Mohon tunggu...
Salman Faris Alkatiri
Salman Faris Alkatiri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

jurnalisme warga tak seribet nganunya Mario Teguh.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Indonesia Akan Lebih Maju 40 Tahun Dari Silicon Valley

18 Desember 2015   01:54 Diperbarui: 18 Desember 2015   01:54 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oke. Saya mulai kembali menulis di kompasiana.

Satu hal yang memicu saya untuk kembali menulis adalah ketika saya menerima sebuah surel (surat elektronik) dari salah satu platform portal bisnis domestik. Saya resah dengan isi surel tersebut. mengapa? Sedari awal memasuki dunia perkuliahan hingga saat ini, saya selalu bertemu dengan fenomena ikut-ikutan baik oleh individu, organisasi, atau pun bisnis yang berujung pada pembengkakan pada fenomena tersebut, lalu berakhir pada titik kejenuhan tinggi di masyarakat. oke, mari kita persempit ke dalam ranah bisnis.

Apa  yang ditawarkan oleh platform portal bisnis domestik tersebut kepada saya melalui email yang menjadikan saya resah? Ini dia!

E-Commerce atau transaksi jual-beli secara online.

Dari berbagai sumber yang saya pelajari, perkembangan e-commerce di Indonesia meledak di tahun 2013 yang mana transaksi e-commerce menyentuh angka delapan miliar Dollar Amerika atau setara dengan 94,5 triliun Rupiah. dan di tahun 2016 diprediksi akan naik tiga kali lipat menjadi dua puluh lima miliar Dollar Amerika atau setara 295 triliun Rupiah berdasarkan Hasil riset yang diprakarsai oleh Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA), Google Indonesia, dan TNS (Taylor Nelson Sofres). Hal ini didasari oleh jumlah pengguna internet yang mencapai angka 82 juta orang atau sekitar 30 persen  dari total penduduk di Indonesia. Lalu, pelaksanaan pasar bebas Asean (MEA) di akhir tahun 2015 ikut menjadi salah satu variabel penting dari hipotesis yang dilakukan oleh para pengamat yang memprediksi bahwa Indonesia akan menjadi market yang potensial bagi negara lain untuk menjual barangnya. Sekali lagi saya ulangi dan garis bawahi; Indonesia akan menjadi market yang potensial bagi negara lain untuk menjual barangnya.

Kita tentu wajib menyadari bahwa dari prediksi di atas, marketplace di Asia Tenggara khususnya Indonesia akan menjadi semakin sesak.

PREDIKSI AKAN RUNTUHNYA E-COMMERCE DI INDONESIA

Dengan pendanaan sebesar seratus juta Dollar Amerika atau setara 1,2 triliun Rupiah yang didapat Tokopedia, dan dana 250 juta Dollar Amerika  setara 3,15 triliun Rupiah yang dimiliki Lazada, Indonesia cukup banyak menerima kucuran dana investor.

Mengapa menjadi sangat sesak dan pengap? Pertama. Jika 2014 menjadi tahun dimana banyak dana yang dikucurkan di Indonesia, maka tahun 2015 akan menjadi tahun dimana startup lokal mulai lesu untuk memanfaatkan potensi pertumbuhan organik yang besar di wilayah ini. Mengapa? Karena ritel business-to-consumer (B2C) di Indonesia, membutuhkan banyak modal. Hal ini memungkinkan adanya dorongan konsolidasi di ranah B2C pada tahun 2015 dan seterusnya. Kedua, dengan terus masuknya modal, perusahaan B2C diharuskan mempercepat pertumbuhan mereka dengan mengakuisisi atau merger dengan pemain lain di ranah ini. Ranah e-commerce B2C masih terfragmentasi tetapi pendatang awal seperti Lazada, dengan banyaknya dana, sudah memimpin di depan dan membuat kompetisi jauh lebih sulit bagi pemain yang lebih kecil.

Atas kuasa MEA di akhir 2015, perusahaan seperti Amazon dan ASOS sudah melihat negara-negara Asia Tenggara seperti Singapura, Thailand, termasuk Indonesia sebagai pasar mereka yang tumbuh tercepat di Asia. Sebagai contoh, ShopBop milik Amazon baru-baru ini melakukan promosi Black Friday/Cyber Monday lintas negara dengan Line dan aCommerce. MEA akan menjadi kekuatan untuk tren ini.

INDONESIA TERTINGGAL 30 TAHUN DARI SILICON VALLEY

Lalu, apa isi surel yang saya terima tersebut?

Surel tersebut dengan kalimat awal yang terlihat dengan begitu gagahnya menuliskan kalimat “Masih belum mulai bisnis online? Tonton video bla bla bla.” Lalu saya tertegun. Mengapa masyarakat Indonesia menjadi begitu sangat konsumtif, bukan hanya dalam kategori produk dan jasa, tetapi juga dalam model bisnis? Harus kita akui bahwa prototype ini yang menjadikan Indonesia sebagai negara yang tertinggal (khususnya dalam bidang teknologi dan bisnis) 30 tahun dari sebuah kawasan industri keratif di Amerika Serikat bernama Silicon Valley. Kita memiliki begitu banyak anak muda yang kreatif dan inovatif di bangsa ini. Namun model bisnis modern ini (startup) masih sangat sedikit yang meliriknya. Dari perbincangan saya dengan beberapa teman, bahkan senior yang berasal dari bidang studi yang sama yaitu ekonomi, maupun bidang studi Teknologi dan Informasi yang berkaitan dengan bisnis ini, banyak yang masih merasa asing dengan istilah startup.

 

INDONESIA AKAN LEBIH MAJU 40 TAHUN DARI SILICON VALLEY

 

Jogja Digital Valley

Sesungguhnya, masih begitu banyak potensi bisnis kreatif dan inovatif yang bisa kita ciptakan dalam ranah startup ini. bukan hanya e-commerce dan e-commerce.

jika masih merasa kebingungan, ini beberapa langkah saya dalam melakukan riset untuk memulai bisnis startup yang sedang saya bangun bersama beberapa rekan saya.

  1. Be creative
  2. Jangan terpaku pada model bisnis yang mulai berkembang pesat di ranah domestik. Contohnya e-commerce. Jawabannya ada di atas. Riset beberapa industri kreatif di Amerika yang lebih maju 30 tahun dari negara kita, lihat yang belum pernah ada di Indonesia, pelajari potensi pasar domestik. Namun, idenya jangan diambil secara mentah. Inovasikan dengan mengoptimalkan otak kanan untuk melahirkan ide-ide baru.
  3. Gunakan google analyst untuk mencari data akurat mengenai keywordbisnis yang akan kita bangun
  4. Lihat dari sisi kondisi sosial. Apakah startup yang akan kita bangun memiliki dampak terhadap perubahan sosial? Jika startup yang kita bangun bisa menjadi problem solver bagi sebuah permasalahan sosial (contohnya gojek yang meminimalisir keterlamabatan seseorang dalam aktivitasnya karena jalanan yang macet), maka dengan sangat pesat, bisnis startup kita akan menjadi viral di kalangan masyarakat. Pangsa pasar otomatis melebar.
  5. Lihat dari kebutuhan masyarakat akan produk (aplikasi) kita. Apakah akan dipakai secara terus menerus atau hanya sekali pakai. Kalau pun sekali pakai, apakah sebagian besar masyarakat membutuhkannya?
  6. Bangun tim ramping yang di dalamnya terdapat orang-orang potensial yang mampu menjadi CEO (Chief Executive Officer) sebagai ujung tombak pengendali bisnis, CTO (Chief Technology Officer) sebagai nyawa dari bisnis aplikasi atau software yang kita buat, lalu CFO (Chief Financial Officer) sebagai pengendali keuangan. Kita harus menjadi salah satu di antara ketiga fungsi ini. Tiga posisi ini sudah sangat cukup untuk memulai sebuah startup yang merupakan perusahaan rintisan.
  7. Untuk sebuah bisnis startup atau rintisan, saya (contohnya CEO) sebagai pendiri bisnis mungkin awalnya belum memiliki dana yang cukup besar untuk menggaji pembuat aplikasi, maupun financial officer. Lakukan perundingan dan buat tawaran untuk memberikan mereka porsi saham di dalam perusahaan dalam bentuk saham intelektual.
  8. Cari inkubator atau akselarator bagi para pemula agar segala konsep dari segi bisnis maupun teknologinya menjadi lebih matang atas arahan-arahan dan ilmu yang didapatkan dari inkubator atau akselarator. Di dalam inkubator atau akselarator, kita akan menjadi sangat mudah untuk memperoleh akses ke calon-calon investor potensial maupun perusahaan-perusahaan yang bisa diajak untuk bermitra.
  9. Jika tidak atau belum ingin berurusan dalam ranah investasi finansial dengan venture capital, silakan lakukan bootstrapping atau bahasa sederhananya memulai usaha dengan modal sendri.

Jika setengah dari mahasiswa lulusan universitas di hampir seluruh Indonesia mampu membuat startup sendiri, dan kelak berhasil hingga mempekerjakan ratusan bahkan ribuan orang dalam perusahaan industri kreatifnya, saya yakin Silicon Valley akan tertinggal 40 bahkan 50 tahun dari Indonesia dalam ranah bisnis ini.

*FYI, konsep bisnis startup saya menjadi salah satu penyelamat di depan dosen penguji ketika sidang sarjana kemarin :D

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun