jika kebiasaan itu adalah kebiasaan yang baik. Namun, bagaimana jika kebiasaan itu ternyata berdampak kurang baik? Salah satunya adalah sikap pasif.

Dalam keluarga, bisa jadi ada aktivitas yang secara tidak sadar memupuk sikap pasif bagi anggota keluarganya.

Misal: tidak ngomong kalau tidak penting; orangtua terlalu otoriter sehingga anak-anaknya sulit untuk mengungkapkan keinginan atau pendapat; tidak ada kegiatan keluarga yang dilakukan bersama-sama; tidak ada perhatian dari orangtua; sering terjadi keributan atau selalu ada tekanan dalam keluarga, dan sejenisnya.

Sikap pasif bisa diartikan sikap yang cenderung menerima saja; tidak giat; tidak aktif (KBBI V). Seseorang yang memiliki sikap semacam ini akan mengalami kerugian, terutama ketika dia berada dalam komunitas/kumpulan orang.

Selain dia tidak berani mengungkapkan pendapatnya, keberadaannya cenderung dianggap "tidak ada" karena tidak pernah berpartisipasi atau memberi kontribusi secara ide. Sikap pasif juga menjadi indikator terhadap perkembangan pribadi yang lambat.

Biasanya, orang yang bersikap pasif tidak akan belajar banyak dari setiap diskusi atau pembicaraan yang sedang terjadi. Sekalipun dia mengandalkan pendengaran atau memori untuk mengingat hal-hal penting, tetapi jika dia sendiri tidak mencoba mengutarakan ide, pendapat, atau sebatas kesan, apa yang dia dengar pun pasti tidak akan lama mengendap di kepala.

Namun, jika dia ikut terlibat dalam dinamika pembicaraan yang sedang terjadi, ide-ide dalam pembicaraan tersebut akan lebih bisa diterima dan lebih lama mengendap karena kontribusi (ide) yang dia sampaikan ada di dalamnya.

Seseorang yang bersikap pasif juga bisa merasa mendapatkan tekanan sosial dari anggota komunitas. Sebenarnya, orang-orang belum tentu mengabaikannya, tetapi karena orang yang pasif cenderung lebih banyak diam, menunggu untuk diajak bicara dan diperhatikan, ada kemungkinan perasaan terisolir menjadi lebih kuat.

Memang tidak mudah bagi orang yang pasif untuk bisa berubah dengan cepat menjadi seseorang yang bisa berkomunikasi dengan baik, lancar, dan aktif.

Semua memerlukan proses, waktu, dan tahapan. Karena kebiasaan bersikap pasif yang sudah bertahun-tahun mengakar dalam diri, tidak mungkin bisa hilang dalam hitungan bulan. Kebiasaan bisa diubah dengan kebiasaan pula. Karena itu, bisa dimulai dengan:

1. Memperbaiki cara pandang terhadap diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun