Akhirnya, setelah melakukan perjalanan ilmiahnya, melakukan kritik terhadap berbagai aliran pemikiran Islam kala itu, dan mencari kelebihan dan kelemahan masing-masing aliran itu, Al-Ghazali akhirnya menemukan tambatan hatinya dalam disiplin keilmuan tasawuf. Al-Ghazali menilai, hanya kelompok sufilah yang benar-benar berjalan di jalan Allah. Dia adalah pemilik keadaan, bukan orang-orang yang hanya ahli berkata-kata. Metode yang ditempuh adalah metode praksis dan teoritis (amal dan ilmu).
Pernyataan itu tertulis dalam bukunya Al-Munqid Min Ad-Dhalal: "aku mengetahui dengan penuh keyakinan bahwa orang-orang sufilah yang benar-benar berjalan di jalan Allah. Perilaku mereka adalah sebaik-baik perilaku. Jalan hidup mereka adalah sebaik-baik jalan hidup. Akhlak mereka adalah sebersih-bersihnya akhlak. Bahkan sekiranya digabungkan antara akal para filsuf, dan ilmu para ulama yang memahami rahasia-rahasia syariat, untuk mengubah dan menggantikan perilaku dan akhlak para sufi dengan yang lebih baik, mereka tidak akan mampu melakukanya."
Akhirnya kita tahu, Al-Ghazali merupakan sosok yang sangat unik dan menarik. Ini dapat dilihat dari lika-liku perjalanan hidupnya dalam mencari hakikat kebenaran. Mulai dari tasawuf, berpindah kepada kalam, filsafat, kembali ke tasawuf, hingga di akhir kehidupannya kembali ke mazhab salaf.