Mohon tunggu...
Sandy Gunarso
Sandy Gunarso Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Komunikasi

Berhenti memuaskan orang karena kepuasan tiada batasnya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Chase the Throne: Episode 3

19 September 2022   20:34 Diperbarui: 19 September 2022   20:41 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Aku tidak akan mati secepat itu, Tuan. Justru, aku yang akan membunuhmu nanti!" balas Cloudy sambil merobek sebagian gaunnya supaya tidak menghalangi kaki saat berlari.

Restoran kembali hening dan mencekam. Tidak seorang pun tampak berada di dalam restoran. Cloudy lantas merangkul leher Rich untuk berjalan mengendap-endap menuju dapur di belakang restoran. Saat mereka baru bergerak, tiba-tiba terdengar suara letupan pistol yang memuntahkan proyektil pelurunya.

"Agh! Kakiku!"

Proyektil peluru itu meluncur cepat dan langsung mengenai paha sebelah kanan kaki Rich. Tubuhnya roboh dengan kaki yang bersimbah darah. Rich tidak dapat menggerakkan kakinya karena proyektil peluru di dalam pahanya mengakibatkan otot bagian betis berkontraksi dan mengeras sebagai respon adanya benda asing.

"Cekrek! Cekrek!"

"Celaka, peluruku habis! Tidak ada waktu untuk mengisinya!" seru Cloudy sambil memeriksa pistolnya. "Ayo Rich, kita harus bergegas ke dapur untuk meninggalkan tempat ini. Sepertinya, sebentar lagi teman-teman pria itu akan datang ke sini!"

"Siapa mereka sebenarnya, Clo? Mengapa mereka menembaki kita." tanya Rich dengan wajah tegang menahan luka di pahanya.

"Sudahlah, simpan saja tenagamu. Ayo kita pergi dulu dari tempat ini. Aku akan jelaskan nanti!"

Cloudy dan Rich terus bergerak menuju ke dapur melalui puing-puing meja dan pecahan kaca yang berantakan di seluruh ruangan. Cloudy sedikit memaksa dengan menarik lengah Rich meski Cloudy tidak tega saat melihat Rich yang menahan luka di pahanya.

Selang beberapa menit, kepala Red dan Bee muncul mengintip dari balik pintu dapur. Cloudy segera memberi isyarat tangan supaya mereka menunduk dan berjalan jongkok mengendap-endap ke arahnya. Kakak beradik itu bergegas bergerak mendekati Cloudy dan Rich. Dengan sigap, Red memeluk tubuh Rich dan mengangkat lengan kirinya untuk dibawa ke dalam dapur. Bee menemani Cloudy menyusul di belakang sambil berjaga-jaga melindungi Rich dan Red.

Pembunuh bayaran itu kembali berteriak,"Hai, Cloudy! Sebaiknya kamu menyerah saja! Waktumu sudah habis, sayang! Jangan biarkan aku membunuhmu dengan tanganku sendiri!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun