Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah menghela dunia masuki pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran masuki dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kasus Keracunan: MBG Disorot, Bagaimana Jika Tubuh Anak Bermasalah?

6 September 2025   04:30 Diperbarui: 5 September 2025   19:17 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input gambar: liputan6.com

Di saat yang sama, pemeriksaan klinis pada anak terdampak tidak boleh ditunda untuk mengetahui riwayat alergi atau intoleransi, status gizi dan hidrasi, penyakit bawaan, kemungkinan infeksi virus/bakteri yang tidak terkait makanan, hingga interaksi dengan obat yang sedang dikonsumsi.

Input gambar: youtube.com
Input gambar: youtube.com
Dari kasus ini, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dan disikapi sebagai solusi atas kasus dugaan keracunan makanan dalam program MBG. Pertama, penerapan standar keamanan pangan yang ketat harus dilakukan mulai dari pemilihan bahan baku, proses produksi, distribusi hingga penyajian di sekolah, lengkap dengan sistem audit berkala dan dokumentasi yang jelas. Kedua, pemeriksaan kesehatan rutin terhadap siswa penting untuk mendeteksi sejak dini potensi alergi, intoleransi makanan, atau kondisi fisik yang membuat anak rentan terhadap gangguan pencernaan. Ketiga, koordinasi lintas sektor antara pihak sekolah, dinas kesehatan, produsen makanan, dan orang tua harus diperkuat agar data yang diperoleh konsisten, cepat, dan akurat. Keempat, pendidikan gizi kepada siswa dan orang tua harus digencarkan agar mereka lebih paham pentingnya pola makan sehat dan mengenali gejala awal gangguan kesehatan. Kelima, mekanisme komunikasi risiko yang terbuka dan terukur harus dijaga, sehingga informasi yang beredar tidak menjadi fitnah yang merugikan pihak tertentu.

Oleh karena itu, kasus dugaan keracunan yang melibatkan program MBG seharusnya menjadi peringatan bagi semua pihak untuk lebih berhati-hati dan tidak terburu-buru menjatuhkan vonis. Menyalahkan satu pihak tanpa bukti lengkap bukan hanya tidak adil, tetapi juga berisiko menutup peluang perbaikan sistemik. Edukasi gizi kepada anak dan orang tua, serta pemeriksaan kesehatan rutin di sekolah, harus menjadi langkah pencegahan yang berjalan paralel dengan peningkatan kualitas pangan.

Terlepas dari siapa yang pada akhirnya dibenarkan atau disalahkan, kita diharapkan mampu menyikapi persoalan ini dengan baik dan bijak, karena tujuan utama dari program MBG adalah memastikan anak-anak tumbuh sehat, bukan menjadi korban dari polemik. Kasus ini sepatutnya menjadi pelajaran bersama bahwa keamanan pangan dan kesehatan anak adalah tanggung jawab kolektif, bukan beban satu pihak semata.

Semoga kita mampu mengambil hikmah dari setiap peristiwa ini dengan kepala dingin dan hati jernih, bukan dengan emosi sesaat. Dengan begitu, setiap langkah perbaikan baik dalam mutu pangan, pola hidup sehat, maupun pemantauan kesehatan anak dapat berjalan lebih terarah dan berkelanjutan, sehingga kejadian serupa tidak terulang di masa depan.(*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun