Nama Friedrich Nietzsche hampir selalu muncul ketika kita sedang berbicara tentang deretan filsuf modern yang berani menantang arus utama dunia pemikiran. Nietzche adalah seorang pemikir Jerman yang lahir pada 15 Oktober 1844 di Rcken, Jerman. Nietzhce berasal dari keluarga Protestan yang taat. Ayahnya adalah seorang pendeta. Nietzsche kecil tumbuh tanpa bimbingan ayahnya karena sang ayah telah meninggal saat ia masih kanak-kanak. Sejak awal, hidup Nietzsche sudah ditempa oleh berbagai macam kehilangan. dan dia hidup di lingkungan religius yang ketat sehingga barangkali hal itu yang membuatnya mulai mempertanyakan agama dan  nilai-nilai tradisional. Kelak, setelah usianya semakin dewasa, dia menjadi salah satu kritikus paling tajam terhadap moralitas Kristen.
Di usia muda, Nietzsche sudah sangat cerdas sehingga membuatnya dipercaya menjadi profesor filologi di Universitas Basel. Namun, kesehatannya sangat rapuh dan hal itu membuat karier akademisnya terhenti pada usia 34 tahun. Meski demikian, dia tidak menyerah. Pada tahun-tahun setelah tidak berkarier di dunia akademis, Nietzche justru mengalami masa produktif di mana dia dalam menulis karya-karya yang mengguncang fondasi filsafat. Salah satu yang paling terkenal adalah karyanya yang berjudul 'Thus Spoke Zarathustra', di mana dia memperkenalkan konsep 'bermensch' atau manusia unggul. Bagi Nietzsche, manusia ideal adalah mereka yang berani melampaui moralitas lama, menciptakan nilai baru dan menjalani kehidupan dengan penuh keberanian.
Nietzsche juga dikenal dengan pernyataan radikalnya tentang "kematian Tuhan" dalam karyanya yang berjudul 'The Gay Science'. Dia tidak sedang bicara tentang peristiwa literal, melainkan tentang runtuhnya pengaruh iman tradisional di dunia modern. Menurutnya, ketika kepercayaan lama kehilangan daya, manusia menghadapi kekosongan spiritual. Tugas kita adalah mengisinya dengan makna yang kita ciptakan sendiri. Di sinilah muncul konsep 'will to power', kehendak untuk berkuasa, yaitu dorongan dasar manusia untuk menegaskan diri, menciptakan nilai dan mengatasi keterbatasan.
Namun, apa yang membuat Nietzsche begitu kontroversial bukan hanya karena gagasannya, tetapi juga kritiknya terhadap moralitas. Ia menilai moralitas Kristen sebagai moralitas budak yang sarat kelemahan di mana lebih gemar menekankan pada kerendahan hati, kepasrahan dan pengorbanan. Baginya, nilai-nilai seperti itu mengikat manusia pada ketidakberdayaan. Nietzsche menolak pandangan agama semacam itu dan mendorong manusia untuk merayakan kehidupan dengan berani menerima tantangan maupun kesulitan sembari menegaskan kebebasan mereka. Kritiknya terhadap agama bangkit saat dia melihat agama terlalu sering merendahkan kehidupan duniawi demi kehidupan setelah mati, padahal bagi Nietzsche, yang terpenting adalah kehidupan di sini dan sekarang.
Pemikiran Nietzsche menyebar luas melampaui zaman. Dia menginspirasi banyak pemikir generasi berikutnya, mulai dari seorang filsuf eksistensialis seperti Jean-Paul Sartre yang menekankan kebebasan radikal manusia hingga Michel Foucault yang mengembangkan analisis tentang kekuasaan dan pengetahuan. Pemikiran Nietzche juga menggema dalam wilayah sastra, seni, bahkan musik. Meski akhir hidupnya tragis, di mana dia mengalami gangguan mental hingga harus berhenti menulis di usia 44 tahun, karya-karyanya terus bertahan dan mengilhami generasi demi generasi.
Bagi saya, membaca Nietzsche ibarat bertemu dengan seorang guru yang terus mendorong saya menantang batas-batas yang selama ini tak berani saya lampaui. Harus diakui, dia bukan tipe pemikir yang memberi kita kenyamanan karena apa yang dia lakukan justru mengguncang keyakinan lama kita agar kita berani bertanya kembali tentang apa arti hidup, apa arti nilai dan bagaimana seharusnya manusia menjalani keberadaan kita. Nietzsche mungkin saja provokatif, tetapi justru di situlah letak kekuatannya: ia memaksa kita untuk berpikir lebih jauh dari sekadar menerima apa yang sudah ditradisikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI