Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Potret Raksasa Genius Persia

17 September 2021   21:37 Diperbarui: 17 September 2021   21:39 203 0
Oleh: Salman Akif Faylasuf

Jika kita kembali telisik biografi-biografi pakar bahasa Arab, akan ditemui banyak sekali dari mereka adalah orang-orang Persia (Furs). Sebutlah, Sibawaih, Abu Ali al-Farisi, Abdul Qahir Al-Jurjani, Muhammad ibnu Abi Bakr Al-Razi, Imam Az-Zamakhsari, dan lain sebagainya.

Hampir kebanyakan penjaga ilmu-ilmu Islam adalah orang-orang Persia. Di Nahwu ada Sibawaih. Di Balaghah, ada Abdul Qahir Al-Jurjani. Di Tafsir, ada Imam Az-Zamakhsari, Fakhruddin Al-Razi, Qadhi Al-Baidhawi. Di Tasawwuf, ada Imam Junaid al-Baghdhadi, Al-Ghazali. Di Mantiq, Ibnu Abdillah Al-Katibiy, Saad Al-Din Masud bin Umar bin Abdullah al-Taftazani. Di Akidah, ada Adhuddin Al-Iji. Belum lagi di ilmu falsafah dan kedokteran, ada Ibnu Sina (Avicenna), Abu Bakar al-Razi. Ali Zainal Abidin, ahli bait yang paling alim dan zahid itu, ibunya orang Persia, istri Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib.

Tak hanya Imam Junaid al-Baghdhadi, di tasawwuf ada juga Imam Al-Ghazali. Kita tahu, Hujjatul Islam yaitu Al-Ghazali juga lahir di Persia. Siapa yang tak kenal dengan salah satu filsuf, teolog, dan sufi ini. Sungguh naif rasanya kalau para pelajar dan pemikir Islam tak mengenalnya. Tulisan-tulisannya menyebar kemana-mana, ada Ihya Ulumuddin, Al-Munqid Min Ad-Dhalal dan lain sebagainnya. Satu buku Al-Ghazali yang membuat para filsuf juga tak habis mengkritiknya, adalah Tahafut Al-Falasifah (kerancuan para filosof).

Dalam buku itu, Al-Ghazali memberikan reaksi keras terhadap Neo-platonisme Islam. Menurutnya banyak sekali terdapat kesalahan filsuf, terutama karena mereka tidak teliti seperti halnya dalam lapangan logika dan matematika. Karna itu, Al-Ghazali mengecam secara langsung dua tokoh Neo-Platonisme Muslim (Al-Farabi dan Ibn Sina), secara tidak langsung kepada Aristoteles, guru mereka. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun