Mohon tunggu...
Madjid Lintang
Madjid Lintang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang biasa yang masih terus belajar.

Di hadapan Tuhan aku hanya sebutir debu yang tak berarti. Pembelajar yg tak henti belajar, dan seorang hamba Tuhan yang penuh dosa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pujian atau Rayuan?

27 September 2020   11:19 Diperbarui: 27 September 2020   11:23 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kebanyakan dari kita senang memuji tcman-teman kita, namun terdapat garis halus, bukan, antara pujian dan rayuan. Untuk melihat dan mengatakan hal-hal yang memuji secara sungguh-sungguh tentang orang lain merupakan suatu kebiasaan yang sangat ramah dan membuat hidup ini lebih menyenangkan bagi kita semua. Tetapi seperti biasanya, seperti dengan uang misalnya, bersama dengan yang sungguh-sungguh dan yang baik, datanglah yang palsu dan yang buruk, dan palsunya pujian sungguh-sungguh adalah rayuan. 

Terdapat banyak tingkat rayuan dan terdapat sama banyaknya alasan yang mendorong kita untuk melakukannya. Kadang-kadang hal itu tidak lebih dari seperti sedikit menggosok-gosok apel, seperti halnya murid sekolah membawa apel untuk gurunya dengan harapan bahwa beberapa kata rayuan bisa mengganti sedikit kerja keras dan belajar sungguh-sungguh. 

Ada waktunya bahwa kita seolah-olah berada dalam suatu suasana rayu-merayu di mana semua orang mencoba untuk mengalahkan orang lain dan seolah-olah tidak terjadi penghargaan atau puji-memuji yang sungguh-sungguh. Merayu seseorang dengan harapan bahwa akan mendapatkan langganan, kebaikan hati atau preferensi bisa merupakan pekerjaan yang paling sulit dan paling tidak memuaskan, lebih sulit daripada pekerjaan yang mungkin harus kita lakukan yang dimaksudkan untuk diganti oleh rayuan ini. 

Karena itu tahukah anda, bahwa orang yang cenderung untuk merayu meminta dirinya untuk tidak bekerja, namun justru bekerja lebih keras dengan mengadakan rayuan itu. 

Sesungguhnya, rayuan itu seperti obat bius; setelah anda mulai merayu seseorang anda mendapatkan diri anda memegang harimau pada ekornya. Makin banyak rayuan diberikan makin sedikit hasil, sampai hasil itu sama sekali negatif. 

Orang yang hidup atas dasar rayuan dan bukan atas dasar, jasa, dalam keadaan yang paling baik hidup secara berbahaya dan akan sangat baik untuk belajar, selama masih ada waktu, bahwa pekerjaan yang sama jumlahnya yang diberikan untuk tujuan-tujuan konstruktif dan jujur, memberikan hasil yang lebih baik dan lebih aman. 

Namun, saya kira rayuan yang paling jahat ialah jika digunakan dengan maksud secara sadar untuk membutakan penilaian seseorang atau untuk melemahkan tekad seseorang, untuk mencoba membuat orang bertindak dengan cara yang kurang terpuji dan kurang cerdas daripada biasanya, atau untuk membuat mereka meninggalkan suatu hal yang prinsipil. 

Saya kira, dengan pikiran ini, maka seorang ahli kitab menulis, "Dengan bibir-bibir yang merayu dan dengan hati yang bercabang mereka berbicara." Tentang rayuan semacam ini, kita bisa memperkirakan bahwa kita sama sekali tidak akan menggunakan pikiran dan kehidupan kita dengan cara yang konstruktif dan berguna. 

Rayuan tidak pernah bisa dipercaya. Tidak ada persahabatan dalam rayuan dan di antara kata rayuan yang penuh kepentingan diri sendiri dan kata penghargaan yang sungguhsungguh dan sama sekali bebas dari kepentingan diri sendiri terdapat suatu jurang yang lebih lebar dari KANAL Grand Canyon. 

Dalam kehidupan ini carilah yang baik. Temukan yang benar-benar baik dan berikan pujian di mana pantas diberikan pujian, tetapi jangan mencoba membeli ketenangan pikiran, penerimaan sosial atau kedudukan yang lebih tinggi dalam bisnis dengan rayuan. Ia suatu mata uang yang palsu dan pada waktunya akan menguasai anda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun