Mohon tunggu...
Samhudi Bhai
Samhudi Bhai Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kompasianer Brebes Community (KBC)-68 Jawa Tengah -Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Menjadi Guru Ngaji Saat Pandemi?

25 November 2020   07:26 Diperbarui: 25 November 2020   07:27 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernah menjadi guru ngaji sebelem pandemi/samhudibae

Saya masih teringat ketika dulu masih ngaji pada seorang Kyai didesa yang setiap habis ngaji selalu ngobrol bareng dengan membahas apa saja sambil ngopi.

Setiap hari ba'da isa s/d isa selesai jam 08.00 pasti ngobrol alus. Maklum guru dan muridnya kala itu masih sama-sama bujangan, habis ngaji kalo ngak ngopi kurang srek rasanya. Justeu ngelu gak bisa tidur dipondok jika belom ngopi bersama guru ngaji dan 7 teman lainnya.

Guru saya KH Khasan Bisri Umar (Brebes) pernah cerita tatkala masih mondok dipesantren ia berkisah awal mula sebelum mendirikan pondok tempat ngaji saya kala itu, pernah disuruh angon sapi milik Kyai yang mengasuh ponpes Kempek Ciwaringin Cirebon Jawa Barat.

Dulu Kyai saya awal mula sebelum pindah-pindah mondok karena lulus ia pertama kali di Cirebon tempat mondoknya. Ngaji dengan sistim kempek yang baca Alfatekhah saja sampai sebulan lamanya sebab memang ngaji kempek beda dengan ngaji yang biasa umumnya.

Beliau pernah berpesan yang masih membekas dan terngiang-ngiang dikupingku sampai sekarang adalah kalimat yang satu kata mengandung banyak makna yakni Guru: gugu tiru.

"Angger koen kabeh pengen olih ridhone guru pengen olih barokahe guru pengen olih ilmu sing manfaat sing guru, ya kudu nurut karo guru selagi guru kue mau nurut mbi perintahe Allah lan Rosule. Kue maknane Guru kudu digugu lan ditiru.." ujar Kyai Khasan Bisri sambil menyeruput kopi hitam merk kapal api.

Sepenggal kalimat tersebut menjadi pedoman saya sampai sekarang. Bahwa sudah merasakan manfaatnya ketika semua ucapan guru ngaji tersebut saya amalkan ketika merantau dimanapun.

Adalah guru yang merupakan sosok untuk selalu memberikan motivasi, memberi wejangan, memberi arahan serta memberi solusi kapan dimanapun sang murid mengalami masalah.

Guru juga merupakan salah satu orang tua nomor dua setelah orang tua kandung kita yang sama terhadap tanggung jawabnya pada murid.

Guru yang bukan hanya sebagai orang tua asuh yang dengan penuh kasih sayang penuh anggung jawab namun yang diberikan amanah olehNya untuk mendidiknya dengan baik dan benar.

Profesi guru ngaji bagi saya bukanlah suatu momok yang menakutkan mereka adalah mulia, disamping itu juga amanah yang harus dilaksanakan sebab semua merupakan panggilan hati bukan hanya panggilan ijazah belaka.

Menjadi guru ngaji akan membawa kearah mana paradigma bangsa ini menjadi tersandarkan juga dapat membawa masa depan orang mulia karena hidayah.

Sebagai mana ditempat saya yang dulu saya juga pernah menjadi guru ngaji namun belum Pandemi tepatnya dua tahun yang lalu. Disebuah TPA, namun semenjak ada covid-19 TPA ditutup.

Bagaimana Menjadi Guru Ngaji Saat Pandemi? Kata saya menanyakan sikon TPA yang sepi dari anak-anak pada temen yang bernama Ustadz Salman.

"..Alhamdulillah masih bisa makan, walopun sekarang harus nyampein dari rumah ke rumah untuk mengajar mereka agar tidak ketinggalan pelajaran.." ujar ustadz salman.

Lalu buat makan sehari-hari bagaimana ustadz, kata saya.

"..Alhamdulillah ada saja kang walopun tidak seperti dulu banyak yang ngasih kalo sekarang dikasih saya terima tidak dikasih saya tidak minta.." timpalnya.

Seperti itulah. Akselerasi digital sekarang ini memang merubahnya sehingga profesi menjadi guru ngaji kian menyusut total merubahnya, tapi bagi saya baik guru umum atau guru ngaji tetaplah obor ditengah-tengah kegelapan malam.

Guru adalah Penerang bagi hati yang gelap dan cahaya bagi otak yang bebal, sebebal jomblowan jomblowati yang tak kunjung menemukan pasangan hidupnya.

Dengan ilmu dari seorang guru ngaji maka dapat mengenalkan kepada siapa yang mencipta semua makhluk yang ada dibumi ini. Dengan adab yang diberi oleh guru ngaji pula yang akan mengantarkannya menjadi manusia yang dapat memanusiakan manusia.

Semua orang menginginkan selamat dunia akherat. Namun terkadang banyak yang menyepelkan agama sebab tidak mau belajar agama hanya karena gengsi pada seorang guru ngaji.

Hidayah itu datang dari siapa saja termasuk guru ngaji yang dapat membawanya kearah lebih baik dan mempunyai ilmu yang bermanfaat.

Guru itu adalah kemuliaan gelar untuk seorang pengajar, seseorang yang dapat memberikan penerangan kehidupan. Jadi siapa bilang profesi guru ngaji momok yang menakutkan. 

Sosok intektual yang tangguh yang berakhlah serta bermoral dengan adab yang tinggi semua ada pada guru. Disamping itu mempunyai jiwa yang ikhlas didalam sebuah pengabdian.

Inilah sang guru yang mampu menjadi penerang dalam kegelapan didalam masyarakat yang sesungguhnya. Sebab guru adalah sang penentu bagi bangsa.

Penentu dari segala yang ada juga sebagai tombak sejarah untuk kemenangan dan pengendali penuh pada tinta emas yang ditorehkan untuk suatu peradaban ilmu.

Hari guru 2020 dimana dunia informasi serta teknologi semakin berkembang pesat dari waktu kewaktu hal ini jelas semakin membuat kita lebih mudah untuk mengenal pendidikan.

Misalnya ingin mencari buku sebagai referensi bacaan, dapat diperoleh dimana saja. Apa lagi sekarang jamannya online semua menggunakan online. Hanya dengan membuka hape dan mencari buku maka bukua akan dikirim via JNE.

Hari guru 2020 harapan saya agar seorang guru ngaji perlu diperhatikan. Termasuk dalam hal ekonomi, apa lagi sekarang ini pandemi tiada kunjung henti. Jelas nasib seperti ini mereka para guru ngaji nasibnya memprihatinkan.

Para guru ngaji sudah banyak dedikasinya untuk masyarakat dari seringnya diundang warga guna suatu acara selametan misalnya, maulid, tahlil, mengisi pengajian dirumahnya, memberi pelajaran pada anak didiknya dan masih banyak lagi. Namun cuma sekedar itu tidak ada gaji tetap darinya.

Bahkan disaat Pandemi seperti ini penghasilan tidak ada sebab diliburkan akubat covid-19 demi keselamatan bersama hingga demi hidupnya yang menggantungkan dari hutang tetangga.

Hari guru 2020 bagi mereka para guru ngaji tidak mengharap banyak dari pemerintah termasuk gaji yang memang belum ada khususnya bagi para pengurus masjid.

Wabah covid-19 telah meluluh lantakan sendi-sendi kehidupan. Perekonomian masyarakat menjadi turun drastis sejak diterapkannya pysical distancing dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Hal inilah yang berdampak pada status guru ngaji yang ada didaerah-daerah maupun perkotaan dimana mereka semakin tidak dapat mengaplikasikan dalam kehidupannya kecuali berserah diri pada Allah swt agar diberi kesabaran.

Berbagi sebenarnya tidak usah menunggu dari tim bansos ataupun pemerintah setempat datang kepada kita untuk menyalurkan bantuannnya.

Berbagi dimana saja asal ada rejeki disitu bisa disisihkan untuk orang yang membutuhkan. Apa lagi dalam situasi sekarang ini kita dianjurkan untuk saling tolong menolong bahu membahu membantu sesama dalam kesulitan.

Selamat Hari Guru 2020 Semoga Anda yang menjadi guru, ilmunya dapat menjadi syafaat, ladang bekal buat anda kelak hari diakhir serta ilmunya dapat berguna bagi nusa bangsa dan agama.

Hari guru 2020 bagi mereka para alim para ulama para assatidz assatidiyah yang telah mendahului kita senantiasa Allah terima amal ibadahnya. Alfatekhah..

Samhudi Bhai

Kompasianer Brebes Communty (KBC)-68 Jawa Tengah-Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun