Mohon tunggu...
salwacantika
salwacantika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

semoga banyak membantu!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Fenomena Klitih di Yogyakarta

19 April 2022   07:00 Diperbarui: 19 April 2022   15:10 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Klitih yang berasal dari bahasa jawa yang memiliki arti aktivitas berkeliling keluar rumah tanpa tujuan yang jelas untuk mengisi waktu luang. Klitih juga bisa diartikan sebagai salah satu fenomena kejahatan jalanan yang biasa terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya ( Klaten dan Magelang ). 

Klitih merupakan bentuk disorientasi pada remaja seperti remaja yang memiliki permasalahan di keluarga, memiliki beban di sekolah, mendapat stigma buruk di lingkungan dan komunitas, juga memiliki ruang ekspresi terbatas. Saat ini klitih pun dapat menjadi symbol geng atau kelompok. Seseorang yang menjadi anggota kelompok akan otomatis memperoleh identitas bagian dari kelompok klitih tersebut.

Akhir -- akhir ini terdapat fenomena yang terulang kembali di Yogyakarta. Seorang remaja asal kebumen yang ditemukan tewas akibat sabetan gir oleh anggota klitih. 

Peristiwa tersebut terjadi saat dini hari dimana korban dan teman -- temannya sedang mencari makanan untuk sahur dan saat diperjalanan korban dan teman -- temannya bertemu dengan klitih. Awal terjadinya fenomena tersebut diawali dengan perselisihan antara korban dengan geng pelaku tersebut. 

Lalu terjadinya kejar -- kejaran antara motor geng pelaku dengan korban yang berakhir geng pelaku menyabetkan gir kepada korban dan korban langsung terjatuh dari motornya. Awal terkena penyabetan korban masih bisa bernafas yang kemudian segera dibawa ke rumah sakit dan berakhir korban meninggal dunia.

Fenomena ini harus segera ditindak lanjuti guna mengurangi keresahan masyarakat juga ketidakadanya korban kembali akibat klitih ini. Kasus klitih tersebut juga mendapat perhatian serius dari Gubernur Sri Sultan Hamengkubuwono X yang meminta semua bupati maupun wali kota untuk melakukan berbagai upaya pencegahan. Sultan Hamengkubuwono X memberikan sejumlah langkah untuk melakukan upaya pencegahan terhadap klitih.

Pertama yakni melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama, ketua LPMK, kampong, RW, RT, PKK, hingga karang taruna untuk menyosialisasikan pada warga mengenai pentingnya mengetahui keberadaan anggota keluarga. 

Kedua, menginisiasi aktivitas positif dan bermanfaat bagi remaja. 

Ketiga, menggiatkan patrol lingkungan dengan melibatkan linmas dan gerakan jaga warga. 

Keempat, bekerjasama dengan TNI maupun Polri untuk melakukan monitoring pergerakan massa yang masih beraktivitas hingga tengah malam. 

Kelima, mengalokasikan anggaran belanja daerah untuk setiap aktivitas pencegahan dan penganan kejahatan jalanan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun