Mohon tunggu...
Salsabilla Alifatus
Salsabilla Alifatus Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

this is my experience

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kehidupan Baru di Pesantren

25 Oktober 2021   11:31 Diperbarui: 25 Oktober 2021   15:20 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Aku adalah seorang gadis yang amat manja, tidak pandai bersosial dan keras kepala. Seorang gadis yang selalu ingin apapun yang ku mau harus terpenuhi. Tanpa sadar sifatku yang seperti iyu dapat membawa dampak buruk, baik dari sisi ekonomi, social, dan lainnya. 

Oleh karena itu orang tuaku memutuskan untuk melanjutkan pendidikanku di sebuah pesantren. Ini adalah suatu keputusan yang tidak mudah bagiku karena aku akan berada jauh dari keluargaku. Namun setelah mengumpulkan segala niat dan keyakinan, aku pun menyetujuinya dengan syarat aku lah yang akan menentukan dimana aku akan mondok

Setelah 6 tahun menempuh pendidikan di Sekolah Dasar, saat itu lah aku akan menempuh hidupku tanpa adanya orang tua dan keluargaku. Banyak hal yang tak pernah aku rasakan sebelumnya, seperti biasa bangun pada pukul 3 pagi, membiasakan diri mengantri, makan makanan seadanya, dan masih banyak hal lainnya. 

Melihat semua hal yang memang tidak pernah aku rasakan sebelumnya, aku merasa tidak betah berada di lingkungan seperti ini. Aku selalu memikirkan banyak hal agar aku bisa keluar dari pesantren, tapi selalu gagal. Orang tuaku selalu menyemangatiku untuk tetap berjuang di pesantren.

Tak lama, aku mulai tersadar bahwa melanjutkan Pendidikan di pesantren bukan lah hal yang buruk. Dari sini  aku memiliki banyak teman, memikirkan satu sama lain, kebersamaan menjadi nomer 1. Aku mulai merasakan bahwa banyak hal positif yang aku dapatkan saat di pesantren seperti ilmu dunia dan akhirat, ilmu social, dan lain sebagainya.

Semua sifatku pada saat sebelum memasuki pesantren dengan setelah masuk pesantren sangat lah berbeda, mulai aku yang bisa melakukan apapun tanpa menyuruh, saling tolong menolong, saling berbagi, mampu menerima saran dan kritikan, aku mulai mengenal orang dengan segalan sifat yang berbeda, dan masih banyak lagi. Tanpa aku sadari ternyata aku mulai bisa bersosial dengan banyak orang dan banyak mempelajari segala keragaman budaya.

Namun ada  pepatah yang mengatakan bahwa setiap orang yang mencari ilmu akan ada suatu cobaannya. Setelah 2 tahun aku mondok, ayahku meninggal. Ini bukan hal yang mudah bagiku. Aku cukup putus asa pada saat itu dan berfikir untuk berhenti mondok, namun tak lama aku menepis semua pikran burukku itu. Aku kembali menyemangati diriku, aku mulai menyadari diriku bahwa aku harus mempunyai masa depan yang cerah baik itu di dunia maupun di akhirat, aku harus bisa membahagiakan kedua orang tuaku. Semenjak itu semangat dalam mencari ilmu ku mulai berkobar lagi.

Saat semangatku itu kembali, prestasiku mulai berjatuhan. Aku selalu peringkat 10 besar di kelas dan banyak berprestasi juga saat pesantren mengadakan Try Out Akbar. 

Hal itu tidak putus saat aku SMP di pesantren saja, namun pada saat aku melanjutkan SMA di pondok pesantren yang sama, prestasiku tidak pernah pudar bahkan sekarang aku telah menghafal 15 juz Al Quran, menurutku ini adalah hal yang sangat aku apresiasi karena sedari kecil aku lemah dalam membaca Al Quran. Aku merasa bersyukur atas apa yang telah aku capai. 

Mungkin ini bukan lah hal yang besar, namun dari usaha, perjuangan, dan semangat dari diriku aku cukup bangga. Aku harap ayahku di sana juga iku bangga denga napa yang telah aku raih. Dan aku tak kan pernah memudarkan semangatku ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun