Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hadiah Pemberian Bapak

30 Maret 2024   02:13 Diperbarui: 30 Maret 2024   05:19 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air hujan tak henti menerpa wajahnya dipenuhi kerutan. Kedua kakinya yang kehitam-hitaman semakin bertenaga menggenjot onthel tuanya saat jarak rumah sudah makin dekat, hingga kemudian laju sepedanya terhenti. Bukan di depan rumahnya, melainkan di depan gang. Dipegangnya hadiah itu sekuat tenaga.

Rupaya, di bawah guyuran hujan yang semakin mengganas, sekumpulan warga yang tengah sibuk ke sana sini memenuhi halaman rumahnya. Tanpa perlu penjelasan tentang apa yang terjadi, dia sudah tahu. Tanpa perlu ada ungkapan-ungkapan belasungkawa. Tanpa perlu melihat isak tangis sang istri, dia sudah tahu. Tanpa lebih dulu melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah, dia pun sudah tahu.

Firasatnya benar.

Hujan hari ini mewakili air matanya yang terus ditahannya. Diremasnya hadiah yang sedari tadi menemani pria itu hingga rusak kertas pembungkusnya. Dia tahu, dia datang terlambat.

Samar-samar terdengar suara putri tercintanya.

"Terima kasih Bapak, hadiah darimu. Aku suka…."

Dia melihat sebuah cahaya dari atas rumahnya. Lalu, cahaya itu pergi menjauh menuju langit mendung, dan hilang di antara awan hitam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun