Meski ideal, pluralisme bukan tanpa hambatan. Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain:
Eksklusivisme Beragama – sebagian kelompok meyakini hanya agamanya yang benar dan menolak keberadaan agama lain.
Politisasi Agama – agama sering dijadikan alat politik untuk kepentingan tertentu yang memicu perpecahan.
-
Kurangnya Literasi Agama – rendahnya pemahaman terhadap ajaran agama sendiri maupun agama lain memicu kesalahpahaman.
Media Sosial sebagai Pemicu Konflik – informasi hoaks atau ujaran kebencian mudah tersebar dan memperuncing perbedaan.
Menghadapi tantangan tersebut, dibutuhkan pendekatan komprehensif melalui pendidikan, kebijakan pemerintah, serta keterlibatan aktif masyarakat.
Peran Pendidikan dan Generasi MudaÂ
Pendidikan menjadi kunci dalam membangun kesadaran pluralisme agama. Sekolah dan perguruan tinggi perlu menanamkan nilai-nilai toleransi dan dialog sejak dini. Generasi muda sebagai penerus bangsa harus diajak untuk melihat perbedaan sebagai peluang, bukan ancaman.
Di era globalisasi, anak muda bisa menjadi agen perdamaian dengan memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan pesan positif, melakukan kampanye lintas agama, dan menciptakan ruang dialog digital. Dengan cara ini, pluralisme agama bisa diinternalisasi secara kreatif dan kontekstual.
Pluralisme Agama dan Nilai PancasilaÂ
Pancasila sebagai dasar negara sejatinya adalah wujud nyata dari pluralisme. Sila pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa" tidak mengikat pada satu agama tertentu, tetapi mengakui keberadaan Tuhan dalam berbagai tradisi keagamaan. Sementara sila ketiga "Persatuan Indonesia" mengajarkan pentingnya menjaga kebersamaan di tengah keberagaman.