Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akhir Tragis Si Gadis Karoke

26 September 2020   14:48 Diperbarui: 26 September 2020   14:55 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MALAM Rabu. Pukul 19.00 WIB. Entah kenapa pikiranku berkecamuk. Ada sesal, kecewa, dan marah. Semua karena satu alasan. Sahabat yang sudah kuanggap saudara sendiri merantau ke negeri seberang tanpa berkata apa-apa kepadaku. 

Dia baru berkabar setelah tiba di tempat tujuan. Itu pun sambil cekikikan. Tanpa rasa bersalah sedikit pun. Sialan, pikirku. 

Belum hilang rasa kecewaku, gawai tiba-tiba berdering. Amran menelepon. Ia teman nongkrongku. 

"Ada apa, ya?" tanyaku tanpa basa-basi. 

"Si Yono ngajak sing a song. Mau ikut, nggak?" Jawab Amran langsung pada tujuan. Sing a song adalah istilah bahasa karokean, yang biasa kami gunakan. 

Sebenarnya aku sedang malas, tetapi aku iyakan saja ajakan Amran. 

"Oke. Aku ikut." 

"Ya udah, ditunggu di parkiran H******G. Jangan pake lama!" Tegas Amran. Dia sudah menunggu di parkiran tempat karoke. 

Beres teleponan, sejurus kemudian aku mengambil kunci motor dan langsung meluncur. 

Tak sampai 10 menit, aku sampai di tempat parkiran. Benar saja, Amran dan Yono telah berada di sana. 

"Nah, itu dia," Kata Amran, saat aku sampai di sana. 

"Yuk, kita langsung nge-room!" Ajakku. 

"Bentar dulu kawan, kita ada sedikit trouble!" Celetuk Yono. 

"Trouble apaan?" 

"Si Amran ngajak Dea. Aku bilang nggak usahlah, biar adil. Tapi, dia kekeuh," terang Yono.

Dea seorang gadis cantik berambut panjang. Tubuhnya semampai. Dia biasa di-booking untuk menemani pria mana pun yang ingin mendapatkan servisnya di tempat karoke. 

Mendengar penjelasan Yono, aku langsung paham bahwa dia cemburu. Mereka memang sudah lama mengincar gadis yang sama. Dea. 

Amran wajar, dia masih bujangan. Sementara Yono, laki-laki yang sudah menikah. Hanya, isterinya berada jauh di Kuningan. Mereka hidup berpisah, karena urusan kerjaan. 

Aku coba membujuk Amran mengurungkan niatnya. Lebih baik mencari wanita yang sudah ada di tempat. Dia menolak. Dalihnya sudah kadung menelpon. 

Setelah melewati perdebatan kecil, Yono pun mengalah. Kami bertiga akhirnya bergegas masuk ke lobi tempat karoke. 

Seperti biasanya suasana di lobi diwarnai temaram lampu berpadu padan dengan suara bising alunan musik remix. Tetiba, seorang pria menghampiri. 

Dia biasa dipanggil Mamih, karena gayanya persis seorang perempuan. Anggun dan kemayu. 

"Haaaii ... Selamat malam ganteng," Mamih mulai mengeluarkan jurus mautnya, agar kami langsung memesan room. Aku dan dua sahabatku hanya tersenyum. 

"Masih ada yang kosong?" Tanyaku 

Mamih balik bertanya, "Mau small atau midle?" 

"Middle," jawabku singkat. 

"Sampai closing, kan?" tanya Mamih. 

"Ya," jawabku singkat. 

Si Mamih langsung memerintahkan karyawan lain untuk menyiapkan room buat kami. 

"Hei...,"Dea rupanya datang menyapa. 

Gadis itu langsung disambut wajah sumringah Amran. Mereka langsung terlibat obrolan, sambil sesekali diselingi tawa. Sementara, aku lihat Yono tampak sedikit mangkel. 

"Udah, santai aja. Kita cari yang lain!" kataku menenangkan Yono. Dia setuju. Sejurus kemudian kami menuju room yang telah disediakan. 

***
Tak butuh waktu lama berada di room. Mamih bersama beberapa orang gadis pemandu karoke masuk. Mereka langsung berjejer dengan pose-pose menggoda dan bibir yang tersungging. 

Mamih langsung beraksi, "Yuk ganteng, dipilih ... dipilih." 

Kecuali Amran. Mataku dan Yono langsung jelalatan memilih gadis yang cocok. Setelah dapat, gadis yang tak terpilih bergegas keluar lagi, kecuali Mamih. 

Biasa. Dia akan "merayu" kami memesan paket minuman yang tersedia. makin banyak paket yang dipesan, kian girang hati Mamih. 

Setelah kami pesan, Mamih pun keluar. Dan, tak lama kemudian masuklah si pengirim pesanan kami itu. 

Dari sini para gadis pemandu karoke beraksi. Mereka mulai membuka tutup botol minuman dan menuangkannya ke dalam gelas yang tersedia di atas meja. Setelah siap, kami semua bersulang. 

Setelah masing-masing meneguk satu gelas minuman, lampu pijar warna putih terang tiba-tiba padam. Penerangan room karaoke berganti cahaya temaram lampu warna-warni. 

Lalu, sebuah lagu lawas yang dinyanyikan duet Broery Pesolima dan Dewi Yul pun terdengar. Tampak Amran dan Dea langsung menyamber mic yang tergeletak di atas meja,  isyarat keduanya siap bernyanyi. 

Sementara Amran dan Dea bernyanyi, aku, Yono dan kedua gadis karoke asyik bercengkrama sambil terus menikmati minuman yang tersedia. Rasa suntuk yang tadi kurasakan mendadak hilang. Berganti enjoy dan bahagia. 

Tak terasa, Amran dan Dea rampung menyanyikan satu lagu. Giliran Yono dan pasangannya yang berduet. Aku sengaja mendapat giliran terakhir. 

***

Malam itu kami benar-benar happy, hingga tak terasa jam di tanganku telah menunjukan pukul 01 WIB.

Banyaknya minuman yang diteguk, membuat semuanya oleng. Yono apalagi. Dia sudah tak bisa mengendalikan diri. 

Entah apa yang merasuki Yono, tetiba dia menghampiri Amran dan Dea yang sedang asyik bernyanyi. Lalu, di bawah pengaruh alkohol, Yono tanpa sungkan memeluk Dea, dan merebut mic dari Amran. 

Dea yang sudah mabuk berat sepertinya tak keberatan. Lain halnya dengan Amran. Dia tak terima dengan perlakuan sobatnya itu. 

Secepat kilat dia menyambar gelas di atas meja dan membantingnya hingga pecah berantakan. 

Amran marah besar. "Gila kamu, Yon, nggak menghargai pertemanan kita!" 

Dasar sedang mabuk berat, Yono tak peduli. Dia cuek, sambil tak lepas memeluk Dea. 

Melihat gelagat tak beres, aku coba menenangkan Amran. Tapi, malah dia berbalik marah padaku. 

"Jangan ikut campur! Ini urusan aku sama si Yono," tegasnya. 

Dari sini awal petaka dimulai. Tiba-tiba Yono mendorong Dea hingga tersungkur di lantai. Kemudia menyerang Amran dengan bogem mentah. 

Perkelahian keduanya tak terlelakan. Aku coba melerai, tapi tak sanggup. Tubuhku benar-benar sudah oleng oleh pengaruh alkohol. 

Beruntung ada security. Mereka langsung melerai kedua sahabat yang sedang diamuk amarah. 

Oleh si security, keduanya diamankan ke lobi. Sementara aku dan Dea mengikuti dari belakang. Gadis cantik ini terus meracau tak jelas. 

Setibanya di lobi, kedua sahabatku itu terus terlibat perang mulut, sambil sesekali hendak menyerang satu sama lain. Namun, security sigap menahannya. 

Situasi tak terkendali, akupun memutuskan untuk closing dan mengajak mereka pulang. 

***
Singkat cerita, kami berempat telah berada di parkiran. Namun, suasana panas Amran dan Yono belum juga reda. Keduanya kembali terlibat perang mulut. Kali ini pasalnya sama-sama ingin mengantarkan Dea pulang. Gadis itu sudah sangat mabuk berat. 

"Udah ... Udah, jangan ribut mulu. Aku pusing," teriak Dea. Namun, bukannya sadar, Amran dengan Yono malah makin panas dan keduanya kembali terlibat perang mulut lebih besar. 

"Buuuk ..." tiba-tiba perut Amran dipukul Yono. 

Tak terima, Amran langsung menyerang Yono. Mereka kembali berkelahi layaknya anak kecil. Bergumul dipelataran parkiran. 

Dengan sisa-sisa tenaga, aku kembali coba melerai. Percuma, bukannya bisa meredakan suasana, aku malah beberapa kali terjatuh, karena tak sanggup lagi menjaga keseimbangan tubuh. Oleng, jendral. 

***
Entah setan apa yang merasuki kami malam itu. Hanya karena memperebutkan wanita, mereka sampai harus berkelahi, dan tidak sadar kondisi Dea. Akupun sama, karena terlalu disibukan melerai. 

"Udaaah, hentikan!. Dea, mana Dea?" teriaku setelah sadar gadis itu tak ada di sekitar kami. 

Teriakanku rupanya manjur. Amran dan Yono menghentikan pergumulannya. Mereka celingukan. Pandangan mata keduanya menyasar areal parkir, mencari Dea. Yang dimaksud sama sekali tak kelihatan. 

Kami bertiga coba masuk lagi ke lobi, gadis itu tetap tak ditemukan. Di telpon pun tak ada jawaban. 

Dalam situasi panik, samar-samar terdengar suara ribut di jalan raya yang letaknya agak jauh. Ada apa, pikirku. 

Tanpa pikir panjang, kami bertiga coba menghampiri arah suara ribut tersebut. Ternyata, di sana telah banyak orang berkerumun. 

"Ada apa?" tanyaku pada salah seorang di sana. 

"Ada perempuan tertabrak mobil," jawab dia. 

Aku makin panik. Pun dengan Amran dan Yono sepertinya merasakan hal serupa. 

Aku mulai penasaran dan kembali bertanya. "Siapa dan keadaannya gimana?". 

"Kurang tahu persis. Tapi sepertinya dia mabuk, dan sekarang sudah dibawa ke rumah sakit." 

Mendadak tubuhku lemas. Aku berpikir perempuan yang tertabrak itu adalah gadis yang kurang dari sejam lalu masih bersama kami. 

"Mendingan kita lihat ke rumah sakit," ajak Amran. 

"Iya, kita lihat saja ke rumah sakit," sambung Yono. Rupanya kedua sahabatku mempunyai firasat sama denganku. 

Seakan dikomando, kami bertiga beringsut menuju parkiran untuk mengambil motor masing-masing, dan kemudian meluncur ke rumah sakit. 

***
Ada sesuatu yang ingin meledak dari tubuhku ketika melihat tubuh gadis cantik dengan berlumur darah, hingga tanpa kurencanakan air mataku lolos berjatuhan menetes dan berbaur dengan lantai UGD. 

Dea, gadis yang beberapa jam lalu masih begitu ceria, kini sudah terbujur kaku. Kata pihak rumah sakit, telah meninggal saat tiba di UGD. 

Aku tertawa hambar saat pikiranku mengajakku hanyut mengingat kejadian waktu di room karoke hingga ke pelataran parkir. Ada rasa sesal begitu dalam. Kenapa aku sampai lengah, tak memperhatikannya saat kedua sahabatku bertengkar. 

"Maafkan aku, Dea," gumamku, sambil kupandang Amran dan Yono yang tak hentinya bercucuran air mata. 

***
Selalu ada hikmah dalam setiap kejadian yang kita alami. Insiden kecelakaan Dea telah mampu membuka pintu rahmat bagi kami bertiga. 

Setelah insiden itu, kami memutuskan untuk tidak lagi meminum minuman alkohol. Kematian Dea, benar-benar meninggalkan ribuan bahkan jutaan rasa sakit di hati kami bertiga.

Salam

Catatan : Terinspirasi dari kisah nyata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun