Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.www.klinikdrwidodo.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bonus Demografi, Pak Wapres Mohon Fokus Pendidikan, Kesehatan Mental dan Moral

28 April 2025   21:54 Diperbarui: 28 April 2025   22:15 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DOKUMENTASI EDITING PRIBADI

Selain itu, pemberdayaan pemuda di desa menjadi aspek penting yang perlu mendapat perhatian lebih. Adi Prayitno, seorang pengamat politik, menekankan perlunya memperluas kesempatan pendidikan dan mengembangkan desa untuk menciptakan generasi muda yang mandiri secara ekonomi, serta melek teknologi, politik, dan ekonomi. Jika pemuda di desa dapat diberdayakan dengan akses pendidikan yang lebih baik dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar, mereka bisa menjadi motor penggerak ekonomi di masa depan. Oleh karena itu, pemerintah perlu segera melakukan intervensi nyata agar bonus demografi yang dijanjikan tidak berubah menjadi tantangan besar bagi Indonesia, melainkan menjadi peluang yang optimal untuk kemajuan bangsa.

6 Strategi Menyiapkan Generasi Emas Bonus Demografi 

Bonus demografi yang diprediksi terjadi di Indonesia pada periode 2030-2045 menawarkan peluang besar bagi kemajuan sosial dan ekonomi negara. Namun, untuk memanfaatkan peluang tersebut, persiapan yang matang dalam bidang pendidikan, kesehatan mental, dan pembentukan moral generasi muda sangat diperlukan. Seiring dengan perkembangan teknologi digital yang pesat, anak-anak Indonesia menghadapi tantangan baru berupa gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi, serta pengaruh negatif dari media sosial yang dapat merusak integritas moral mereka. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk memfokuskan perhatian pada penguatan sistem pendidikan yang tidak hanya mengajarkan keterampilan teknis, tetapi juga membekali anak-anak dengan literasi digital, keterampilan emosional, serta nilai moral yang kuat. Pemberdayaan pemuda, terutama di desa, untuk mengakses pendidikan yang berkualitas dan peluang ekonomi yang lebih baik juga harus menjadi prioritas. Kolaborasi antara orang tua, sekolah, dan pemerintah diperlukan untuk menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki ketahanan mental dan moral yang kokoh, sehingga bonus demografi dapat menjadi berkah yang optimal bagi bangsa Indonesia.

  • Untuk mencetak generasi emas yang siap menghadapi tantangan bonus demografi, perlu adanya perhatian serius terhadap kualitas pendidikan, khususnya dalam mengintegrasikan literasi digital, kesehatan mental, dan pendidikan karakter sejak dini. Orang tua dan pendidik harus memberikan panduan kepada anak-anak untuk tidak hanya mengenal teknologi, tetapi juga menggunakan teknologi secara bijak, kreatif, dan produktif. Hal ini sangat penting mengingat era digital yang kian berkembang pesat dapat menjadi pedang bermata dua. Oleh karena itu, sekolah perlu mengintegrasikan kurikulum yang mencakup literasi digital, kesehatan mental, serta pendidikan karakter agar anak-anak tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga memiliki keterampilan emosional dan sosial yang baik.
  • Penting juga untuk menciptakan ekosistem yang mendukung antara rumah, sekolah, dan komunitas. Orang tua harus menjadi contoh dalam penggunaan teknologi yang sehat dan menunjukkan perilaku berbasis nilai moral. Sekolah, di sisi lain, perlu menyediakan ruang aman bagi anak-anak untuk berdiskusi, serta layanan konseling yang dapat membantu mereka mengelola stres dan tekanan hidup. Pemerintah pun harus memperluas akses terhadap layanan kesehatan mental bagi anak-anak dan memperketat regulasi konten digital untuk melindungi mereka dari pengaruh negatif media sosial. Dengan sinergi antara keluarga, sekolah, dan negara, generasi muda Indonesia dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki ketahanan mental yang kuat dan nilai moral yang tinggi.
  • Kesehatan mental anak-anak Indonesia menunjukkan kondisi yang memprihatinkan. Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gangguan kecemasan dan depresi pada remaja semakin meningkat, dipicu oleh tekanan akademis, penggunaan media sosial yang tidak terkendali, serta ketidakstabilan hubungan sosial. Anak-anak juga semakin rentan terhadap perundungan digital (cyberbullying), kecanduan gawai, dan krisis identitas akibat paparan konten yang tidak terfilter dengan baik. Kondisi ini dapat mengganggu perkembangan emosional dan kepercayaan diri mereka, serta memengaruhi kemampuan untuk membangun hubungan sosial yang sehat.
  • Dari sisi moralitas, pengaruh budaya luar yang masuk tanpa kontrol dapat menyebabkan pergeseran nilai di kalangan anak muda. Nilai-nilai luhur seperti kejujuran, tanggung jawab, dan empati sering kali tergeser oleh budaya konsumerisme dan hedonisme. Penelitian juga menunjukkan adanya hubungan erat antara kualitas pengasuhan orang tua dengan kesehatan mental dan moral anak. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang penuh kasih, dengan nilai-nilai yang konsisten dan ruang diskusi terbuka, cenderung memiliki ketahanan mental yang lebih kuat dan pemahaman moral yang lebih kokoh. Oleh karena itu, memperbaiki kesehatan mental dan membangun moralitas anak harus dimulai dari rumah, didukung oleh sekolah, dan difasilitasi oleh negara melalui kebijakan dan regulasi yang berpihak pada kesejahteraan anak.
  • Persiapan menghadapi bonus demografi di Indonesia masih menjadi tantangan besar yang perlu segera diatasi. Salah satu isu utama yang muncul adalah tingginya angka pengangguran, khususnya di kalangan sarjana, yang mencerminkan ketidakmampuan pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja yang memadai. Tidak hanya itu, banyak anak muda yang terhambat untuk melanjutkan pendidikan tinggi karena faktor ekonomi, menghalangi mereka untuk mengakses pendidikan yang seharusnya dapat membuka peluang kerja yang lebih baik. Hal ini berpotensi menjadi hambatan besar dalam memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh bonus demografi yang diprediksi akan terjadi pada 2030-2045. Tanpa adanya kebijakan yang mendukung penyediaan lapangan kerja serta peningkatan akses pendidikan yang lebih merata, Indonesia berisiko gagal mengoptimalkan potensi sumber daya manusia yang melimpah.
  • Selain itu, pemberdayaan pemuda di desa juga menjadi aspek yang tak kalah penting. Seperti yang disampaikan oleh pengamat politik Adi Prayitno, pemberdayaan ini sangat diperlukan agar generasi muda di desa dapat menjadi kekuatan ekonomi yang tangguh dan siap menghadapi persaingan global. Pemuda desa, yang mayoritas tinggal di daerah yang masih kurang berkembang, harus diberi kesempatan untuk mengakses pendidikan yang berkualitas dan memperoleh keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar. Dengan keterampilan tersebut, mereka bisa berperan sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi di daerahnya, sehingga Indonesia bisa menghindari ketimpangan dan menciptakan pemerataan pembangunan yang lebih inklusif. Pemerintah harus mengambil langkah konkret dalam memberdayakan sektor pendidikan di daerah agar bonus demografi yang datang tidak justru menjadi beban, tetapi benar-benar menjadi peluang besar.

Bagaimana Orangtua Menyikapi

Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam menyikapi tantangan yang timbul seiring dengan bonus demografi dan perkembangan zaman, terutama dalam konteks kesehatan mental dan moral anak-anak mereka. Sebagai langkah pertama, orang tua harus memastikan bahwa pendidikan yang diterima anak-anak mereka tidak hanya mengedepankan aspek akademis, tetapi juga pembentukan karakter yang kuat. Orang tua perlu mendorong anak-anak mereka untuk mengembangkan keterampilan emosional dan sosial, serta mengenalkan pentingnya nilai-nilai moral yang dapat bertahan di tengah derasnya arus informasi digital.

Penting bagi orang tua untuk menjadi contoh dalam penggunaan teknologi secara bijak. Dengan semakin banyaknya paparan dunia maya, orang tua harus dapat menunjukkan bagaimana cara menjaga keseimbangan antara dunia fisik dan digital. Mengatur waktu layar yang sehat, mengawasi penggunaan media sosial, serta membuka ruang komunikasi terbuka dengan anak adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencegah dampak negatif seperti kecanduan gawai atau cyberbullying.

Orang tua perlu lebih peka terhadap perubahan mental yang mungkin terjadi pada anak. Stres, kecemasan, dan masalah psikologis lainnya bisa muncul akibat tekanan akademis atau sosial. Oleh karena itu, orang tua harus mendorong anak untuk berbicara tentang perasaan mereka dan mengajarkan keterampilan untuk mengelola stres. Menciptakan lingkungan rumah yang penuh kasih, mendukung, dan terbuka akan membantu anak-anak merasa lebih aman untuk mengungkapkan masalah mereka.

Orang tua harus bekerja sama dengan sekolah dan masyarakat untuk memastikan anak-anak mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan. Orang tua tidak dapat bekerja sendiri, sehingga kolaborasi dengan pendidik dan profesional kesehatan mental sangat penting. Dengan pendekatan yang holistik dan melibatkan semua pihak, orang tua dapat membantu anak-anak mereka berkembang menjadi generasi emas yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh secara mental dan bermoral di tengah era digital.

Kesimpulan

Bonus demografi adalah peluang emas yang harus dikelola dengan bijak melalui investasi besar-besaran dalam pendidikan, pembangunan karakter dan kesehatan mental generasi muda. Anak-anak Indonesia saat ini bukan hanya harus cerdas dalam akademik, tetapi juga kuat dalam menghadapi tantangan emosional dan perubahan sosial yang cepat. Peran aktif orang tua, pendidikan berbasis nilai, serta dukungan kebijakan dari negara akan menentukan apakah bonus demografi benar-benar menghasilkan generasi emas atau sebaliknya menjadi beban. Menyiapkan anak-anak hari ini dengan pendidikan yang berkarakter, mental yang sehat dan moral yang kuat adalah investasi terbaik untuk Indonesia di masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun