Mohon tunggu...
Salsabila Putri Avrillia
Salsabila Putri Avrillia Mohon Tunggu... Mahasiswa

Menggambar, Menyanyi, Melukis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hidup Damai dalam Perbedaan: Urgensi Pluralisme Agama di Ind

25 September 2025   00:00 Diperbarui: 24 September 2025   23:41 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Pengertian

Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki keragaman budaya, etnis, dan agama. Keberagaman ini adalah anugerah, tetapi sekaligus tantangan dalam menjaga persatuan. Di tengah perbedaan keyakinan, sering muncul pertanyaan: bagaimana masyarakat bisa hidup berdampingan dengan damai tanpa saling meniadakan? Jawabannya terletak pada pemahaman tentang pluralisme agama.

Pluralisme bukan sekadar pengakuan bahwa agama lain ada, melainkan kesadaran untuk hidup bersama dalam perbedaan, tanpa harus mencampuradukkan keyakinan. Konsep ini menjadi penting bagi bangsa Indonesia, terutama dalam menghadapi isu intoleransi yang masih sering muncul di tengah masyarakat.

Memahami Konsep Pluralisme Agama 

Secara etimologis, pluralisme berasal dari kata plural yang berarti beragam atau majemuk. Dalam konteks agama, pluralisme mengandung makna bahwa keberadaan berbagai agama harus dipahami sebagai kenyataan sosial sekaligus sebagai potensi untuk membangun kehidupan bersama.

Menurut Diana L. Eck, seorang pemikir pluralisme dari Harvard University, pluralisme bukan hanya "koeksistensi" atau hidup berdampingan, tetapi juga sebuah keterlibatan aktif dalam membangun dialog dan kerja sama antar pemeluk agama yang berbeda. Dengan demikian, pluralisme menekankan pada interaksi yang sehat, bukan sekadar toleransi pasif.

Pluralisme Agama dalam Konteks Indonesia 

Indonesia adalah negara dengan enam agama resmi dan ratusan aliran kepercayaan lokal. Dalam konstitusi, kebebasan beragama dijamin oleh UUD 1945 Pasal 29 yang menegaskan bahwa negara menjamin kebebasan tiap penduduk untuk memeluk agama dan beribadat menurut keyakinannya.

Pluralisme di Indonesia sebenarnya bukan hal baru. Sejak masa kerajaan Nusantara, masyarakat telah hidup dalam keragaman kepercayaan. Misalnya, di era Majapahit, semboyan Bhinneka Tunggal Ika lahir dari kesadaran bahwa Hindu dan Buddha dapat hidup berdampingan dalam satu kerajaan.

Namun dalam realitas modern, tantangan semakin kompleks. Isu intoleransi, diskriminasi, hingga konflik berbasis agama masih sering muncul, baik di dunia nyata maupun di media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa pluralisme agama masih harus terus diperkuat, bukan hanya sebagai teori, tetapi sebagai praktik dalam kehidupan sehari-hari.

Perbedaan antara Toleransi dan Pluralisme 

Banyak orang sering menganggap pluralisme agama sama dengan toleransi. Padahal keduanya memiliki perbedaan mendasar:

  1. Toleransi: sikap membiarkan pihak lain menjalankan keyakinannya tanpa gangguan. Namun toleransi bersifat pasif, seolah hanya "membiarkan" tanpa keterlibatan lebih jauh.

  2. Pluralisme: melibatkan pengakuan aktif, penghargaan, dan keterlibatan dalam membangun relasi antar umat beragama. Pluralisme berarti hadir, berdialog, dan bekerja sama dalam bingkai perbedaan.

Dengan kata lain, toleransi adalah langkah awal, sementara pluralisme adalah tujuan yang lebih ideal.

Manfaat Pluralisme Agama 

Jika dipraktikkan secara sungguh-sungguh, pluralisme agama membawa banyak manfaat, antara lain:

  1. Membangun Kehidupan Damai – konflik berbasis agama dapat diminimalisasi dengan sikap saling menghormati.

  2. Menguatkan Persatuan Bangsa – perbedaan tidak lagi dipandang sebagai ancaman, melainkan sebagai kekayaan bersama.

  3. Mendorong Dialog dan Kerjasama – pluralisme membuka ruang untuk bekerja sama dalam isu-isu kemanusiaan, seperti pendidikan, lingkungan, dan pemberdayaan sosial.

  4. Menumbuhkan Sikap Empati – setiap orang belajar memahami sudut pandang agama lain tanpa harus mengorbankan keyakinannya.

Tantangan dalam Mewujudkan Pluralisme

Meski ideal, pluralisme bukan tanpa hambatan. Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain:

  • Eksklusivisme Beragama – sebagian kelompok meyakini hanya agamanya yang benar dan menolak keberadaan agama lain.

  • Politisasi Agama – agama sering dijadikan alat politik untuk kepentingan tertentu yang memicu perpecahan.

  • Kurangnya Literasi Agama – rendahnya pemahaman terhadap ajaran agama sendiri maupun agama lain memicu kesalahpahaman.

  • Media Sosial sebagai Pemicu Konflik – informasi hoaks atau ujaran kebencian mudah tersebar dan memperuncing perbedaan.

Menghadapi tantangan tersebut, dibutuhkan pendekatan komprehensif melalui pendidikan, kebijakan pemerintah, serta keterlibatan aktif masyarakat.

Peran Pendidikan dan Generasi Muda 

Pendidikan menjadi kunci dalam membangun kesadaran pluralisme agama. Sekolah dan perguruan tinggi perlu menanamkan nilai-nilai toleransi dan dialog sejak dini. Generasi muda sebagai penerus bangsa harus diajak untuk melihat perbedaan sebagai peluang, bukan ancaman.

Di era globalisasi, anak muda bisa menjadi agen perdamaian dengan memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan pesan positif, melakukan kampanye lintas agama, dan menciptakan ruang dialog digital. Dengan cara ini, pluralisme agama bisa diinternalisasi secara kreatif dan kontekstual.

Pluralisme Agama dan Nilai Pancasila 

Pancasila sebagai dasar negara sejatinya adalah wujud nyata dari pluralisme. Sila pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa" tidak mengikat pada satu agama tertentu, tetapi mengakui keberadaan Tuhan dalam berbagai tradisi keagamaan. Sementara sila ketiga "Persatuan Indonesia" mengajarkan pentingnya menjaga kebersamaan di tengah keberagaman.

Dengan demikian, pluralisme agama bukanlah konsep asing, melainkan bagian dari jati diri bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Contoh Praktik Pluralisme di Indonesia 

Pluralisme agama bukan hanya teori, tetapi nyata terlihat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Beberapa contoh antara lain:

  1. Perayaan Hari Besar Lintas Agama – Di banyak daerah, perayaan Idul Fitri, Natal, Nyepi, atau Waisak dilakukan dengan semangat saling menghormati. Misalnya, saat umat Islam merayakan Idul Fitri, umat Kristen ikut membantu menjaga keamanan; sebaliknya, saat Natal, banyak pemuda Muslim ikut terlibat dalam kegiatan sosial.

  2. Kerukunan di Bali dan Yogyakarta – Di Bali, umat Hindu, Islam, Kristen, dan Buddha hidup berdampingan harmonis. Di Yogyakarta, banyak kampung dengan penduduk beragama berbeda tetapi saling menjaga dalam kehidupan sehari-hari.

  3. Dialog Antaragama – Berbagai lembaga, baik pemerintah maupun organisasi masyarakat, sering mengadakan forum lintas agama untuk membangun kesepahaman dan mengatasi isu sosial bersama.

Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa pluralisme bukan hal asing, melainkan bagian nyata dari kehidupan bangsa.

Solusi dan Peran Generasi Muda 

Untuk mengatasi tantangan, dibutuhkan upaya bersama:

  1. Peran Pemerintah – membuat kebijakan yang adil dan melindungi kebebasan beragama.

  2. Peran Tokoh Agama – menjadi teladan dengan mengajarkan perdamaian, bukan kebencian.

  3. Pendidikan – sekolah dan kampus perlu menanamkan nilai toleransi, dialog, dan literasi agama sejak dini.

  4. Peran Generasi Muda – anak muda bisa menjadi agen perdamaian dengan menyebarkan pesan positif di media sosial, menggalang kegiatan lintas agama, dan menciptakan ruang dialog digital.

Generasi muda memiliki peran penting, karena merekalah yang akan menentukan wajah Indonesia di masa depan.

Kesimpulan 

Pluralisme agama adalah kebutuhan mendasar bagi Indonesia. Ia bukan hanya soal mengakui perbedaan, tetapi juga mengelola perbedaan menjadi kekuatan.

Di tengah tantangan intoleransi dan polarisasi, pluralisme adalah jalan menuju kehidupan damai, adil, dan harmonis. Dengan memperkuat dialog, meningkatkan literasi agama, serta mengamalkan nilai Pancasila, bangsa Indonesia dapat terus merajut persatuan dalam keragaman.

Keberagaman bukanlah penghalang, melainkan modal besar untuk membangun masa depan bangsa yang inklusif, berkeadilan, dan berkeadaban.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun