Ikan trasngenik pada umumnya memiliki kecenderungan mengganggu bahkan mengancam kelangsungan hidup populasinya di alam bebas.Karena ikan transgenik memiliki rangkaian gen yang berbeda dengan sejenisnya sehingga akan mengalami inter-breeding di alam bebas.Ada enam komponen yang dapat dipengaruhi oleh kejadian ini yaitu kemmapuan hidup juvernil, kemampuan hidup dewasa, usia matang gonad, fekunditas betina [jumlah telur], kesuburan jantan, dan pemijahan.
Ikan transgenik yang melakukan inter- breeding akan mengalami "efek Gen Trojan" dan pada situasi ini, transgenik menyebabkan peningkatan jumlah ppemijahan, namun keturunan yang dihasilkan kualitas. Hal ini dapat menjadi ancaman yang sangat serius bagi keberlangsungan hidup spesies mereka bahkan bila dibiarkan akan mengalami kepunahan. Model "Efek Gen Trojan" mengestimasi jika ada 60 ekor ikan transgenik yang bergabung dalam 60.000 ekor ikan non transgenik di alam liar, maka populasi tersebut akan mengalami kepunahan pada generasi ke 40. Berdasarkan hal ini ikan trasngenik hanya digunakan untuk kalangan sendiri tidak diperkenankan untuk dijadikan induk ata calon induk.
Berdasarkan penelitian oleh Devlin et al. (2004), menyebutkan bahwa ikan transgenik tidak mempengaruhi pertumbuhan ikan non-transgenik apabila ketersediaan makanannya tinggi (7,5% dari total biomassa ikan per hari). Apabila ketersedian makanan hanya sampai pada 0,75% dari total biomassa, maka ikan transgenik dan non transgenik keduanya akan mengalami ancaman kepunahan yang serius.
Ikan transgenik kalau untuk dikonsumsi manusia masih belum dapat ditentukan aman atau tidaknya akan tetapi secara umum masyarakat mempunyai anggapan bahwa mengkonsumsi ikan trasngenik dapat membawa pengaruh yang buruk bagi kesehatan manusia. Berdasarkan SENIOR (2007) dalam CBN Portal (2008), resiko pria yang terlalu banyak mengkonsumsi makanan berhormon berpotensi mengalami kanker. Namun dalam hal ini hormon yang masuk ke dalam tubuh pria tersebut berasal dari daging (ayam dan sapi) yang digemukkan dengan cara pemberian hormon.
Ikan trasngenik memiliki kemungkinan mengandung suatu protein baru yang dapat menyebabkan reaksi alergi. Penyisipan sifat gen kedalam kromosom juga belum tentu diaplikasikan oleh sistem fungsi pada tubuh ikan sehingga ikan menjadi kurang bernutrisi atau bahkan mengandung toksik. Transgene yang diinduksikan tidak dapat dinon-aktifkan, bahkan gen tersebut berpotensi menyebabkan pertumbuhan dan atau pembawaan sifat yang tak terkontrol. Hal ini dapat menyebabkan produksi protein pada tubuh ikan menjadi tinggi, sedangkan konsentrasi protein yang tinggi berpotensi sebagai racun terhadap manusia.
Dari aspek kesehatan, walaupun hingga kini belum ditemukan bukti kuat bahwa ikan transgenik membahayakan kesehatan manusia, potensi alergi atau perubahan nilai gizi tetap perlu dikaji lebih lanjut. Keamanan konsumsi jangka panjang masih menjadi tanda tanya yang memerlukan penelitian berkelanjutan dan transparan.
Sementara itu, secara sosial-ekonomi, keberadaan ikan transgenik bisa merugikan pembudidaya kecil yang tidak memiliki akses pada teknologi ini. Ketimpangan teknologi dan potensi dominasi pasar oleh perusahaan besar dapat memperlebar jurang ekonomi antara petani ikan skala kecil dan korporasi besar.
Evaluasi risiko harus melibatkan pendekatan multidisipliner yang mencakup kajian ilmiah, analisis dampak lingkungan, serta pertimbangan etika dan keadilan sosial. Pemerintah perlu membuat regulasi ketat dan mekanisme pengawasan yang ketat sebelum mengizinkan penggunaan ikan transgenik secara luas. Transparansi dan pelibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan juga menjadi kunci agar teknologi ini dapat diterima dan dimanfaatkan secara bertanggung jawab.
Dengan sikap hati-hati dan pertimbangan yang komprehensif, potensi ikan transgenik bisa dimanfaatkan secara optimal tanpa mengorbankan lingkungan, kesehatan, dan keberlanjutan sosial.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI