Awal September 2025 menandai babak optimisme baru bagi perekonomian nasional. Tiga indikator utama kembali menunjukkan tren positif: inflasi yang terkendali, kembalinya PMI manufaktur ke zona ekspansi, dan surplus neraca perdagangan yang berlanjut hingga 63 bulan berturut-turut.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto melihat capaian ini sebagai bukti bahwa fondasi ekonomi Indonesia tetap kokoh di tengah ketidakpastian global. Inflasi Agustus tercatat deflasi 0,08% dengan inflasi tahunan sebesar 2,31%, angka yang masih berada dalam sasaran. Stabilitas harga dipengaruhi oleh turunnya harga pangan karena panen raya, penyesuaian harga BBM nonsubsidi, hingga kebijakan diskon tiket pesawat yang mendorong mobilitas masyarakat.
Di sisi perdagangan, surplus Juli 2025 mencapai USD4,17 miliar. Kinerja ekspor naik 5,6% ditopang oleh komoditas unggulan seperti batu bara dan kelapa sawit, sekaligus produk manufaktur bernilai tambah seperti kendaraan dan mesin. Sementara itu, impor yang tumbuh 6,43% justru mencerminkan aktivitas industri yang sehat, karena sebagian besar berupa bahan baku dan barang modal.
Lebih penting lagi, PMI manufaktur Indonesia akhirnya menembus level 51,5 pada Agustus setelah empat bulan terjebak di zona kontraksi. Kenaikan output, pesanan baru, dan ekspor memperlihatkan industri manufaktur mulai bergerak lebih percaya diri.
Menko Airlangga juga menegaskan bahwa momentum ini tidak boleh hilang. Hilirisasi industri, penguatan daya saing manufaktur, dan kebijakan pro-daya beli menjadi langkah yang terus didorong pemerintah. Dengan konsistensi kebijakan, optimisme yang tercermin dari tiga indikator tersebut diyakini dapat menjadi pijakan pertumbuhan berkelanjutan bagi perekonomian Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI