Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sepakat menyelesaikan pembahasan soal tarif resiprokal dalam 60 hari ke depan. Kesepakatan ini dicapai dalam pertemuan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dengan perwakilan AS, yaitu Jamieson Greer dari USTR dan Howard Lutnick dari Departemen Perdagangan AS.
Pertemuan ini fokus pada negosiasi dan strategi menghadapi rencana penerapan tarif resiprokal dari AS terhadap Indonesia.
Dalam pertemuan, Indonesia menyampaikan sejumlah tawaran dan permintaan untuk menciptakan perdagangan yang adil. Beberapa hal yang dibahas meliputi peningkatan ekspor energi, produk pertanian, dan jasa EPC, serta kerja sama di sektor mineral kritis.
Keduanya juga membicarakan insentif dan fasilitas bagi perusahaan kedua negara untuk mendorong investasi, termasuk penyederhanaan proses impor produk AS ke Indonesia. Sejumlah proyek investasi strategis juga ikut dibahas.
Selain perdagangan, Indonesia menyoroti pentingnya kerja sama di bidang pendidikan, sains, ekonomi digital, dan keuangan. Indonesia juga mendorong agar tarif untuk produk ekspor unggulan bisa lebih rendah dibanding negara pesaing, terutama yang tidak berdampak pada industri dalam negeri AS. Isu ketahanan rantai pasok juga jadi perhatian.
AS menyambut baik usulan Indonesia dan sepakat memulai negosiasi teknis segera, dengan target kesepakatan awal dalam dua bulan.
Kedua pihak juga menjajaki pembentukan Kemitraan Ekonomi Strategis, mencakup kerja sama perdagangan, investasi, mineral kritis, dan pembangunan rantai pasok yang kuat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
