Namun penting untuk diingat: semangat tanpa kesiapan bisa menimbulkan penyesalan. Menikah bukan hanya tentang menjalin hubungan halal, tapi tentang menyatukan dua jiwa, dua keluarga, dan dua tanggung jawab besar. Maka dari itu, khitbah harus menjadi langkah yang dipikirkan masak-masak, bukan reaksi impulsif dari tren yang sedang naik daun.
Ajak Diri untuk Lebih Dewasa
Jika kamu sedang mempertimbangkan untuk mengajukan atau menerima khitbah, tanyakan pada diri sendiri:
-
Apakah aku sudah siap secara mental dan emosional?
Apakah aku paham konsekuensi dari pernikahan, bukan hanya proses khitbah?
Apakah aku mampu menjalani kehidupan rumah tangga secara mandiri dan bertanggung jawab?
Apakah khitbah ini muncul dari tekanan sosial, atau dari keyakinan dan kesungguhan?
Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini secara jujur bisa membantu kita melihat khitbah bukan sebagai tren, tetapi sebagai tahapan penting menuju ibadah yang besar: pernikahan.
Penutup: Semoga Bukan Sekadar Status, Tapi Seruan Tulus
Khitbah adalah langkah mulia, dan generasi muda hari ini memiliki peluang besar untuk menjalaninya dengan cara yang lebih bijak, lebih Islami, dan lebih dewasa. Tapi jangan sampai kemuliaannya berubah menjadi beban sosial hanya karena kita tergesa atau terjebak dalam euforia tren.
Semoga setiap khitbah yang terjadi bukan sekadar status untuk dibagikan, tetapi awal dari komitmen serius yang diberkahi Allah.