Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah menghela dunia masuki pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran masuki dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada Apa dengan Negeri ini, Mengapa Amarah Merajalela?

2 September 2025   04:48 Diperbarui: 2 September 2025   04:48 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input gambar: facebooknya sony willa dida

ADA APA DENGAN NEGERI INI, MENGAPA AMARAH MERAJALELA?

*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Gelombang demonstrasi yang melanda berbagai wilayah Indonesia akhir-akhir ini memperlihatkan potret kegelisahan sosial yang kian mengeras. Banyak kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada rakyat menjadi pemicu kekecewaan dan memantik kemarahan yang terus membesar. Dari kenaikan harga kebutuhan pokok, kebijakan investasi yang dianggap merugikan masyarakat kecil, kenaikan gaji anggota DPR ditengah efisiensi anggaran, aksi sebagian anggota DPR yang menunjukan ketidakpedulian dalam narasinya kepada publik, hingga isu korupsi dan ketidakadilan hukum, semua terakumulasi menjadi bara di dada rakyat. Situasi ini mencerminkan adanya jurang ketidakpercayaan yang dalam antara masyarakat dan penguasa, di mana suara rakyat seakan tidak didengar, sedangkan aspirasi yang disuarakan kerap diabaikan.

Input gambar: facebooknya sony wila dida
Input gambar: facebooknya sony wila dida
Melihat potret situasi terkini, amarah rakyat tumpah di jalanan dengan cara yang semakin mengkhawatirkan. Ribuan massa berorasi dengan lantang, membakar ban, merusak fasilitas umum, bahkan tak segan melampiaskan amarah pada kendaraan dinas maupun properti para pejabat negara. Jalan-jalan utama dipenuhi asap hitam, dan suara sirene polisi menjadi pemandangan sehari-hari di beberapa kota besar. Demonstrasi yang awalnya dimaksudkan sebagai bentuk protes damai kini bergeser menjadi ajang pelampiasan frustrasi kolektif. Fenomena ini tidak hanya merugikan secara materiil, tetapi juga menggerus rasa aman, menimbulkan ketakutan, dan menandai adanya krisis kepercayaan yang serius di tengah masyarakat terhadap pemerintahnya.

Bila kita berkaca pada sejarah kelam, kejadian tahun 1998 seakan terulang kembali ketika rakyat sudah kehabisan kesabaran. Saat itu, krisis ekonomi dan runtuhnya kepercayaan terhadap pemerintah memicu gelombang protes besar-besaran yang berubah menjadi ledakan sosial. Kini, pola yang sama tampak kembali dimana jiwa dan raga masyarakat dipenuhi emosi, dan ketidakpuasan yang menumpuk lalu meledak dalam bentuk tindakan anarkis. Ketika suara aspirasi tidak dihiraukan, jalanan menjadi panggung untuk melampiaskan amarah, seolah mengingatkan kita bahwa kesenjangan antara rakyat dan penguasa hanya perlu sedikit percikan untuk membakar negeri.

Input gambar: facebooknya elisabet lisa
Input gambar: facebooknya elisabet lisa
Dampak dari amarah yang meledak menjadi anarki terasa luas dan mendalam. Fasilitas publik seperti kantor pemerintahan, halte, taman kota, dan jalan raya rusak berat akibat pengrusakan yang dilakukan massa yang marah, sementara sejumlah warga sipil menjadi korban luka-luka bahkan meninggal dunia. Iklim ketakutan pun menyelimuti masyarakat; rasa aman yang selama ini menjadi fondasi kehidupan sehari-hari seakan hilang, memaksa banyak orang mengurung diri di rumah atau menghindari pusat keramaian.

Input gambar: facebooknya sony willa dida
Input gambar: facebooknya sony willa dida
Aktivitas ekonomi terganggu karena toko, pasar, dan transportasi umum tidak beroperasi, sementara proses belajar-mengajar di sekolah dan perguruan tinggi ikut terhambat, menambah kerugian jangka panjang bagi generasi muda. Tidak hanya itu, citra bangsa di mata dunia juga mengalami kerusakan; media internasional memberitakan kekacauan yang terjadi, menimbulkan kesan bahwa Indonesia tidak mampu mengelola konflik internalnya dengan damai. Fenomena ini menegaskan bahwa ketika amarah rakyat tidak tertangani dengan bijak, akibatnya bukan hanya fisik yang rusak, tetapi juga tatanan sosial, ekonomi, dan reputasi negara yang ikut tergerus di mata dunia.

Input gambar: facebooknya sony willa dida
Input gambar: facebooknya sony willa dida
Untuk mengurai akar amarah rakyat ini memerlukan pemahaman mendalam tentang faktor-faktor yang memicunya. Pertanyaan pertama yang muncul adalah apakah gelombang kemarahan ini benar-benar spontan atau justru terorganisir oleh kelompok tertentu dengan kepentingan politik atau ekonomi. Di satu sisi, suara hati rakyat yang merasa terpinggirkan dan tidak didengar memang wajar meledak menjadi protes.Di sisi lain, tidak bisa diabaikan kemungkinan adanya provokasi yang sengaja memanfaatkan kekecewaan rakyat untuk mencapai agenda tertentu.

Input gambar: facebooknya erpan kun II
Input gambar: facebooknya erpan kun II
Jika dibandingkan dengan negara lain, pola ini tidak unik bagi Indonesia karena sejarah menunjukkan bahwa ketidakadilan ekonomi, politik yang tidak transparan, dan lemahnya mekanisme penyaluran aspirasi publik kerap memicu ledakan sosial. Dengan demikian, amarah rakyat merupakan kombinasi dari kekecewaan yang nyata dan pengaruh faktor eksternal yang memicu tindakan anarkis, menunjukkan perlunya pendekatan yang holistik dalam menenangkan dan menangani keresahan masyarakat.

Input gambar: facebooknya sony willa dida
Input gambar: facebooknya sony willa dida
Dalam meredakan amarah yang membara memerlukan pendekatan yang reflektif dan terstruktur, bukan sekadar penindakan atau tindakan represif. Pertama, dialog terbuka antara pemerintah dan masyarakat harus menjadi prioritas, agar keluhan rakyat didengar dan aspirasi tersalurkan dengan jelas. Kedua, perbaikan kebijakan publik yang menyentuh kebutuhan dasar rakyat, seperti keadilan ekonomi, akses pendidikan, dan perlindungan sosial, menjadi langkah strategis untuk meredam frustrasi. Ketiga, menghidupkan kembali rasa persatuan dan toleransi penting agar demonstrasi berlangsung damai dan tidak berubah menjadi anarkis. Keempat, peran aktif masyarakat sipil, pemuda, dan media sangat menentukan dalam mengedukasi massa, memediasi konflik, dan menjaga agar aksi protes tetap konstruktif. Dengan memperhatikan poin-poin ini, amarah rakyat dapat diarahkan menjadi energi perubahan yang positif.

Selain itu, beberapa poin penting yang harus diperhatikan agar demonstrasi tetap berjalan aman termasuk: menetapkan jalur dan lokasi aksi yang jelas, menjaga komunikasi terbuka antara aparat dan peserta, menekankan disiplin dalam orasi, menghindari tindakan kekerasan terhadap fasilitas publik atau individu, serta membangun kesadaran kolektif bahwa tujuan utama adalah menyampaikan aspirasi, bukan menghancurkan negeri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun