Mendengar cerita ipar kami tersebut, kami sekeluarga hanya terperangah. Sangat kentara kalau dia tidak berbohong ataupun membual sedikitpun. Apa yang diutarakannya mengenai hebatnya cinta, kesehatian, dan kehangatan keluarga kami itu sepenuhnya tulus, kami bisa pastikan itu. Yang membuat kami agak bingung adalah karena kami sendiri tidak merasa pasti, apakah kami memang sehebat yang ia gambarkan. Apakah cinta kami sekeluarga satu dengan yang lain benar-benar semurni dan seindah itu. Tetapi, kami tidak sempat memikirkannya lebih lama lagi kala itu, mengingat urusan "insan tersebut" masih belum sungguh-sungguh tuntas.
Setelah beberapa hari setelahnya, barulah kami semua benar-benar merenungkan apa yang kami sudah alami dan lakukan di kantor polisi itu. Memang benar, kilas-balik kami memperlihatkan, tanpa kami sendiri sadari saat itu, kami melakukan semua itu karena cinta yang tulus. Hanya itu alasan dan motivasinya. Tetapi, cinta itu baru benar-benar bergerak secara nyata berkat ibu kami! Tatkala beliau dan cintanya bergerak, barulah semua anak-anaknya ikut bergerak di dalam cinta pula!
Dan, berkat cinta murni yang mengemuka di antara kami sekeluarga di Hari Valentine 2015 itulah "insan tersebut" jadi benar-benar bertobat! Ia bisa sepenuhnya melupakan gaya hidup lamanya yang berstandar tinggi, lalu mampu memulai gaya hidup baru yang jauh lebih sederhana namun yang justru juga jauh lebih sehat. Sehingga, biarpun sampai kini, bisnis barunya tetap belum bisa menempatkan taraf hidup dan sosial-ekonominya pada level setinggi sebelumnya, namun dia tetap bisa menjalani kehidupan dengan bahagia karena sama sekali tidak lagi berutang lantaran telah mampu mengelola keuangan dengan baik.