Mohon tunggu...
Samantha Elisabeth Claudya
Samantha Elisabeth Claudya Mohon Tunggu... -

Let it be Your Mercy and Glory 🙌

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pembangunan Berkelanjutan: Kesatuan Ideologi, Lingkungan dan Pandangan Dunia

2 Maret 2016   21:54 Diperbarui: 2 Maret 2016   21:59 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lingkungan merupakan salah satu konsentrasi dan subjek pemikiran dari banyak bidang ilmu pengetahuan dalam menyelesaikan masalah pada pembangunan berkelanjutan kearah negatif saat ini. Ekologi yang terjadi saat ini, antara lingkungan alam dan manusia tidaklah seimbang. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan akan keperluan manusia yang semakin banyak namun, tidak tersedianya bahan baku untuk memenuhi semua keperluan tersebut. Kondisi tersebut, sedikitnnya membuat kita tersadar bahwa pertumbuhan akan pembangunan yang berkelanjutan menyebabkan banyaknya pro dan kontra yang mengikutinya.

Masalah demi masalah yang dihadapi oleh setiap orang di muka bumi, baru saja disadari dan hampir terlambat untuk dapat memperbaikinya. Kenyataan ini kemudian tidak dipasrahkan oleh para intelektual dalam berbagai bidang, seperti yang telah dinyatakan diatas bahwa setiap orang dalam ilmu pengetahuan yang berbeda berusaha untuk membenahi dan meniadakan kembali segala kerusakan yang telah terjadi saat ini. berbagai “kelebihan” yang dialami oleh setiap umat manusia, menjadikan mereka takut dan tidak ingin lebih lama merusak bumi tempat mereka tinggal. Keadaan ini sebenarnya perlu disyukuri, tapi apakah ilmu pengetahuan benar – benar dapat menyelesaikan segala masalah yang ada dan telah terjadi dalam lingkungan ekosistem saat ini?

Adanya kesadaran akan pembangunan berkelanjutan yang akan membuat kekacauan dalam lingkungan ekosistem, membuat tiap orang dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan berusaha untuk menyelesaikannya. Keadaan pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, menjadi alasan yang dianggap solusi bagi para birokrasi rakyat. Masyarakat dalam suatu organisasi atau sistem kenegaraan dituntut untuk menggunakan alat – alat yang dianggap mampu menyelesaikan masalah lingkungan ekosistem ini. Misalnya, alat pembatasan anak atau KB dinyatakan sebagai bagian dari salah satu cara menyelesaikan masalah tersebut. Hal lainnya, dapat dirasakan hampir pada setiap aspek kehidupan manusia. Diakibatkan karena banyaknya “kelebihan” dalam banyak hal.

Kembali lagi ke pertanyaan sebelumnya, seperti yang diajukan oleh penulis: “apakah ilmu pengetahuan benar – benar dapat menyelesaikan segala masalah yang ada dan telah terjadi dalam lingkungan ekosistem saat ini?” Menjadi pertanyaan yang akan sukar untuk dijawab oleh sebagian orang, terutama bagi mereka kaum intelektual. Pertanyaan tersebut agaknya dapat dijawab oleh Hardin (1968) dalam artikelnya The Tragedy of the Commons, bahwa masalah tidak bisa diselesaikan hanya dengan ilmu pengetahuan saja namun, dengan adanya politik juga. Tanggapan dari Hardin yang merupakan seorang ekologogis, menjadi sarana berpikir bagi tiap orang dimana letak politik dapat bekerja pada pembangunan berkelanjutan. Pada kenyataannya, politik memiliki peran besar menghentikan segala “kelebihan” tersebut. Politik dapat menghentikan kelebihan polusi, kelebihan populasi, kelebihan suara (kebisingan), kelebihan kerusakan lingkungan laiinya. Politik benar – benar dapat membantu ilmu pengetahuan untuk dapat menghentikan dan meniadakan pembangunan berkelanjutan kearah yang negatif.

Ilmu pengetahuan nampaknya, memang bukan satu – satunya cara untuk menyelesaikan semua kekacauan yang telah terjadi dalam alam lingkungan kita. Pengetahuan yang dimiliki oleh tiap masyarakat menjadikan mereka sebagai pribadi yang memiliki salah satu penyelesaian dalam menuntaskan masalah ini, namun tidak semuanya terselesaikan. Masalah dalam lingkungan nampaknya perlu diketahui lebih lanjut dalam pandangan umumya atau masyarakat biasanya melihat dengan sudut pandang mereka sendiri. Pandangan masyarakat yang dapat disebut sebagai pandangan dunia dapat dilihat dalam tujuh karakter Environmental Philosophies, diantaranya :
1. Pristine Capitalist
Kapitalis murni - pandangan dominan akuntansi dan keuangan di mana satu-satunya tanggung jawab perusahaan adalah untuk menghasilkan uang bagi para pemegang saham;


2. Expedients
Masyrakat dalam pandangan ini, menganggap bahwa mereka dengan pandangan jangka panjang yang menyadari bahwa economi kesejahteraan dan stabilitas hanya dapat dicapai oleh penerimaan tanggung-jawab sosial tertentu;


3. Social Contract Proponents
Merupakan kontrak sosial pendukung adalah salah satu sikap bahwa perusahaan dan organisasi lain yang ada dalam masyarakat akan bertanggung jawab untuk menghormati serta menanggapi masyarakat;


4. Social Ecologist
Masyarakat dalam pandangan adalah mereka yang prihatin untuk lingkungan sosial dan merasa bahwa karena organisasi besar telah berpengaruh dalam menciptakan lingkungan sosial. Masyarakat ini menyadari dan bertekad untuk dapat memperbaiki lingkungan;


5. Socialists
Masyarakat dalam hal ini memiliki pandangan bahwa mereka harus ada penyesuaian yang signifikan dalam kepemilikan dan penataan masyarakat;


6. Radical Feminists
Masyarakat dalam pandangan ini, mereka yang merasa bahwa, ada sesuatu yang pada dasarnya salah dengan peran kontruksi maskulin yang agresif. Mereka berpendapat bahwa panduan sistem sosial, nilai – nilai kehidupan harus lebih banyak menggunakan sikap feminism seperti cinta, welas asih dan kerjasama;


7. Deep Ecologist
Pandangan yang menyatakan bahwa keberadaan manusia tidaklah lebih besar dan tidak lebih berhak untuk mengatur dan menyamaratakan seluruh ekosistem kehidupan. Keberaadaan manusia tidak berhak dan lebih besar daripada bentuk lain dari kehidupan lainnya.
Melalui pandangan – pandangan tersebut, manusia dinyatakan telah melihat lingkungan dengan perspektif berbeda. Manusia memperlakukan alam lingkungan mereka sesuai dengan kehendaknya masing – masing. Terkadang menjadikan dirinya sebagai yang paling benar dan berhak mengatur lingkungannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun