Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Meneropong Karakteristik Pemilih Berlabel 3S (Suka, Suku, Saku)

10 Februari 2024   11:39 Diperbarui: 10 Februari 2024   11:40 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

MENEROPONG KARAKTERISTIK PEMILIH BERLABEL 3S (SUKA, SUKU, SAKU)

(Sebuah Perspektif Dalam Konteks Perpolitikan Masa Kini)

*Oleh Salmun Ndun,S.Pd, Guru pada UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sudah di depan mata. Tinggal beberapa hari lagi, tepatnya Rabu, 14 Februari 2024, bangsa Indonesia kembali lagi melaksanakan sebuah hajatan demokrasi pemilu. Acuan dasar hukum pemilu di Indonesia didasarkan pada Konstitusi, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Pasal 22E-22H UUD 1945 mengatur tentang pemilu, termasuk hak untuk memilih dan dipilih, serta penyelenggaraan pemilu secara jujur, adil, dan langsung. Konsep dasar demokrasi dalam UUD 1945 juga memberikan dasar hukum bagi penyelenggaraan pemilu, yang menjamin partisipasi aktif rakyat dalam proses politik. Selain itu, diperkuat dengan aturan pelaksanaan pemilu sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, yang mengatur tentang sistem pemilihan umum, pemilihan presiden dan wakil presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Memahami Peran Pemilih

Meneropong karakteristik para pemilih dimulai saat gendang pemilu ditabuh hingga  tiba saatnya pemilih berada di bilik suara untuk memberikan hak suaranya pada lembaran-lembaran yang tersedia, masihkah suara itu terlahir dari hati nurani pemilih ataukah suara yang sudah terkontaminasi?. Sebuah istilah latin "Vox Populi", yang memiliki arti "suara rakyat". Istilah ini merujuk pada konsep bahwa kekuatan politik sejati dalam sebuah negara demokratis terletak pada suara atau kehendak kolektif dari rakyatnya. Dalam konteks pemilu, Vox Populi mengacu pada keputusan pemilih yang mencerminkan preferensi dan pandangan mayoritas dalam masyarakat. Gema Vox Populi atau suara rakyat, memiliki dampak yang signifikan bagi para pemilih berlabel 3S (suka, suku, dan saku) dalam perpolitikan masa kini di Indonesia. Suara rakyat menjadi faktor penting yang memengaruhi preferensi politik mereka, yang tercermin dalam dukungan mereka terhadap kandidat atau partai politik yang mengikuti kontestasi demokrasi.

Pemilih yang memiliki hak suara memegang peran penting dalam proses demokrasi. Hak suara ini memberikan mereka kekuatan untuk berpartisipasi dalam pembentukan masa depan negara. Peran pemilih dalam menyalurkan suaranya dalam perpolitikan adalah kunci utama dalam menjaga integritas dan keberlanjutan sistem demokrasi. Keterlibatan para pemilih dalam konteks pemilu sangat penting untuk menjaga keberlangsungan sistem demokrasi. Keterlibatan ini mencakup berbagai aktivitas yang dilakukan oleh pemilih sepanjang proses pemilu, mulai dari tahap pendaftaran pemilih, kampanye politik, pemilihan umum, hingga proses evaluasi pasca-pemilu. Pemilih memiliki kekuatan untuk memberikan legitimasi kepada pemimpin dan pemerintah yang mereka pilih melalui hak suara mereka dalam pemilihan umum. Lebih dari sekadar memberikan suara, pemilih juga memiliki tanggung jawab untuk menjadi bagian dari proses demokrasi yang lebih luas, termasuk mengikuti perkembangan politik, mengkritisi kebijakan yang diambil, serta berpartisipasi dalam debat publik dan diskusi tentang isu-isu penting. Dengan demikian, peran pemilih bukan hanya sebagai penentu hasil pemilihan, tetapi juga sebagai garda terdepan dalam menjaga prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Mengurai Karakteristik Pemilih

Dalam perpolitikan masa kini, konsep 3S "Suka, Suku, Saku" menjadi semakin relevan dalam memahami perilaku pemilih dan dinamika politik yang terjadi di berbagai negara. Mengurai karakteristik pemilih melibatkan analisis mendalam terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku politik individu.

Pertama, faktor "Suka" mengacu pada kesukaan pribadi dan ideologi politik yang menjadi landasan bagi pemilih dalam memilih calon atau partai politik yang mereka dukung. Pemilih berlabel "Suka", keputusan politiknya dipengaruhi secara signifikan oleh preferensi pribadi, termasuk faktor ideologis, nilai-nilai politik, atau kebijakan tertentu yang diinginkan atau didukung oleh pemilih tersebut. Istilah "Suka" di sini mengacu pada kesukaan individu terhadap berbagai aspek politik, baik itu ideologi, program kebijakan, atau gaya kepemimpinan kandidat atau partai politik yang bersifat subjektif.

Kedua, faktor "Suku" menyoroti pentingnya identitas etnis, budaya, atau agama dalam membentuk persepsi politik dan loyalitas pemilih terhadap kelompok atau kandidat tertentu. Pemilih berlabel "Suku" merujuk kepada pemilih yang keputusan politiknya dipengaruhi secara signifikan oleh identitas suku atau kelompok etnis mereka. Istilah "Suku" mengacu pada identitas budaya, bahasa, tradisi, dan nilai-nilai yang dipersepsikan sebagai bagian dari kelompok etnis tertentu. Kecenderungan pemilih berlabel "Suku" ini dalam menentukan pilihan politik mereka mempertimbangkan isu-isu yang relevan dengan identitas etnis atau budaya mereka. Pemilih berlabel "Suku" dalam pemilihan politik tidak saja mendasarkan pada pertimbangan ideologis atau kepentingan ekonomi semata, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor identitas budaya dan etnis.

Ketiga, faktor "saku" menekankan peran kondisi ekonomi dan sosial pemilih dalam memengaruhi keputusan politik mereka, termasuk dalam hal kebijakan ekonomi, kesejahteraan sosial. Pemilih berlabel "Saku" merujuk pada pemilih yang keputusan politiknya dipengaruhi secara signifikan oleh kondisi ekonomi pribadi mereka. Istilah "Saku" mengacu pada kondisi keuangan individu yang menjadi faktor penentu dalam pemilihan politik. Pemilih dengan label "Saku" cenderung mempertimbangkan situasi finansial mereka sendiri, seperti pendapatan, biaya hidup, pekerjaan.

Pengaruh Labelitas Pemilih

Dari ketiga karakteristik pemilih yang ada ternyata saling memengaruhi dalam pemilihan politik dikarenakan situasi interaksi yang kompleks antara lain :

Pertama, kesukaan pribadi seseorang, seperti nilai-nilai politik, ideologi, atau kebijakan tertentu yang diinginkan atau didukung, sering kali dipengaruhi oleh identitas suku atau kelompok etnis. Identitas suku ini membentuk kerangka referensi dan pandangan dunia individu, yang kemudian memengaruhi preferensi politik mereka. Sebagai contoh, pemilih dengan latar belakang etnis tertentu mungkin cenderung mendukung kebijakan yang dipandang memperjuangkan hak-hak atau kepentingan kelompok etnis mereka.

Kedua, identitas suku juga dapat memengaruhi kondisi ekonomi seseorang dan sebaliknya. Misalnya, kelompok etnis tertentu mungkin memiliki akses terbatas terhadap kesempatan kerja atau pendidikan yang dapat memengaruhi kondisi ekonomi mereka. Dalam hal ini, identitas suku dan kondisi ekonomi saling terkait dan dapat membentuk persepsi politik seseorang.

Ketiga, kondisi ekonomi pribadi seseorang juga dapat memengaruhi preferensi politik mereka dalam konteks identitas suku. Kondisi ekonomi yang kurang stabil atau kesulitan ekonomi dapat memengaruhi persepsi politik individu terhadap isu-isu seperti distribusi kekayaan, akses terhadap layanan publik, atau dukungan terhadap kebijakan kesejahteraan. Hal ini dapat menghasilkan kesukaan politik yang berbeda-beda di antara kelompok etnis dengan kondisi ekonomi yang beragam.

Dengan memahami dan menghormati karakteristik pemilih berlabel 3S (suka, suku, saku) dalam konteks politik sesungguhnya memiliki implikasi yang sangat penting dalam pembentukan kebijakan dan pelaksanaan demokrasi yang inklusif. Pemilih dengan beragam karakteristik pemilih memiliki kepentingan yang berbeda-beda, dan pendekatan politik yang efektif harus memperhitungkan keragaman ini. Selain itu, menghormati kompleksitas ini adalah kunci untuk memperkuat fondasi demokrasi yang inklusif, di mana setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam proses politik dan memiliki suara yang dihormati dalam pembuatan keputusan yang memengaruhi kehidupan mereka.

Perlu Kesadaran Dan Tanggung Jawab

Dalam hajatan politik, ajakan memilih yang tepat menjadi sangat penting untuk menggalang partisipasi aktif dari seluruh warga negara. Setiap suara memiliki dampak yang signifikan dalam menentukan arah bagi kemajuan proses demokrasi. Oleh karena itu, mari manfaatkan hak pilih kita dengan bijak dan tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Pilihlah dengan hati nurani yang tulus, berdasarkan pada pemahaman yang mendalam terhadap nilai-nilai, ideologi, dan kebijakan yang disajikan para kandidat atau partai politik yang bersaing. Pilihlah dengan mempertimbangkan dampak pilihan kita terhadap kepentingan bersama dan kesejahteraan bersama. Ingatlah bahwa pemilihan politik bukanlah tentang menang atau kalah, tetapi tentang menjaga integritas demokrasi dan memberikan suara yang tercermin dengan keinginan terbaik untuk sebuah masa depan.

Mari kita bersama-sama berperan aktif dengan menggunakan hak pilih kita dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Menjadi pemilih bijak dan bertanggung jawab adalah bukan hanya tentang memberikan suara kita, tetapi juga tentang memberikan kepercayaan kepada masa depan yang lebih baik untuk semua. Selamat berdemokrasi dan selamat memilih, semoga suara Anda menjadi bagian dari langkah yang membawa perubahan positif untuk masa depan bangsa ini. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun