Mohon tunggu...
Oksand
Oksand Mohon Tunggu... Insinyur - Penulis Storytelling dan Editor

Penulis Storytelling - Fiksi - Nonfiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjumpaan di Bis Jatinangor-Dipatiukur

7 Februari 2017   05:26 Diperbarui: 7 Februari 2017   05:34 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rino sedang berpikir, jalan mana yang akan ditempuh. Jalan lurus atau berkelok? Naik angkot ke gerbang lama, jalan kaki ke tanjakan cinta, atau lewat danau? Banyak jalan menuju pangdam, pangkalan damri. Naik angkot berarti keluar ongkos tambahan, plus berburu tempat duduk. Tapi kalau sudah balap antri dengan mahasiswi, apa boleh buat, mengalah sudah. Kalau mengalah berarti perpanjangan waktu lagi untuk menunggu angkot. Yang artinya, semakin lama menuju pangdam. Boro-boro memikirkan statistik, Rino malah berpikir jalur pulang tercepat.

Kalau jalan kaki lewat tanjakan cinta, walaupun dari kampus kimia jalannya menurun, bisa lebih cepat. Tapi dari gerbang lama ke pangdam, lumayan juga jaraknya. Ah, lewat danau saja berarti. Keputusan telah ditetapkan. Baiklah!

“Pak, tingkat kemungkinan 95% itu maksudnya bagaimana ya? Kenapa tidak 99%.” Ampuuuun itu si Pai pake nanya pas injury time! Semua warga kelas menatap tajam padanya, kenapa gak nanya dari tadi sih??? Rino yang sudah tipis tingkat konsentrasinya sejak mulai mata kuliah ini, sekarang makin tipis lagi, cenderung hilang. Jawaban dari dosen statistik ini sudah tidak ada yang melekat satu pun. Rino yang duduk paling belakang hanya mendengar suaranya samar, seperti “wraaa…wra…wra…” layaknya suara Mr. Bean. Kalau ada songtrack, sepertinya yang cocok untuk Rino adalah Aku Ingin Pulang, karya Ebiet G. Ade.

Kuliah yang aslinya delapan puluh menit sekarang sudah menjadi seratus menit. Jarum panjang jam dinding depan kelas sudah mengarah ke angka sepuluh. Keringat dingin mulai mengalir perlahan di dahi Rino. Jalan kaki sepuluh menit, jam lima lebih dua puluh sampai pangdam… masih ada bis gak ya? Batin Rino terus bergumam.

“Baik, kita akhiri mata kuliah hari ini, selamat week end ya…” kalimat penutup itu yang ditunggu-tunggu sedari tadi. This is it! Ayo bergegas!

“Kamana No rusuh kitu? Geus nginep weh hayu urang me-es!” Endang mencoba memengaruhi, tapi Rino tetap teguh pendiriannya untuk pulang ke Bandung.

“Teu bisa euy, ngudag ka Bandung, isuk ngabina urang.” Rino menjawab sambil beres-beres buku dan pena. Zip! Tas sudah diresleting, tali bahu dikaitkan pada bahu kanannya. Sudah menjadi gaya Rino membawa tas ransel hanya dengan bahu kanan.

“Ngabina naon?” Yoga ikut nimbrung.

Pramuka, hehehe. Peuting ieu rek meeting heula, meeting.” Jawab Rino sambil nyengir.

“Wayah kieu pramuka keneh, hahaha. The real scout lah maneh, edas!” Ogi yang duduk di depannya menimpali perbincangan yang agak rusuh itu.

“Geus ah urang cabut heula nya, assalamualaikum” Rino bergegas menuruni anak tangga kampus kimia dari lantai dua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun