Mohon tunggu...
Mahasiswa Tadris Biologi
Mahasiswa Tadris Biologi Mohon Tunggu... UIN KHAS JEmBER

Edukasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Negatif Dalam Penanganan Pencemaran Laut

19 Juni 2025   16:17 Diperbarui: 19 Juni 2025   16:17 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kemajuan teknologi rekayasa genetika telah membuka peluang luar biasa dalam dunia akuakultur, termasuk pengembangan ikan transgenik. Namun, di balik potensi besar tersebut, kita dihadapkan pada pertanyaan mendasar: apakah kita siap menghadapi konsekuensinya?

Esai ini mengungkap dengan gamblang bahwa ikan transgenik bukan hanya menimbulkan risiko ekologis yang nyata---seperti hilangnya keanekaragaman genetik melalui Trojan gene effect---tetapi juga memunculkan kekhawatiran serius bagi kesehatan manusia dan keberlanjutan budidaya. Ketika satu ekor ikan transgenik dapat membawa dampak kepunahan populasi dalam 40 generasi, maka seharusnya peringatan ini tidak dianggap remeh.

Masyarakat, ilmuwan, dan regulator harus bersikap kritis dan bijaksana. Inovasi tidak boleh hanya mengejar produktivitas tanpa mempertimbangkan keseimbangan alam dan etika bioteknologi. Ikan transgenik mungkin menjanjikan hasil panen yang lebih cepat dan besar, tetapi jika harga yang dibayar adalah kerusakan ekosistem dan potensi ancaman bagi kesehatan manusia, maka sudah saatnya kita berkata: tunggu dulu, jangan buru-buru dilepas ke alam.

Penerapan teknologi transgenik dalam bidang akuakultur, khususnya pada ikan, merupakan langkah inovatif dalam meningkatkan efisiensi produksi pangan. Namun, esai yang disusun menunjukkan bahwa meskipun secara teoritis teknologi ini menjanjikan, implementasinya di lapangan masih menyimpan banyak potensi risiko yang patut menjadi perhatian serius, baik dari segi lingkungan, ekologi, maupun kesehatan manusia.

Salah satu kekhawatiran utama yang dikemukakan adalah risiko ekologis, terutama efek interbreeding antara ikan transgenik dan ikan liar. Fenomena Trojan Gene Effect yang dijelaskan dalam esai menunjukkan betapa cepatnya populasi alami dapat terganggu bahkan punah jika ikan transgenik lepas ke alam. Ini menegaskan bahwa meskipun organisme transgenik dirancang untuk keuntungan ekonomi, potensi gangguan keseimbangan ekosistem justru bisa sangat merugikan dan tidak dapat diabaikan.

Dari perspektif kesehatan manusia, meskipun belum ada bukti konklusif bahwa ikan transgenik membahayakan kesehatan, ketidakpastian mengenai potensi alergen, toksin, dan perubahan kandungan nutrisi menuntut adanya prinsip kehati-hatian (precautionary principle) dalam penggunaannya. Pengalaman sebelumnya dengan hormon pada daging sapi dan ayam menambah kecemasan publik terhadap organisme hasil rekayasa genetika yang dikonsumsi secara langsung.

Saya sepakat bahwa pembatasan penggunaan ikan transgenik hanya pada sistem tertutup dan bukan sebagai induk atau calon induk adalah langkah yang tepat dan perlu ditegaskan dalam kebijakan nasional. Regulasi ketat dan evaluasi risiko yang komprehensif harus menjadi syarat utama sebelum teknologi ini diadopsi secara luas.

Akhirnya, teknologi transgenik seharusnya tidak ditolak mentah-mentah, melainkan dihadapi dengan pendekatan ilmiah, regulatif, dan etis. Penelitian lanjut, transparansi data, dan keterlibatan masyarakat sangat penting agar manfaat teknologi ini tidak dibayangi oleh risiko yang tak terkendali.

Teknologi transgenik dalam sektor perikanan merupakan terobosan ilmiah yang menjanjikan peningkatan produktivitas, efisiensi pertumbuhan, dan ketahanan terhadap penyakit. Namun demikian, seperti yang diuraikan dalam esai Darmawan dani Boby (2013), penerapan ikan transgenik dalam kegiatan budidaya juga memunculkan berbagai risiko yang kompleks, baik terhadap ekosistem alami maupun kesehatan manusia.

Dari sisi ekologi, fenomena interbreeding antara ikan transgenik dan populasi liar dapat menimbulkan Efek Gen Trojan yang berpotensi menghancurkan keberlangsungan populasi asli di alam. Fakta bahwa kehadiran hanya sedikit ikan transgenik dalam populasi besar dapat menyebabkan kepunahan dalam waktu kurang dari 50 generasi merupakan sinyal bahaya yang serius. Oleh karena itu, penggunaan ikan transgenik harus dibatasi secara ketat hanya dalam sistem akuakultur tertutup dan tidak boleh digunakan sebagai indukan untuk pemijahan.

Berdasarkan pada kemungkinan terpindahnya sifat jelek asal dari rDNA kepada produk rekayasa genetika akan memiliki pembawa sifat yang jelek. Pembawa sifat jelek tersebut yang mungkin terpindahkan antara lain : alergen, toksin, senyawa baru, perubahan nutrisi, dan sifat resisten terhadap antibiotika.

Ikan trasngenik pada umumnya memiliki kecenderungan mengganggu bahkan mengancam kelangsungan hidup populasinya di alam bebas.Karena ikan transgenik memiliki rangkaian gen yang berbeda dengan sejenisnya sehingga akan mengalami inter-breeding di alam bebas.Ada enam komponen yang dapat dipengaruhi oleh kejadian ini yaitu kemmapuan hidup juvernil, kemampuan hidup dewasa, usia matang gonad, fekunditas betina [jumlah telur], kesuburan jantan, dan pemijahan.

Ikan transgenik yang melakukan inter- breeding akan mengalami "efek Gen Trojan" dan pada situasi ini, transgenik menyebabkan peningkatan jumlah ppemijahan, namun keturunan yang dihasilkan kualitas. Hal ini dapat menjadi ancaman yang sangat serius bagi keberlangsungan hidup spesies mereka bahkan bila dibiarkan akan mengalami kepunahan. Model "Efek Gen Trojan" mengestimasi jika ada 60 ekor ikan transgenik yang bergabung dalam 60.000 ekor ikan non transgenik di alam liar, maka populasi tersebut akan mengalami kepunahan pada generasi ke 40. Berdasarkan hal ini ikan trasngenik hanya digunakan untuk kalangan sendiri tidak diperkenankan untuk dijadikan induk ata calon induk.

Berdasarkan penelitian oleh Devlin et al. (2004), menyebutkan bahwa ikan transgenik tidak mempengaruhi pertumbuhan ikan non-transgenik apabila ketersediaan makanannya tinggi (7,5% dari total biomassa ikan per hari). Apabila ketersedian makanan hanya sampai pada 0,75% dari total biomassa, maka ikan transgenik dan non transgenik keduanya akan mengalami ancaman kepunahan yang serius.

Ikan transgenik kalau untuk dikonsumsi manusia masih belum dapat ditentukan aman atau tidaknya akan tetapi secara umum masyarakat mempunyai anggapan bahwa mengkonsumsi ikan trasngenik dapat membawa pengaruh yang buruk bagi kesehatan manusia. Berdasarkan SENIOR (2007) dalam CBN Portal (2008), resiko pria yang terlalu banyak mengkonsumsi makanan berhormon berpotensi mengalami kanker. Namun dalam hal ini hormon yang masuk ke dalam tubuh pria tersebut berasal dari daging (ayam dan sapi) yang digemukkan dengan cara pemberian hormon.

Ikan trasngenik memiliki kemungkinan mengandung suatu protein baru yang dapat menyebabkan reaksi alergi. Penyisipan sifat gen kedalam kromosom juga belum tentu diaplikasikan oleh sistem fungsi pada tubuh ikan sehingga ikan menjadi kurang bernutrisi atau bahkan mengandung toksik. Transgene yang diinduksikan tidak dapat dinon-aktifkan, bahkan gen tersebut berpotensi menyebabkan pertumbuhan dan atau pembawaan sifat yang tak terkontrol. Hal ini dapat menyebabkan produksi protein pada tubuh ikan menjadi tinggi, sedangkan konsentrasi protein yang tinggi berpotensi sebagai racun terhadap manusia.

Dari aspek kesehatan, walaupun hingga kini belum ditemukan bukti kuat bahwa ikan transgenik membahayakan kesehatan manusia, potensi alergi atau perubahan nilai gizi tetap perlu dikaji lebih lanjut. Keamanan konsumsi jangka panjang masih menjadi tanda tanya yang memerlukan penelitian berkelanjutan dan transparan.

Sementara itu, secara sosial-ekonomi, keberadaan ikan transgenik bisa merugikan pembudidaya kecil yang tidak memiliki akses pada teknologi ini. Ketimpangan teknologi dan potensi dominasi pasar oleh perusahaan besar dapat memperlebar jurang ekonomi antara petani ikan skala kecil dan korporasi besar.

Evaluasi risiko harus melibatkan pendekatan multidisipliner yang mencakup kajian ilmiah, analisis dampak lingkungan, serta pertimbangan etika dan keadilan sosial. Pemerintah perlu membuat regulasi ketat dan mekanisme pengawasan yang ketat sebelum mengizinkan penggunaan ikan transgenik secara luas. Transparansi dan pelibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan juga menjadi kunci agar teknologi ini dapat diterima dan dimanfaatkan secara bertanggung jawab.

Dengan sikap hati-hati dan pertimbangan yang komprehensif, potensi ikan transgenik bisa dimanfaatkan secara optimal tanpa mengorbankan lingkungan, kesehatan, dan keberlanjutan sosial.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun