"Dor!" Shilla, adik kedua Faris melemparkan seekor kucing ke arahnya. Oh, malang sekali kucing lucu itu. Baru mau melahap ikan buatannya. Shilla seketika langsung dilempar novel buatan Faris yang ia jilid. Tahulah novel ratusan halaman bila dilempar, sakit!!!
"Kak Faris apa deh!" Shilla langsung menghilang. Senyumnya seketika tidak berhenti sampai disitu. Faris mengambil lagi dan membuka novel buatannya. Entah mengapa ia puas dengan isi novelnya.
' "Kawan, bisakah kau ajari ilmu yang selama ini kau lakukan pada guru tercerdas di sekolah?" Ega sangat memohon pada Dhika, pria yang mahir pelajaran Kimia.
"Ilmu?" , "Kamu memberi jus stroberi tiap hari Jum'at bukan? Bukankah itu menyakitkan hati guru itu?" , "Betul Ega, tapi apa hubungannya?" Ega pergi dari Dhika.
Ega kembali pada hari terakhir Ujian Nasional. Ia beri jus stroberi sebagai tanda perpisahan pada Dhika. Dhika meminumnya dan apa yang terjadi? Otaknya menjadikan terbagi dua, normal dan gila.
"Seperti itu perasaan sang guru dari hari Senin sampai Jum'at, berlanjut ke Sabtu sampai Minggu!" '
Faris puas pada bagian itu.
Alphabet semakin menguasai dirinya, apalagi yang akan dilakukan Si Pendiam nan Ceria itu? Kucing berbulu cokelat yang selalu menemaninya saja takut melihat senyumnya. Kau tahu saat menulis? Ia punya keinginan untuk bisa memiliki pulpen berwarna merah darah atau setidaknya dapat tulis bulu dengan tinta merah darah.
Faris bersiul di sekolah dan membaca novel buatannya lagi, oh, temannya itu berani membaca buku cetak IPA kelas 4 SD tentang organ manusia. "Otak....?" desis Faris. Jiwa yang entah apa namanya telah berkuasa. Faris semakin bersiul.
"Hm... hm... hm... hm..." senandung Faris yang membaca buku tentang tumbuhan saat itu. "Hm..." belum sensus penduduk. Faris seakan dibawa oleh buku itu demi khayalannya. Belum lagu misteri dari penyanyi terkenal yang semakin menguatkan dia.
"Kak, ehm, coklat ditaruh dimana ya?" , "Coklatnya, Dik? Nih!" , "Aaaaaa!!!!" Kirath, adik pria ke-3 nya langsung kabur. Coklat leleh itu telah dicampur cat merah darah oleh Faris. Faris semakin puas dengan apa yang dilakukan.