Mohon tunggu...
Sang Cenderawasih
Sang Cenderawasih Mohon Tunggu... Human Resources - Inisiator Kampanye STOP CIUM LEM AIBON/FOX

Penikmat Kopi. Pencipta Lagu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hikayat Pagi 1

26 Mei 2019   20:43 Diperbarui: 26 Mei 2019   21:34 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Segelas teh hampir habis,
Menemani Pak Tua yg lagi merenung.
Dia memikirkan tentang masa lalunya.
Temaram riuh bocah bermain,
Tak tersentuh telinganya yg keriput.


Dia tertawa sesekali membuka HP.
Pula sesekali melirik istrinya,
Perempuan lembut yg 50thn menemani dia. Entahlah berapa kali telah dibuatnya kecewa. Sang perempuan tua tetap tenang mengunyah pinang. 


Segelas teh hampir habis,
Tatapannya kian gelisah,
Menanti kapan perahu tiba.
Utk membawanya dan sang istri balik kampung.
Ya,,,, dia sebenarnya masih punya perahu tua,
Tapi oleh cuaca tak dibolehkan ia mengendarai nya.
Lautan kekampungnya tak bisa terkira.
Entahlah dia lupa kapan terakhir dia mengendarainya. 

Pernah dia berdebat dengan putranya,
Soal otsus,  soal pilkada..
Ahhh menurutnya mereka makin tersisih oleh ganasnya pembangunan,
Yang punya modal selalu datang,  
Mereka disitu makin tersisih.
Pak Tua harus mengalah dalam debat sama anaknya,
Walau sebenarnya ia tak setuju,
Tapi apalah daya menghadapi sang anak,
Anaknya guru,  satu lg bidan,  yang sepi dari kunjungan,
Kecuali pada saat kampanye...Kampung nya pasti ramai. 

Pak Tua pernah ikut Pemilu.. Berbusa kata ia ucapkan, Menyapa Keluarga nya yg selalu Dia tolong. Pak Tua selalu membicarakan sejuta harapan, agar kampungnya maju. Pak Tua ingat saat disuruh maju oleh sanak saudaranya. Namun,,, semuanya terbalik saat di TPS ketika tiba-tiba seseorang yang menang, ya kata anaknya orang itu sejak subuh sudah tiba dan bertamu saat fajar. Pak Tua dilupakan semua kisahnya oleh para sahabatnya. Sempat kecewa namun tegar oleh Doa. 


Istrinya senyam senyum pada HPnya yg memuat group whatsapp.Teknologi dimana masa kecilnya belum ada.Namun masa tuanya dia rasakan.
Puluhan group dari alumni sekolah sampe arisan. Sesekali dia menggerutu pada kebiasaan istrinya,,, namun Pak Tua sadar teknologi tak memandang usia. 

Halloooo nek...
Buyar lamunan mereka,
Sang cucu sdh menari lembut,
Membuka lamunan pagi sang kakek.

Pak Tua sesekali melirik istrinya,
Cintanya tetap pada wanita itu,
Walau ia rasanya pernah memarahi wanita itu...

Ahhh sudahlah,
Pak Tua harus menutup lamunannya.
Perahu ke kampung telah tiba...
......pergilah dia...
Bersama sang istri dan cucunya....
Ya mereka melakoni keseharian mereka,  ditengah ketidakadilan yang makin menggigit bumi.

Sorong Papua Barat,  01 Juni 2018.

Sang Cenderawasih

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun