Pada abad pertengahan, dunia filsafat sering diisi oleh perdebatan panjang dan sistem berpikir yang kompleks. Sebagai contoh, Thomas Aquinas membangun semacam struktur metafisika yang luas untuk menjembatani iman dan akal. Namun, di tengah tradisi skolastik yang megah sekaligus kompleks itu, muncul seorang biarawan dari ordo Fransiskan yang hidupnya sangat sederhana di desa Ockham, Inggris. Namanya William of Ockham (1287--1347). Dia bukanlah pemikir yang mencoba membangun suatu sistem filosofis, melainkan seorang pengkritik yang tajam. Dari pemikirannya, lahirlah sebuah prinsip yang kemudian dikenal luas dengan nama Ockham's Razor. Tentu saja bukan pisau dalam arti yang sebenarnya. Apa yang diciptakan William adalah pisau analisis sederhana yang mengajarkan bahwa penjelasan terbaik adalah yang paling 'hemat' asumsi (Copleston, 1993: 82).
Kehidupan dan Latar Belakang
William menempuh pendidikan di Universitas Oxford. Sayangnya, dia tidak menuntaskan kuliahnya hingga resmi meraih gelar master. William kemudian terlibat dalam konflik sengit dengan Gereja, khususnya soal otoritas kepausan yang dianggapnya berlebihan. Pandangannya yang kontroversial itu membuatnya ditahan di Avignon, pusat kepausan saat itu. Meski demikian, dia akhirnya berhasil lepas dan melarikan diri ke wilayah Kekaisaran Romawi Suci. Perjalanan hidup William Ockham mencerminkan watak seorang pemikir yang tak mudah tunduk pada otoritas (Kenny, 2005: 215).
Prinsip Ockham's Razor
Ockham's Razor atau 'Pisau Ockham' adalah prinsip ciptaan William Ockham yang sangat berpengaruh di kalangan pemikir filsafat dan teologi saat itu, bahkan mungkin hingga hari ini. Prinsip tersebut sering dirumuskan dengan kalimat sederhana, yaitu entia non sunt multiplicanda praeter necessitatem yang kalau diterjemahkan berarti "jangan memperbanyak entitas tanpa kebutuhan." Maksudnya, ketika ada dua penjelasan untuk satu fenomena, pilihlah yang lebih sederhana.
Ockham tidak menolak metafisika sama sekali, tetapi dia menolak spekulasi berlebihan yang tidak memberi nilai tambah pada suatu penjelasan. Bagi dia, terlalu banyak asumsi justru mengaburkan, bukan memperjelas kebenaran (Gilson, 1955: 412).
Realitas dan Pengetahuan
Berbeda dari para skolastik yang masih terikat pada gagasan universal, Ockham menekankan bahwa yang sungguh nyata adalah individu-individu yang konkret. "Universalia" menurutnya hanyalah nama (nomina), bukan realitas yang eksis di luar pikiran. Karena itu, aliran Ockham disebut nominalisme. Pandangan tersebut menandai pergeseran besar dari metafisika abstrak ke pendekatan yang lebih empiris di mana pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi dan observasi, bukan dari bentuk-bentuk abadi atau ideal ala Plato (Copleston, 1993: 95).
Pemikiran Politik dan Teologi