Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Strategi AS Pasca Konflik Israel-Palestina, Sekali Tepuk Dua Lalat

23 Mei 2021   09:07 Diperbarui: 23 Mei 2021   09:13 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Konflik Israel-Palestina (CNNIndonesia)

Sebagaimana diinformasikan bahwa militer Israel dan pasukan Palestina Hamas sepakat untuk melakukan gencatan senjata atau menghentikan perang berdarah selama 11 hari lalu. Kesepakatan ini disetujui oleh kedua belah pihak pada Kamis (20/5).

Kesepakatan ini menjadi kabar baik bagi masyarakat sipil kedua negara dimana selama konflik berlangsung menyebabkan jatuhnya korban jiwa serta kerugian lain seperti rusak dan hancurnya infrastruktur.

Di balik kabar gembira akan gencatan senjata militer Israel dan pasukan Palestina Hamas, ada hal yang menarik yaitu pernyataan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden yang menjanjikan bantuan kemanusiaan dan rekonstruksi untuk Gaza melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemangku kepentingan internasional lainnya kepada otoritas Palestina yang dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abbas.

Presiden AS, Joe Biden pun berjanji untuk mengisi kembali sistem pertahanan rudal Iron Dome milik Israel.

Dari gambaran di atas Penulis menganalisa apa yang Amerika lakukan ibarat kalimat "sekali tepuk dua lalat". Di balik sikap dermawan Amerika pasca kesepakatan gencatan ini, Penulis melihat bahwa ada maksud di balik layar yang Amerika tuju.

Logikanya begini, siapa yang menjamin bahwa gencatan senjata antara militer Israel dan pasukan Palestina Hamas akan berlangsung selamanya?

Dalam kaitannya, salah satu pihak bisa saja melakukan serangan tiba-tiba dan perang keduanya kembali pecah. Ketika perang berlanjut maka otomatis Israel akan berupaya memperluas area teritorialnya kembali guna menyediakan pemukiman bagi warganya di Jalur Gaza dan Hamas akan kembali pula menyerang Israel guna melindungi dirinya.

Seperti kita ketahui bersama otoritas Palestina yang dijalankan oleh Presiden Mahmoud Abbas hanya mengatur sebagian dari Tepi Barat yang diduduki, sedangkan Hamas memegang kekuasaan di Jalur Gaza. 

Bagi Amerika sendiri menyatakan bahwa Hamas sebagai organisasi teroris. Singkat cerita, penyediaan pertahanan rudal Iron Dome milik Israel oleh Amerika dan bantuannya kepada otoritas Palestina lebih kepada upaya memojokkan Hamas dan tanpa ada upaya nyata untuk mengakhiri konflik berkepanjangan ini.

Dikutip dari Kompas.com. Guru Besar Bidang Studi Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), Prof Hikmahanto Juwana mewanti-wanti agar Indonesia bijak menanggapi surat yang dikirim oleh pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh.

Menurutnya surat itu bisa bermakna agar Indonesia mengambil sikap mendukung salah satu faksi.

Hamas dan Fatah memiliki orientasi politik dan cara memperoleh kemerdekaan yang berbeda. Ia menyebut bahwa insiden yang terjadi di Yerusalem Timur merupakan daerah yang dikuasai oleh faksi Fatah sedangkan faksi Hamas menguasai wilayah jalur Gaza yang sempat dihujani roket oleh Israel. Sementara itu, kata dia Presiden Palestina Mahmoud Abbas berasal dari Fatah.

Hikmahanto turut menjelaskan kedua faksi di Palestina tersebut juga menjadi penyebab pecahnya suara negara-negara di Timur Tengah dalam menentukan sikap terkait konflik antara Israel dan Palestina.

Dari gambaran di atas bisa kita melihat ke arah mana condong Amerika. Apa yang dilakukan oleh Amerika bisa dikatakan sebagai kebijakan politik luar negerinya dimana membawa kepentingan negaranya maupun pihak yang menjadi sekutunya.

Penulis kira keputusan yang diambil oleh Amerika pasca kesepakatan gencatan Israel-Palestina juga telah dibaca oleh negara-negara lain yang notabene tidak akan sudi melihat Palestina diporak-porandakan.

Penulis menilai cara agar kedamaian dicapai oleh warga Palestina yaitu dengan mendesak Israel untuk menghentikan perluasan wilayah berikut mengakui Palestina sebagai negara merdeka. 

Namun yang menjadi rumit konflik ini ialah jika dua kubu Fatah dan Hamas tidak bersatu diikuti pula tidak satu suaranya negara-negara di Timur Tengah maka sulit atau kita takkan melihat adanya kedamaian terwujud di Palestina.

Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif maka apa yang bisa kita lakukan ialah membantu Palestina dari segi kemanusiaan. Dibalik konflik yang terjadi di sana bahwa banyak warga Palestina yang menderita dan menjadi korban serta tidak memiliki kepentingan apapun terkecuali menginginkan negaranya damai dan sejahtera.

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun