Mohon tunggu...
Samuel Liputra
Samuel Liputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Researcher

Peneliti tentang segala hal dan berbagi informasi tentang segala hal

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

The Dreamers

27 Maret 2023   17:00 Diperbarui: 27 Maret 2023   17:10 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan adanya sebuah sebuah pemicu inilah, Maka secara sistem alam dan ketentuan yang ada. Maka terjadilah  sebuah " kompetisi " kepada sesama manusia untuk memperebutkan benda benda yang diyakini dapat membuat mereka mencapai tujuan mereka yaitu keabadian.

Tetapi memang benda atau apapun tidak dapat mewujudkan hal tersebut, malah mereka menghasilkan sebuah kekacauan abadi. Dalam kekacauan abadi itu menghasilkan teori konsiparasi global yang mengacaukan kebenaran. Teori konsiparasi inilah yang menyingung awal pembentukan blockchain di awal era teknologi.

Dimana dengan masuknya teknologi diawal pembentukannya, teknologi diharapakan bisa mempercepat informasi sehingga terjadi cara manusia untuk berbagi informasi dengan mudah dan cepat bahkan mengungkap kebenaran. Tetapi yang terjadi adalah kebalikannya, pada tahun 2000-an makin maraknya sistem yang berkembang tanpa tujuan dan manfaat.

Jika kita lihat sejarah dari zaman Albert Einstein, ada satu kata yang tepat untuk menghentikan kekacauan ini menurut Albert yaitu terhubungnya semua otak dan mata manusia dalam satu kerangka yang telah dibentuk.  

Maka yang terjadi saat itu terbentuk kata standarisasi pendidikan, dimana jika mau dilihat atau diakui  bahwa pada saat itu bentuk jendela dunia hanyalah buku dan catatan penelitian yang sesuai dengan kerangka yang dibentuk. Hal ini memang banyak ditentang oleh sebagain kalangan yang tidak percaya atas kerangka yang dibentuk.

Karena menurut Tesla , kerangka yang dibuat hanya membuat apa yang benar kembali menjadi salah, karena kerangka tersebut hanya membatasi apa yang diyakini benar oleh seseorang yang berkuasa  dan mengajarkan kepada orang lain untuk menyalinnya dan membuat orang lain ikut berkata benar akan hal itu.

Memang hal tersebut pada akhirnya menjadi awal terbentunya sistem mandiri, dimana kerangka yang dibentuk tidak sesuai standard hanya sesuai dengan kebutuhan si pemilik sistem. Sehingga data yang di kelolah pun menjadi tidak standard dan sering Kali  menjadikan kegagalan dan kekacauan yang semakin jadi ( kekacauan abadi) .

Maka beberapa orang mulai mengembalikan nilai dari Albert Einstein apa yang seharusnya menjadi kerangka yang benar tanpa harus menyingkirkan nilai dari Tesla. Maka sistem ini bernama Blockchain.

Blockchain dan Metaverse

Metaverse sangat erat dengan Blockchain, Hal ini karena sistem dasar dari Metaverse adalah Blockchain technology dan standarisasi data. Dimana Blockchain ini sendiri yang kita pernah bahas di beberapa artikel sebelumnya adalah gerbang awal dari sebuah perubahan besar dalam hidup manusia.

Karena secara perlahan dan pasti, secara sadar maupun tidak sadar sistem harus ada dalam kerangka yang sama atau umum Sehingga mendapatkan nilai benar yang proposional untuk terhubung  satu dengan yang lainnya. Hal ini adalah dasar konsep dasarnya adalah aljabar dan aritmatika.

Setelah itu barulah kita dapat melihat dan mengembangkan yang sangat beragam dalam proposional. karena pengembangan itu maka tidak mungkin satu blok / server dapat menampung semuanya. Maka konsep "keabadian " memaksa mereka berpikir dalam konsep Tesla Dan Albert, Sehingga mereka membuat teori  pecahan yang dibagi menjadi beberapa bagian atau bahasa gambarannya kita pecah yang sama dalam beberapa kotak atau blok untuk saling terhubung dan memiliki masa yang sangat ringan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun