Mohon tunggu...
Surya Ferdian
Surya Ferdian Mohon Tunggu... Administrasi - Shalat dan Shalawat Demi Berkat

Menikmati Belajar Dimanapun Kapanpun

Selanjutnya

Tutup

Money

Bisnis Yahud Perenggut Maut

2 September 2016   15:20 Diperbarui: 2 September 2016   17:40 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Perdagangan Asbestos: Bisnis Berbahaya Dalam Perdebatan  Akademis[1]

Asbestos (asbes) merupakan mineral fibrosa yang secara luas banyak dipakai di dunia sejak lama[2]. Terdapat banyak jenis serat asbes tetapi yang paling umum dipakai adalah chrysotile, amosit dan crocidolit, semuanya merupakan silikat magnesium berantai hidrat, kecuali crocidolit yang merupakan silikat natrium dan besi. Serat asbes bersifat tahan panas dapat mencapai 800oC.[3] Karena sifat inilah maka asbes banyak dipakai di industri konstruksi dan pabrik. Selain itu asbes relatif sukar larut, daya regang tinggi dan tahan asam (hanya amfibhol).

Sekali di udara, serat asbes menetap dalam jangka waktu yang panjang dan kemudian terhirup oleh manusia yang berada di sekitar. Ukuran dan bentuknya yang kecil menyebabkan serat asbes ini terperangkap di dalam paru-paru[4].

Tahun 2010, International Consortium of Investigative Journalist (ICIJ) mempublikasikan satu laporan berjudul Danger in Dust(ICIJ,2010). Konsorsium jurnalis investigative yang belakangan (2016) terkenal dengan proyek Panama Papers ini menyampaikan laporan panjang dari 6 negara menyoal perdagangan asbestos, sebagai salah satu serat penyebab kanker[5], di negara-negara berkembang dari negara maju (Industrialized country) yang telah melarang atau membatasinya.

Dalam laporannya, ICIJ mengatakan “A global network of lobby groups has spent nearly $100 Million since the mid-1980 to preserve the market for asbestos, a carcinogen now banned or restricted in 52 countries[6].” Dalam investigasi yang dilakukan selama 9 bulan pada 2009, ICIJ membongkar relasi mendalam antara kalangan industri, pemerintah, bahkan ilmuwan di negara maju untuk tetap memperdagangkan asbestos di negara-negara berkembang[7]. Pada bagian kesimpulan hasil investigasinya, ICIJ mengutip James Leigh, mengatakan bahwa pada 2030 akan terjadi “booming” korban asbestos di dunia yang akan mencapai 10 Juta orang[8].

Debat soal bahaya asbestos masih terus berlangsung hingga saat ini. Ilmuwan terbelah antara yang mengatakan segala bentuk asbestos adalah berbahaya. Berdebat sengit dan saling berbantahan dengan ilmuwan lainnya yang risetnya dibiayai industri asbestos.

Sebuah organisasi akademis internasional, The Collegium Ramazzini, yang didirikan tahun 1982 di Italia dan beranggotakan para ilmuan kesehatan, pada 2010 mempublikasikan “Asbestos Is Still with Us: Repeat Call for a Universal Ban.”  Dalam publikasinya, Collegium Ramazzini mengatakan:

All forms of asbestos cause asbestosis, a progressive, debilitating fibrotic disease of the lungs. All forms of asbestos also cause malignant mesothelioma, lung, laryngeal, and ovarian cancers. All forms of asbestos may cause gastrointestinal and other cancers. (Straif et al, 2009).

Pernyataan tersebut membantah posisi ilmuan yang bernaung dibawah Chrysotile Institue yang pada tahun 2008 menyatakan bahwa Chrysotile (asbestos putih) yang terus diperdagangkan can be handled safely(dapat digunakan dengan aman), less hazardous (lebih sedikit berbahaya ketimbang jenis asbestos lainnya). Bahkan Collegium Ramazzini dengan sangat yakin mengatakan bahwa pandangan Chrysotile Institute bahwa penggunaan asbestos (chrisolite) dapat digunakan secara aman tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah[9].

Dr. J. Corbett Mc Donald, seorang professor epidemologi dari Universitas McGill, Montreal, yang dikutip oleh ICIJ mengatakan bahwa asbestos (khususnya crysotile) adalah material berharga dan jika ada efeknya bagi kesehatan terbilang sangat kecil, trivial.  “It’s very cheap. If they try to rebuild Haiti and use no asbestos it will cost them much more. Any health effects [from chrysotile] will be trivial, if any.”(Dangers In the Dust, ICIJ, 2010)

Ratusan publikasi Chrysotile Institute menyuarakan bahwa bahaya penggunaan asbestos (crysotile) dapat dikendalikan. Tidak mau kalah Collegium Ramazzini juga mempublikasikan jurnal dan penelitian yang membantahnya dengan posisi “Controlled  use” of asbestos is a fallacy.  Termasuk menyatakan bahwa pekerja yang terpajan asbestos beresiko besar menderita kanker paru-paru dan mesothelioma (kanker yang disebabkan serat asbestos).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun