Mohon tunggu...
Madjid Lintang
Madjid Lintang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang biasa yang masih terus belajar.

Di hadapan Tuhan aku hanya sebutir debu yang tak berarti. Pembelajar yg tak henti belajar, dan seorang hamba Tuhan yang penuh dosa.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Aku dan Air Tak Terpisahkan

14 September 2019   07:10 Diperbarui: 14 September 2019   07:19 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku dan air tidak bisa dipisahkan. Air bagiku adalah sebagian dari jiwaku, hidupku. Dapat dibayangkan betapa sengsaranya hidupku jika tidak ada air. Tujuhpuluh persen komposisi tubuhku adalah air. Organ-orgn dalam tubuhku pun hampir sebagian besar terdiri dari air.

Saat kemarau seperti sekarang ini, baru terasa betapa pentingnya air. Ketika air melimpah, sumur-sumur di rumah kita masih banyak, kita tinggal tekan tombol on saklar listrik yang terhubung ke mesin penyedot air, maka air mengalir mengisi wadah-wadah di rumah kita. Saat itu kita lupa bahwa air itu adalah kebutuhan yang sangat vital.

Memang begitulah manusia, ketika sesuatu itu dengan mudah kita dapatkan, maka rasa butuh pun menurun, padahal sesungguhnya kebutuhan kita tetap tinggi terhadap air. Rasa butuh saja yang menghilang dari diri kita karena kita memang mudah melupakan, bahkan terhadap Tuhan pun kita sering lupa.

Betapa vitalnya air bagi diri kita, hampir setiap aktivitas kita membutuhkan air. Mobil pun butuh air untuk mengisi radiatornya agar suhu mesin terjaga pada tingkat stabil. Beberapa menit sekali kita harus minum, menanak nasi butuh air. 

Beras yang akan ditanak harus dicuci terlebih dahulu dengan air. Umat Islam yang ingin beribadah butuh air untuk berwudlu. Kita buang air besar dan kecil butuh air untuk menyiram dan membersihkan bagian tubuh yang mengeluarkan kotoran.

Bayangkan jika air sudah tidak ada di sekeliling kita. Setiap orang tidak lagi bisa menyantap masakan matang, beras dimakan mentah, kemudian kita tidak minum. Apa yang terjadi dengan tubuh kita jika tidak ada air untuk diminum? Tubuh kita akan lemas, kemudian perlahan-lahan mengering. Mengerikan!

Seandainya pula kita sudah tidak punya air, betapa menjijikkan hidup kita. Setiap orang buang air kecil dan BAB tidak mencuci bagian tubuh yang mengeluarkan kotoran. Kemudian kotoran yang kita keluarkan akan menumpuk atau menggenang di sekeliling kita. Ini menakutkan.

Semua makhluk hidup membutuhkan air, ironisnya tidak semua orang sadar bagaimana menjaga lingkungan agar tetap menyimpan air. Pemilik perusahaan besar dengan segala kemampuan finansialnya mengerahkan ratusan bahkan ribuan orang untuk membabat habis hutan di hulu sungai. 

Dengan eksploitasi itu si pengusaha dapat meraup untung besar, tapi untuk jangka panjang kita semua yang menanggung akibatnya. Saat ini kita sudah merasakan betapa sulitnya mendapatkan air bersih, air tanah yang sehat, air sungai yang jernih.

Tubh kita tidak bisa kekurangan air. Satu orang dewasa kehilangan 1,5% saja cairan dari berat badan, maka kewaspadaan dan daya ingatan visualnya menurun. Rasa cemas, tegang dan kelelahan akan meningkat.

Saat ini ketika kemarau datang, kita merasakan betapa kesulitan sudah mulai terasa. Biasanya menaikkan air dari dalam sumur menggunakan mesin, sekarang harus menimba. Simpanan air di sumur pun kian hari kian menurun. Mencemaskan.

Terbayang kesulitan yang lebih berat lagi jika kemarau berlanjut dan air sumur tak bisa diambil lagi. Semua orang akan berkumpul di tempat-tempat penyediaan air umum, kemudian mengantri. 

Hari pertama, kedua hingga seminggu masih aman. Seterusnya ketegangan mulai meningkat, mulai ada yang tidak sabar, lalu rebutan urutan antrian, saling salip, kemudian bertengkar. Wah, mengerikan!

Tiap kali saya menimba air dari sumur, setiap tarikan terbayang di kepala saya wajah-wajah bocah Sudan, Afrika, yang kurus kering dirubung lalat. Di sana di negara-negara Afrika sudah sejak berpuluh tahun lalu menderita kekurangan makan dan kekurangan minum. 

Terbayang pula betapa anak-anak yang sudah tak berdaya itu duduk terkulai dengan tatapan mata kosong. Satu setangah persen saja cairan dari berat badan kita hilang daya ingatan visual kita menurun, bagaimana dengan mereka yang sudah sangat sulit mendapatkan air?

Kita mesti banyak bersyukur, meskipun kemarau, air masih ada di sumur-sumur kita atau masih bisa minta ke tetangga. Oleh karena itu, mari kita jaga lingkungan kita agar tetap mampu menyimpan air. Ari kebutuhan vital bagi kita semua.

Selamatkan lingkungan dan hutan kita mulai sekarang!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun