Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persamaan Antara Sales dan Kompasianer

26 November 2019   11:47 Diperbarui: 26 November 2019   12:24 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahukah Anda bahwa ada persamaan antara profesi Sales dan Kompasianer? Mungkin tidak sedikit dari Anda-anda yang terheran dan bertanya-tanya dimana persamaannya.

Merujuk dari pengalaman Penulis, sejatinya antara Sales dan Kompasianer punya banyak kemiripan. Diantaranya jika seorang Sales maka ia bekerja untuk menjual produk baik itu barang ataukah jasa kepada para konsumen. Sedangkan Kompasianer maka ia menelurkan suatu konten baik itu berupa tulisan ataukah video yang disuguhkan kepada para pengunjung platform Kompasiana.

Layaknya seorang Sales dimana interpersonal yang dimilikinya ia gunakan untuk mempersuasi komsumen agar membeli produk. Maka begitupun dengan seorang Kompasianer dimana ia menggunakan segenap informasi yang diketahuinya dibarengi kemampuan literasinya agar kontennya menjadi menarik dan bermanfaat bagi pembaca.

Bukan rahasia lagi acapkali profesi sebagai Sales dipandang sebelah mata oleh sebagian kalangan dimana secara hierarki kedudukannya berada paling bawah. Namun pada kenyataannya profesi sebagai Sales punya peranan penting dalam keberlangsungan hidup sebuah perusahaan karena Sales merupakan jembatan penghubung bagi perusahaan dan konsumen.

Sebagai gambaran, Penulis contohkan Kompasiana. Pertanyaannya apa jadinya Kompasiana tanpa Kompasianer? Sejatinya platform ini hidup dan bertahan (sampai 11 tahun usianya) tidak lepas dari keaktifan para Kompasianer apakah mereka yang senior maupun baru yang piawai dalam menyuguhkan konten dalam platform ini. Lepas apakah Kompasianer itu tidak lagi aktif, toh karya-karyanya terdokumentasi di Kompasiana. Benar bukan?

Konten-konten inilah yang menjadikan mengapa Kompasiana besar seperti sekarang dan dikenal banyak oleh publik, bisa memberi makan para pengelolanya, bisa memberikan K-Reward kepada segenap Kompasianer setiap bulannya, bisa menarik minat para klien, dan lain sebagainya.

Penulis katakan bahwa tidak banyak orang yang memahami betul akan apa itu profesi Sales. Umum yang mereka ketahui hanyalah tugas pokoknya yaitu jualan, jualan, dan jualan. Seperti halnya Kompasianer yang hanya difokuskan menulis, menulis, dan menulis saja.

Apabila Anda seorang Sales, sebetulnya banyak hal positif yang bisa didapatkan. Salah satu contohnya, sebagai garda terdepan atau ujung tombak yang bertanggungjawab menawarkan produk kepada konsumen maka secara tidak langsung Anda mendapati ilmu dari banyaknya orang yang Anda temui.

Ilmu apakah itu? Yaitu ilmu akan bagaimana memanusiakan manusia. Bahwasanya manusia, si konsumen ini tuh ingin didengar, ingin diperhatikan, dan ingin dilayani dengan baik. 

Layaknya Anda sebagai Kompasianer dimana Anda berupaya menyuguhkan suatu konten agar dapat diterima dengan baik oleh pembaca dimana jalan satu-satunya yaitu Anda harus paham betul karakteristiknya.

Mengapa Penulis bisa katakan demikian? Mustahil Anda menjual sebuah Mobil kepada konsumen yang ingin membeli Motor. Lantas apa yang Anda lakukan? Apa yang akan Anda lakukan adalah bagaimana "agar" konsumen yang ingin membeli Motor itu kelak apabila ia ingin membeli Mobil maka ia tahu kalau Anda berjualan Mobil dan ia akan mencari Anda. 

Contoh Anda Kompasianer piawai dalam kanal Politik, maka sudah pasti para pembaca akan mencari artikel Anda sebagai referensi informasi prihal politik. Apa mungkin pembaca menginginkan artikel politik lari ke kanal Humaniora atau Hiburan.

Ya proses "memanusiakan manusia" ini memang benar-benar terjadi layaknya sebuah kalimat "pembeli adalah Raja". Namun memanusiakan manusia tidak selalu merujuk kepada hubungan antara Sales dan konsumen saja. 

Memanusiakan manusia ini pun berlangsung antara Sales dan perusahaan selaku manajemennya maupun perusahaan dengan konsumen. Kok bisa? Ya tentu bisa, sebagai contoh diskon Hari Raya. Pada nyatanya inisiasi adanya diskon tersebut berawal dari kebiasaan para konsumen yang akan menghabiskan uang mereka untuk menyambut Hari Raya. Perusahaan mendengarkan kemauan konsumen dan perusahaan memutuskan agar adanya diskon Hari Raya untuk mengakomodir apa yang konsumen inginkan. Makanya tipikal pebisnis itu selalu menerapkan konsep Palu Gada. Apa yang elo mau, gue ada.

Pada kesimpulannya memanusiakan manusia itu yaitu lebih kepada bagaimana agar menjalin hubungan harmonis agar sebuah proses dapat berjalan dengan baik, seperti layaknya proses atau sistem penjualan melalui hubungan antara konsumen, Sales, dan perusahaan. 

Seperti halnya pula keberlangsungan platform Kompasiana dimana hubungan yang baik harus terjalin diantara pengelola, para Kompasianer, klien, maupun melalui interaksi dengan para pembaca. Ilmu yang nampaknya sederhana, tetapi tidak banyak orang yang bisa. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun