Enam tahun berlalu begitu cepat. Di Darussalam, Salwa tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi juga belajar kepemimpinan. Ia menjadi anggota bagian aktif di Organisasi Pelajar Pondok Modern, kepanitiaan santri, membimbing teman-teman seangkatannya, dan meraih prestasi di berbagai bidang. Ia belajar bahwa perjuangan bukan hanya tentang mencapai tujuan, tapi juga tentang proses yang membentuk diri.
Ketika akhirnya ia diwisuda, Salwa merasa bangga—bukan hanya karena nilai ujian akhir yang ia raih, tetapi karena dirinya yang kini lebih matang dan siap untuk menghadapi tantangan yang lebih besar.
Bab 3: Pekanbaru — Pengabdian yang Membentuk Hati
Setelah lulus dari Pondok Modern Darussalam, Salwa menerima tugas untuk mengabdi di Pondok Modern Darussalam Putri Kampus 17 di Pekanbaru. Awalnya, ia merasa sedikit kecewa. Ia berharap bisa langsung melanjutkan studi di luar negeri, tapi tugas pengabdian ini adalah kesempatan yang tidak bisa ia tolak.
Pekanbaru memberikan tantangan baru. Di sana, Salwa tidak hanya mengajar, tetapi juga menjadi penggerak kegiatan belajar mengajar bagi seluruh santriwati. Ia harus mengontrol dan membimbing mereka dalam belajar, memberi contoh dalam perilaku, dan memastikan mereka bisa menjadi pribadi yang berbudi tinggi, berbadan sehat, serta berpengetahuan dan berwawasan luas. Di sinilah Salwa mulai menyadari, bahwa pengabdian bukan hanya tentang memberi, tetapi juga menerima. Ia banyak belajar dari para santriwati yang penuh semangat dan ketekunan.
Namun hidup di Pekanbaru tidak selalu mudah, Salwa terkadang merasa kesepian dan terasingkan, jauh dari keluarga dan teman-teman. Suatu malam, setelah menyelesaikan koreksian ulangan umum santriwati, Salwa duduk di depan kamarnya. Ia menatap bintang-bintang di langit dan merenung.
"Aku akan bertahan di sini." Bisiknya dalam hati. "Untuk keluarga, untuk ilmu, dan untuk masa depan."
Meski ada rasa lelah yang tak terungkapkan, Salwa merasa bahwa setiap langkah yang ia ambil di Pekanbaru membawa makna baru dalam kehidupannya. Tidak hanya pengabdian yang ia berikan, tetapi juga pemahaman tentang arti kehidupan yang lebih luas.
Tiba-tiba, ia mendapat kabar yang mengejutkan: ia lolos seleksi untuk melanjutkan studi ke Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Salwa hampir tak percaya. Mimpi yang dulu hanya ia bayangkan kini akan menjadi kenyataan.
Bab 4: Kediri — Saat Arah Berubah, Hati Harus Ikhlas
Rencana ke Kairo tertunda. Tugas baru datang: ia dipindahtugaskan ke kampus putri di Kediri, membantu pondok cabang yang sudah agak lama berdiri itu. Salwa kecewa. Tapi ia tahu, perjuangan bukan selalu tentang tempat yang kita inginkan—kadang tentang tempat yang membutuhkan kita.