Terbayang kesulitan yang lebih berat lagi jika kemarau berlanjut dan air sumur tak bisa diambil lagi. Semua orang akan berkumpul di tempat-tempat penyediaan air umum, kemudian mengantri.Â
Hari pertama, kedua hingga seminggu masih aman. Seterusnya ketegangan mulai meningkat, mulai ada yang tidak sabar, lalu rebutan urutan antrian, saling salip, kemudian bertengkar. Wah, mengerikan!
Tiap kali saya menimba air dari sumur, setiap tarikan terbayang di kepala saya wajah-wajah bocah Sudan, Afrika, yang kurus kering dirubung lalat. Di sana di negara-negara Afrika sudah sejak berpuluh tahun lalu menderita kekurangan makan dan kekurangan minum.Â
Terbayang pula betapa anak-anak yang sudah tak berdaya itu duduk terkulai dengan tatapan mata kosong. Satu setangah persen saja cairan dari berat badan kita hilang daya ingatan visual kita menurun, bagaimana dengan mereka yang sudah sangat sulit mendapatkan air?
Kita mesti banyak bersyukur, meskipun kemarau, air masih ada di sumur-sumur kita atau masih bisa minta ke tetangga. Oleh karena itu, mari kita jaga lingkungan kita agar tetap mampu menyimpan air. Ari kebutuhan vital bagi kita semua.
Selamatkan lingkungan dan hutan kita mulai sekarang!