Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menelusuri Riak-Riak Emosi Publik Terhadap Dugaan Kecurangan Pemilu 2024

18 Februari 2024   05:23 Diperbarui: 18 Februari 2024   06:21 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

MENELUSURI RIAK-RIAK EMOSI PUBLIK TERHADAP DUGAAN KECURANGAN PEMILU 2024

*Oleh: Salmun Ndun,S.Pd. Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain -- Rote Ndao

Proses pemungutan suara pemilu telah di gelar pada 14 Februari 2024. Para pemilih cerdas telah memberikan hak suaranya memilih pemimpin-pemimpin yang menduduki posisi Presiden dan Wakil presiden serta para Legislator. 

Kini, empat hari berlalu pasca pemungutan suara pemilu, publik menyaksikan riak-riak politik ketidakpuasan atas proses demokrasi saat ini. Tampak bersileweran di media masa dan media elektronik, gelombang protes publik mencuat terhadap dugaan kecurangan pemilu dari masing-masing kandidat calon presiden dan wakil presiden.

Memahami bahwa dalam setiap kontestasi pemilu, saat pra hingga pasca pemilu sering kali menghadirkan gelombang emosi terhadap berbagai hal yang mewarnai tahapan pelaksanaannya. 

Sebagaimana pemilu 2024, kita mendengar pada ruang-ruang publik terjadi perdebatan sengit terkait hasil perhitungan cepat sementara (Quick Count). Suatu dinamika politik dengan beragam argumen subjektif mereka yang berlawanan arah, berupaya menganalisa berbagai kecurangan. Hasil-hasil temuan sementara diperdebatkan dan masih perlu dikaji pembuktiannya.

Tak dipungkiri bahwa pada setiap hajatan pemilu selalu diwarnai berbagai faktor, termasuk dinamika politik internal, perubahan sosial, dan kemajuan teknologi yang semakin memengaruhi cara masyarakat berinteraksi dan berpartisipasi dalam proses politik. Faktor polarisasi politik yang semakin meningkat, perbedaan ideologi, dan muncul ketegangan terhadap pelaksanaan pemilu. Dengan demikian, maka pemilu tidak hanya menjadi sebuah proses politik, tetapi juga sebuah arena di mana berbagai kepentingan dan emosi masyarakat saling berbenturan dan berinteraksi.

Dalam konteks politik, penting memahami riak-riak emosi sebagai bagian ketidakpuasan menerima hasil demokrasi. Di era modern ini, di mana dinamika politik dipengaruhi oleh respons emosional individu dan kelompok dalam masyarakat. Emosi seperti kegembiraan, ketakutan, kemarahan, dan kekecewaan dapat memengaruhi perilaku politik yang memunculkan beragam persepsi terhadap kandidat atau partai politik, serta keputusan pemilih dalam pemilu. 

Memahami emosi politik menjadi kunci dalam analisis proses politik, termasuk dalam konteks pemilu 2024 saat ini. Emosi masyarakat terhadap dugaan kecurangan pemilu dapat menciptakan polarisasi, ketegangan, dan ketidakstabilan politik yang berdampak jauh ke depan. 

Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang bagaimana emosi masyarakat terbentuk, tersebar, dan direspons dalam konteks politik sangat penting untuk merancang kebijakan publik yang responsif, menjaga stabilitas politik, serta membangun kepercayaan dan legitimasi dalam sistem berdemokrasi.

Teori emosi dalam konteks politik menggambarkan bagaimana emosi individu dan kelompok memengaruhi dinamika politik. Menurut Gabriel Almond dan Sidney Verba (1963) menyampaikan tipe-tipe orientasi dalam budaya politik terbagi atas tiga bagian yaitu orientasi kognitif, afektif dan evaluatif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun