Mohon tunggu...
Syamsiah
Syamsiah Mohon Tunggu... Insinyur - Trainer

Instruktur TIK Kemenaker RI Love Purple and Eat Purple \r\nwww.syamthing.blogspot.com, \r\nwww.syamhais.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Film “Tjokroaminoto” Kaya Makna & Kaya Rasa

17 April 2015   10:16 Diperbarui: 13 Januari 2016   22:15 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Kartini mengutip salah satu ayat Qur’an, yaitu minaz dzulumaati ilan nuur (dari kegelapan menuju cahaya) dalam suratnya pada sahabatnya di Belanda. Kutipan ayat tersebut kita kenal dengan semboyan “Habis gelap terbitlah terang”. Kartini memaknai hijrah sebagai persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, terutama di bidang pendidikan.

 

Iqra’ dan Hijrah menjadi begitu penting agar hidup terus berubah, tidak stagnan atau berpuas diri di titik yang sudah dicapai. Hijrah harus didahului dengan iqra’ agar tidak salah arah. Perintah membaca ini bukan hanya terbatas pada tulisan. Tapi jauh lebih luas, membaca gejala-gejala dan tanda-tanda kebesaran-Nya. Mampu membaca tanda-tanda kebesaran-Nya dapat menghasilkan kemampuan membaca tanda-tanda kehidupan.

 

Perubahan (hijrah) hidup bukanlah soal banyaknya pemilikan uang dan materi, atau pencapaian gelar-gelar dan jabatan. Akan tetapi hijrah adalah terus belajar, mendalami, memikirkan dan merenungi segala ayat-ayat-Nya dan ciptaan-ciptaan-Nya. Lalu kemudian mengamalkannya di kehidupan sehari-hari.

 

Disebutkan dalam salah satu hadits shoheh, orang yang bertafakkur pahalanya melebihi ibadah seribu tahun. Bahkan banyak sekali pesan pesan dalam akhir ayat Qur'an untuk terus merenungi tanda-tanda kebesaran-Nya melalui kata afalaa ta’qiluun (apakah kalian tidak menggunakan akal?), dan afala tatafakkaruun (apakah kalian tidak berfikir?). Mulai dari kita bangun tidur, untuk apa kita dibangunkan? Mengapa kita diciptakan? Dari mana dan kembali ke mana kita? Hidup kita ini untuk apa?

 

Tjokroaminoto paham betul akan perintah tafakkur ini. Sejak kecil beliau sudah berani mengungkapkan pendapatnya tentang kesewenang-wenangan Belanda. Meski tergolong anak priyayi yang bebas dari penindasan, Tjokroaminoto tidak bisa menolak kata hatinya. Tjokroaminoto tidak terima kekayaan alam negerinya terus-menerus dikeruk dan bangsanya diperlakukan sebagai bangsa terbelakang.

 

 

 

Relevan Dengan Politik Kekinian

 

Film Tjokro sangat relevan dengan politik kekinian. Indonesia hingga kini masih di bawah cengkeraman asing. Selalu ada banyak kepentingan di balik perjuangan. Di sisi lain, ada golongan tertentu yang merasa terbuang di mana-mana, mereka adalah golongan keturunan. Oleh Belanda tidak diakui, oleh pribumi diakui sebagai orang Belanda.

 

“Tolong hargai jerih payah mereka. Mereka menanamnya dengan keringat mereka. Kalian tinggal menikmatinya saja”. Kata-kata Tjokroaminoto dalam film tersebut diucapkannya saat ia marah kepada sinyo Belanda. Sinyo tersebut menyuruh petani yang menyeduhkan tehnya untuk tetap memegang teko berisi teh mendidih hanya karena kesalahan kecil yang tidak penting. Adegan ini relevan dengan nasib para petani kita sekarang. Hingga kini jasa besar petani tidak mendapat penghargaan yang layak. Mereka bahkan banyak yang rela menjual hasil pertaniannya kepada para tengkulak, yang mengambil untung jauh lebih besar dari yang mereka dapat.

 

Di suatu titik dalam perjalanan hidupnya, Tjokroaminoto bertanya pada Agus Salim, “Sudah sampai manakah hijrah kita?” “Arafah, merenungi kesalahan kita”, jawab Agus Salim. Pernyataan ini menjadi cermin bagi kita semua. Jangan sekedar berjuang, tapi perlu juga waktu untuk merenungi kesalahan-kesalahan kita.

 

Dalam sehari-hari, kita diperintahkan untuk senantiasa menghisab diri sebagai bekal hisab di hari akhirat (haasibuu anfusakum qobla an tuhaasabuu). Jika seluruh elemen bangsa senantisa melakukan perenungan kesalahan diri dan tidak jumawa. Tidak selalu yakin sikapnya pasti benar karena memperjuangkan kebenaran, niscaya perjuangan kesejahteraan bangsa pun akan mencapai titik terangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun